****
Sehabis mandi Pangeran keluar kamar dengan membawa kado untuk saudara kembarannya. Tadi ia asal membungkus hadiah itu. Bunda juga menyuruhnya untuk berkumpul di meja makan sekaligus merayakan hari ulang tahunnya dan Putri. Mereka kembar tentunya dilahirkan di hari yang sama.

"Kamu bawa apa?" Tanya Putri ketika kakaknya duduk di sampingnya.

"Panggil kakak dong atau mas, Abang gitu. Aku lebih tua dari kamu." Sungut Pangeran sebal pada adiknya.

"Alah lahir cuma beda dua menit aja bangga."

"Yang penting aku lahir duluan." Putri memutar kedua bola matanya mendengar itu.

"Nih hadiah dari aku baikan kakakmu yang ganteng ini." Seakan mendapat durian runtuh Putri mengambil kado yang dibawa Pangeran dengan senang. Tumben sekali kakaknya ini begitu baik padanya.

"Ada apa ini ribut-ribut.." Ahwan menghampiri ke dua anaknya sambil berkacak pinggang.

"Enggak ada apa-apa kok, yah. Pangeran cuma mau kasih hadiah ke Putri."

"Oh."

"Ayah kira kalian mau berantem lagi. Mulai besok dan seterusnya Putri disini jagain kamu. Kalian harus rukun jangan berantem terus. Nanti ayah sama bunda nyusul pindahnya." Kemudian Ahwan menarik salah satu kursi untuk di duduki.

"Makasih kakakku yang ganteng." Pangeran mendengus mendengar ucapan adiknya yang lahir hanya beda dua menit dengannya.

"Bunda bikin kue?" Tanya Pangeran membantu ibunya membawakan kue ke meja makan.

"Iya khusus buat anak-anak bunda yang udah tambah dewasa. Sekarang udah 18 tahun-kan?" Pangeran mengangguk menjawab pertanyaan ibunya.

"Makasih bunda." Disaat hendak mencium pipi bundanya. Sebuah benda empuk menimpuk kepala Pangeran. Suasana hangat yang tercipta tiba-tiba jadi hening. Semua mata memandang ke arah benda yang jatuh tepat di atas meja dekat Pangeran.

"Apaan sih main lempar-lempar!"

"Ayah.. bunda... Pangeran jahatt.. masa Putri di Kado pembalut.." Pipi Putri berubah menjadi merona karena malu. Seumur hidup baru kali ini ia mendapat kado yang memalukan seperti itu. Apalagi yang memberikan hadiah adalah laki-laki.

"Inikan punya bunda." Sheila buru-buru mengambil barang pusaka-nya itu. Astaga Pangeran!

"Hehehehe..." Pangeran menggaruk rambut-nya yang tidak gatal.

"Pangeran kira benda itu Roti Jepang kesukaan Putri. Soalnya kan Putri dulu pernah minta beliin di supermarket. Terus Pangeran lihat benda itu di kamar bunda. Yaudah Pangeran ambil aja, siapa tahu dek Putri suka?" ucap Pangeran dengan polos. Ahwan hanya bisa menghela napas sabar.

"Kayaknya Pangeran itu emang anaknya Arsena deh bukan anak ayah..." Ujar Sheila tidak tahan lagi dengan tingkah putranya.

"Apa kita masukin dia jadi polisi aja yah, biar dia tobat kayak om Arsena..." usul Putri. Sontak hal itu membuat Pangeran kalut. Jangan polisi! Pangeran tidak mau hidup dalam dunia yang penuh aturan itu.

*****
Kalila masuk kedalam ruangan yang tadi Racha sebutkan. Ia baru sadar ternyata Racha menghubunginya. Mungkin karena ia terlewat senang menghabiskan waktu bersama Pangeran jadi lupa waktu. Hanya bersama Pangeran, Kalila merasa hidupnya bebas tanpa ada beban apapun.

PANGERAN UNTUK KALILA (OPEN PO) Där berättelser lever. Upptäck nu