Skenario Tuhan [3]

49 23 12
                                    

Hidayah itu dicari dan dijemput.
Bukan malah di nanti dan bukan ditunggu.
Karna datangnya ajal gak pak pake acara pending-pendingan.

#Skenario Tuhan
🍃🍃🍃

   Perempuan itu menatap pantulan dirinya di hadapan cermin. Dibetulkannya tata letak penutup kepala yang sedikit miring. Tak muluk-muluk baginya dalam hal style. Cukup rok dan atasan blush tangan panjang , tak lupa pula dengan penutup kepalanya yang kadang menutupi kadang tidak menutupi dada. (Wajar baru dapet hidayah di semester 2, guys. Katanya sih belum siap:^)

   "Umi..! Ale pergi ngampus." Dia memanggil Uminya yang entah dimana. Netranya terus menjelajah mencari keberadaan sosok tersebut.

   "Aduh Ale, bisa'kan gak pake teriak?! Orang umi dari tadi di dapur juga." Saras heran atas kelakuan anaknya yang padahal usianya sudah bisa dikatakan dewasa.

Yaps, Aara Alesha, memang dipanggil dengan Ale jika di lingkup keluarga. Sebab dulu kecil dia masih cadel untuk mengatakan Aara, jadi dia memanggil dirinya sendiri dengan panggilan Ale.

   "Hehee...lagian pas Ale liat ruang Tv kok gak ada umi, biasanya kan umi jam segini lagi nonton." Tukas Aara benar.

   "Yaudah deh, Ale berangkat ngampus dulu ya, mi? Assalamu'alaikum." Pamitnya dengan tangan yang melingkar diperut uminya.

Aara memang terkenal dengan sifat manja dan kekanak-kanakan jika di rumah. Tapi jika sudah diluar rumah, dia bersikap seperti biasanya. Dengan pembawaan yang humble dan dewasa di tunjukkan ke depan umun.

   "Yaudah hati-hati, jangan ngebut! Dan belajar yang bener!" Ingat uminya. "Siap Bos!" Tangannya berada disamping kepala persis sekali seperti siswa yang di suruh berdiri di depan bendera .

   Aara mengeluarkan motor yang ada di bagasi rumahnya. Dia sudah biasa pergi ngampus dengan mengendarai motor. Kadang jika dia punya jam pagi maka dia akan pergi bersama Abinya.

   Setelah sampai di parkiran kampus, dia segera mengatur posisi motornya tersebut, dan menggaitkan helmnya. Aara berjalan ke fakultas kedokteran. Aara termasuk mahasiswa yang berprestasi. Selain pinter Aara emang punya banyak penggemar, karna yah memang dia memiliki paras yang cantik walau tanpa make up. Postur tubuhnya pun tidak terlalu pendek, jadi bisa dibilang di punya body goals.

   "Aara, wooi! Tungguin!" Bisa Aara tebak  suara merdu itu dari sosok  yang sudah 4 semester ini menjadi temannya.

   "Ihh, daritadi juga. Dipanggilin gak noleh-noleh. Tuh leher kecengklak, hah?" Ocehnya seperti memarahi anak yang menghilangkan tupperware.

   "Assalamu'alaikum, kebiasaan deh. Beneran gak denger aku tadi Sya, suer. Ehm, leher aku gak kecengklek tuh." Gadis itu kesal akan tanggapan Aara.

   "Wa'alaikumussalam." Ketusnya. Iya, dia adalah Syakira Abidah, sosok cantik dengan rambut sepunggung. Gadis ceria dengan segala tingkah aneh yang selama ini menjadi bestie dari Aara. Yang selama itu pula sering membuat Aara refleks elus dada. (Kok Aara betah, ya?)

   "Jangan manyun dong. Ntar disentup tawon, baru nyaho." Gurau Aara menghibur Sya'nya itu.

   "Au ah, gelep nih." Kesel Syakira yang sebenernya hanya menjaili Aara.

   "Gimana gak gelep, kalo itu matanya kamu pejemin." Bumerang guys, bukan Aara yang dibuatnya kesal, tapi lama-lama dia yang kesal karna ulahnya sendiri.

   "Bodo! Yaudahlah, ke kelas aja." Ajaknya yang langsung menggandeng tangan Aara.

   Gedung FK jaraknya emang sedikit jauh dari arah parkiran. Selama menuju ke FK banyak tawa yang melengkapi mereka. Siapa lagi kali bukan Syakira yang buat.

Skenario TuhanWhere stories live. Discover now