Chapter 7

22K 1.7K 30
                                    

Agaam memandang datar sosok yang terkapar di bawahnya. Matanya menunjukkan kepuasan atas hasil karya yang baru dia buat. Bibirnya menyeringai lebar setelah korbannya tewas dengan isi perut yang telah dia keluarkan.

Darah segar mengotori pakaian dan tangannya yang terlapis dengan sarung tangan tipis. Cukup merasa senang mendengar jeritan kesakitan dan permohonan dari korbannya. Seperti alunan melodi yang terasa nikmat didengar. Laki-laki itu meremas bagian jantungnya hingga pecah.

Iris matanya berpindah pada kapak yang sebelumnya dia pakai untuk merobek perut korban. Seringai buas muncul kembali, lidahnya menari-nari di dalam rongga mulutnya.

Kapak yang ada di genggamannya bersiap menebas kepala sang korban, hingga terpisah dari lehernya. Dia tidak merasa jijik atau pun ngeri, justru hasrat iblisnya bergejolak naik. Agaam mencongkel bola mata korban dengan pisau lipat andalannya.

Meremas bola mata itu hingga hancur. Pria itu menelisik tubuh korban yang kini sudah tidak berbentuk. Apa yang harus dia lakukan lagi untuk menuntaskan kepuasannya?

Asik memandang tangan korban yang penuh dengan darahnya. Agaam tidak henti-hentinya tersenyum bahkan terkekeh senang. Dia memotong jari-jari korbannya dengan perasaan melambung. Lalu memasukkannya dalam plastik dan meletakkan di pinggir tembok.

Bau anyir darah dimana-mana. Agaam sangat menikmati permainannya.

Agaam memandang tubuh korban yang tidak berbentuk itu dengan acuh. Lalu melepas sarung tangan hitamnya dan membuangnya di dekat korban. Dia sering melakukan aksi pembunuhannya di jalan kecil yang jarang orang lewati. Daerah ini menjadi salah satu tempat favoritnya.

Dengan trik terbilang biasa saja. Agaam sukses menarik perhatian korbannya dengan kelebihannya. Yang pada akhirnya berakhir tragis di tangan Agaam.

Langkah kakinya menyusuri jalanan yang sangat sepi. Hanya beberapa lampu jalan yang menerangi. Tangannya memasuki jaket untuk mengambil ponsel. Menelpon seseorang untuk membersihkan sisa-sisa mayat sebelumnya.

Setelah beres, jemarinya mengetuk layar sampai berhenti di dalam chat dengan seseorang.

Menyugur rambut hitam pekatnya, kemudian langkah kakinya membawa ke satu tempat yang menjadi tujuannya. Sial, dia sangat merindukan Mora. Padahal mereka baru berpisah saat di sekolah sore tadi.

Di lihatnya kamar Mora dari bawah. Kamarnya terlihat gelap. Berarti gadis itu sudah terlelap. Dengan lincah Agaam melompati dinding rumahnya dengan hitungan detik, menapaki kaki di lantai balkon. Pelan tapi pasti dia membuka pintu, memandang lurus gadis itu yang tertidur pulas.

Senyum tipis terculas di bibir Agaam, mendekati ranjang dan ikut merebah. Mora tidak terusik dengan tindakan Agaam. Justru raut wajahnya menjadi lebih damai dengan mendekatkan diri dengan Agaam.

Agaam yang melihat, memberi kecupan manis di bibir Mora.

🃏🃏🃏

Tiga hari terlewat, Mora masih dengan kesendiriannya selama di rumah. Empat hari lalu, dia dikirimi pesan oleh Naresh. Kesibukan kakaknya itu membuatnya tidak bisa pulang. Alhasil, Mora selalu cemas. Karena Agaam akhir-akhir ini dengan bebas mengunjungi rumahnya.

Masih sangat pagi, Mora memutuskan untuk lari pagi. Terlewat lama dia tidak melakukan rutinitas paginya. Mora siap dengan baju olahraga serta celana trainingnya.

Tidak ketinggalan, di sampirkannya handuk kecil sekitar lehernya. Sebelum memulai, dia melakukan pemanasan. Area jogging yang Mora datangi tidak terlalu jauh, hanya membutuhkan tiga menit untuk tiba di sana.

Cukup banyak orang-orang yang mengisi taman. Bibir Mora terangkat hingga menampilkan senyum manisnya. Setidaknya, dia bisa mengalihkan beban pikirannya yang dipenuhi dengan Agaam. Meski hanya sementara.

Sekitar satu jam lebih Mora menghabiskan waktunya dengan jalan cepat. Kakinya berhenti di salah satu bangku taman. Menyeka seluruh wajahnya yang basah akibat peluh dengan handuk.

Selang beberapa menit, Mora berjalan lagi mengarah pada penjual minuman. Membayar sebotol air dengan nominal yang di tetapkan. Di teguknya perlahan air, menghela napas lega setelah merasa cukup.

Kembali menuju rumah. Mora membersihkan badan lalu turun ke ruang TV. Seketika kakinya berhenti melangkah. Menatap sosok yang berdiri beberapa meter darinya dengan perasaan berkecamuk.

Agaam.

Kenapa harus sekarang dia bertemu dengannya lagi.

Menelan saliva dengan susah payah. Senyum itu. Senyum yang sama saat dia bertemu dengan sosok di hadapannya sebelum semuanya berubah.

Namun, kali ini berbeda. Sorot matanya pada Mora berarti dingin. Air mukanya pun tenang, tetapi memiliki sirat di baliknya.

Selanjutnya, emosi Agaam meluap.

⚜️⚜️⚜️
TBC.
Oke, jadi AM akan update setiap weekday aja. Sabtu & Minggu libur, sebenernya bisa aja setiap hari. Tapi nantinya kalian bosen ngebacanya 😂

𝐀𝐆𝐀𝐀𝐌𝐎𝐑𝐀Where stories live. Discover now