Drama!

400 39 1
                                    

"Akh!" Derrel tersadar, seketika itu pula rasa pusing dan nyeri disekujur tubuhnya kembali menyerangnya.

"Di-dimana ini?" Derrel mengedarkan pandangannya sambil mencerna kembali apa yang baru saja terjadi.

"Lu udah bangun, kalo gitu lu boleh pulang sekarang," sesosok pemuda muncul dari sudut kegelapan.

"Nama lu derrel, kan? gua tadi abis cek dompet lu, dan lu ternyata cuma rakyat biasa, tapi kenapa lu bisa berurusan sama orang tadi," Orang itu kembali bertanya sambil duduk ditepi ranjang.

"Akh!" Derrel berusaha mengingat tapi otaknya malah nenyakiti dirinya.

"Gua udah manggil temen lu buat jemput, besok gua bakal tanya dikulihan," lelaki itu bangkit dan meninggalkan ruangan gelap itu.

Tok tok.

"Derrel!" Rian tiba-tiba muncul dari balik pintu, ia langsung berlari dan mendekap Derrel.

"Apaan sih lu? lebay, kaya gua mau mati aja."

"Ayo pulang," Rian langsung menggendong tubuh mungil Derrel.

"Nggak usah digendong, gua bisa jalan sendiri, dan lu cuma nganterin ke apartemen, nggak nginep disitu," Derrel meronta-ronta untuk turun.

"Kita nggak bilang makasih dulu gitu ke yang punya rumah," Derrel bertanya sambil membuat wajah imut.

"Nggak usah!" Rian berjalan cepat lalu menurunkan Derrel didepan mobilnya.

"Yuk, Vin jalan," Rian langsung masuk namun ia duduk dikursi belakang.

"Kevin juga pergi," Derrel terkejut sambil memandangi kursi kosong didepan.

"Kevin kemana lagi?" Rian terlihat kesal sambil menjambak rambutnya.

"Rian, udah lu yang nyupir aja, nih katanya si Kevin pergi dulu," Derrel menunjukan hapenya kedepan wajah Rian.

"Gua duduk didepan sama lu," Derrel keluar mobil langsung duduk disebelah kursi sopir.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Der, udah nyampe, Der," Rian menguncang tubuh Derrel perlahan, namun Derrel masih belum juga bangkit dari alam mimpinya.

"Der...," Rian mengguncangnya sedikit kencang.

Cup.

"Hmm ... Rian," Rian mulumat sedikit bibir mungil Derrel.

"Bangun, udah nyampe, atau gua terusin nih," Rian menyeringai sambil terus menatap tubuh Derrel yang menggeliat.

"Iya-iya," Derrel bangun dan keluar dari mobil sambil meregangkan ototnya.

"Udah lu pulang aja, gua jalan sendiri ke apartemen," Derrel dengan wajah mengantuk terus berjalan meninggalkan Rian.

"Gua nginep, nanti kalo ada orang orang tadi nyerang lu atau gua gimana?" Rian menghampiri Derrel yang berjalan gontai.

"Gua lebih takut lu apa-apain gua pas malemnya," Derrel berlalu melewati Rian.

"Gu-gua janji dah, nggak bakal apa-apain lu," Rian menangkap lengan Derrel.

"Yaudah terserah lu dah, gua pusing, mau reba-"

"Derrel!" Rian dengan sigap menangkap tubuh Derrel yang tiba-tiba pingsan, ia tak langsung membawanya pergi, tapi ia pandangi dulu wajah imut itu.

"Gua nggak ngerti, kenapa gua punya perasaan sama lu," Rian tersenyum lalu membopong tubuh Derrel dan mengantarnya ke kamar.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Hoaamm...," Derrel baru saja terbangun dari tidurnya, terlihat remang-remang cahaya matahari datang dari balik jendela, ia pun menatap sosok Rian yang sibuk dengan laptopnya.

(Cin)Derrel(la) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang