🌷DIC -Dekapan Dingin

4.1K 410 7
                                    

Bismillah ...
Vote dulu ya sebelum lanjut 😊
________________________________

Kamu butuh ruang untuk berbicara, bukan berlaku seenaknya. Karena praduga seringkali tak sesuai kebenaran aslinya.

•Dalam Isak Cinta•

Malam kian larut, Faila masih betah duduk di kursi meja makan. Menatapi makan malam yang telah mendingin. Bibirnya melengkungkan senyum kecewa. Sudah pukul sembilan malam dan suaminya belum pulang. Padahal Lutfan tak bilang dia lembur.

Untuk pertama kalinya, Lutfan tega membiarkan senyumnya luntur. Telpon, chatt bahkan SMS pun tidak dibalas. Ke mana imamnya? Ada tugas menempukkah? Ada rapat atau ada yang perlu diurus? Tapi ... kenapa tidak memberi kabar?

Faila menunduk, menatapi lantai yang terasa dingin dikakinya walau sudah berkaus kaki. Hati membawa langkah kakinya berjalan menuju pintu, membukanya, duduk di beranda menunggu imamnya pulang. Sudah malam, Faila tidak mau sendiri.

Angin malam mencolek kulitnya, udara dingin seolah mendekapnya. Membuatnya mengigil kedinginnan.Tapi Faila tidak peduli, matanya was-was memperhatikan gerbang. Menunggu kepulangan seseorang.

Ternyata begini sakitnya tak diberi kabar.
Harapan kemunculan sang imam dihapus oleh angin malam. Imamnya tak kunjung pulang.

Ternyata begini rasanya menunggu bersama kekecewaan.
Faila mendongak, bersama air mata tertahan.

Malam.
Mana bulan?
Kamu sendiri tanpa ada teman
Sepertinya kita sekawan malam ini

Malam?
Kamu tahu di mana Mas Lutfan?
Malam?
Aku boleh berbisik?

Bisa kamu sampaikan padanya?
Bahwa ada yang menunggu kepulangannya

Faila menghapus air matanya yang berhasil lolos. Sebenarnya di mana Lutfan? Sudah jam sepuluh. Sang imam belum jua pulang.
Sinar cahaya lampu yang menerangi sedikit jalan di depan gerbang, membuat Faila lekas berdiri. Bibirnya tersenyum, itu pasti Lutfan. Kepalanya mendongak, malam terima kasih sudah membantu menyampaikan.

Tinn!!

Benar!! Itu sang imam, yang akhirnya pulang.

Faila berdiri dengan semangat menunggu hingga suaminya masuk dan turun dari mobil. Senyum kecewa berganti sudah menjadi bahagia. Matanya memperhatikan Lutfan begitu turun dari mobil.
Dia memandanganya.

Faila tersenyum lebar, melambai.

Tapi ...

Tidak ada senyuman, Lutfan mengalihkan pandangan. Lalu berjalan bersama hawa dingin yang membuat ngilu hatinya. Senyum Faila luntur.

Tidak, barangkali Lutfan kecapekan. Senyumnya tersungging lagi.

"Assalamualaikum, Mas. Akhirnya Mas Lutfan pulang. Dari tadi, Faila nungguin Mas."

Lutfan berjalan, tanpa suara dan melewatinya begitu saja. Membuka pintu, masuk dan meninggalkannya. Bukan karena kecapekan, Faila terdiam kecewa dengan seribu tanda tanya. Badannya berbalik, menyusul sang imam.

"Mas Lutfan?" panggilnya pelan.

Tapi ... diabaikan lagi. Lutfan berjalan menuju kamar.

"Mas Lutfan, Faila sudah masak. Makan yuk!"

Faila mengekori Lutfan. Laki-laki itu diam. Wajahnya tampak datar. Faila menelan ludah.

"Mas Lutfan gak makan dulu?" tanyanya melihat suaminya membuka dasi, serta jas kebanggannya. Lutfan lalu beralih menuju lemari.

Dalam Isak Cinta [END]Where stories live. Discover now