Protes, nggak?!

687 70 7
                                    

"Lu mau ke kantin, nggak? si T-rex ngajakin nih," Ayudia kini sedang merapihkan tasnya. Baru beberapa saat lalu kelas selesai, sebenarnya ingin sekali Derrel langsung pulang, tapi ia ada kelas sore ini.

"Tau dari mana lu, orang tua lu ngajarin lu ilmu hitam," Derrel yang baru saja ingin ke luar kelas menahan dirinya.

"Iya emak gua ajarin ... ya enggak lah, gua punya nomornya, tadi dia nge WA gua," Ayudia mengerutkan keningnya sambil memanyunkan bibirnya.

"Kapan lu minta nomornya?" tanya Derrel sambil menghampiri Ayudia yang telah selesai merapihkan tasnya.

"Masalah orang ganteng apa sih yang gua nggak punya, gua aja punya nomor lu asal lu tahu," Ayudia menatap tajam Derrel lalu berlalu melewatinya.

"Anjir nih bocah make ilmu hitam apa dah?" Derrel hanya bisa bergumam kecil sambil mengekor padanya.

"Berarti lu punya nomornya Ketua ospek kita?" Derrel kini menyamakan langkahnya disebelah Ayudia.

"Punyalah, napa emang? kebelet nikah lu ama dia," Ayudia berhenti dan mengangkat dagunya sambil terus menahan tawa.

"Sialan lu! ya enggak lah, gua mau protes masalah Ekstra, masa semua MaBa wajib milih Ekstra," Derrel memukul pelan-kencang- kepala Ayudia.

"Ekhem, mesra banget nih," Tres datang sambil berbatuk ria.

"Hah! emang lu nggak tau dia kan udah milik Babang Ian," Ayudia terus menyerocos bagai bak air yang bocor.

"Jangan dengerin fujoshi akut, lu mau beli apaan, nitip dong, kaki gua lemes parah saking laparnya," ucap Derrel yang menggenggam kedua tangan Tres.

"Iya-iya, untung lu imut plus temen gua, kalo nggak udah gua tendang," Tres pun berjalan ke kantin terdekat.

"Ya dah, serah lu, yang penting gua dibeliin," Derrel berjalan mencari tempat duduk kosong untuk ditempatinya.

"Tres gua nggak, parah banget lu," ucap Ayudia, tak lupa dengan bibir yang dimanyun-manyunkan.

"Iya sapi," Tres pergi meninggalkan kedua sahabatnya.

"Ekhem, ini tempat gua sama temen-temen gua, boleh gabung," suara berat yang khas terdengar dibelakang kami.

"Bo-"

"Enggak! sejak kapan meja kantin bisa di pre-order," Derrel yang baru saja ingin duduk kembali berdiri tegak menatap tajam beberapa senior dihadapannya.

"Bisa, ini tuh meja punya kita, Rian yang beli dan sengaja naro disini, kalo lu punya mata, meja ini beda sama yang lain," ucap seniornya yang berada disebelah kiri Rian.

"Masih untung lu masih diajak duduk, yang lain pasti langsung diusir," ucap satu seniornya lagi yang berada di kanan Rian dengan kacamata bulatnya.

"Kalo gitu ... kita bakal pergi aja, iya kan, Der," Ayudia menarik-narik lengan bajunya Derrel, namun orang yang ditarik tidak bergeming dan terus menatap tajam ke senior-senior itu.

"Bentar, gua mau protes soal Ekstrakurikuler, kalo Ekstra nya nggak ada yang cocok sama mahasiswa, kenapa harus dipaksa," Derrel melepaskan tarikan Ayudia.

"Dan kalo mahasiswanya nggak punya niat buat ikut Ekstra, kenapa harus dipaksa? bukannya jadi semakin banyak yang dilanggar jika mahasiswa itu pada akhirnya bolos Ekstra karna dari awal emang nggak niat," lanjut Derrel sambil tak melepaskan tatapan tajamnya pada satu sosok, Rian.

"Ya it-"

"Gua nanya nya ke ketua ospek," potong Derrel, orang yang baru saja dipotong kata-katanya hanya mendecih kesal.

(Cin)Derrel(la) Where stories live. Discover now