II. The Invitors

816 57 0
                                    

Sinopsis
Jaebum kedatangan kawan lama, Jung Taekwoon, vampire keluarga Cha Hakyeon.

* * *


"Tambah lagi winenya, Taekwoon hyung?"

Pemuda berwajah tanpa emosi itu menoleh pada Jaebum yang tengah mengangkat botol anggur menawarkan, Taekwoon hanya menggeleng sedikit lalu mengangkat gelasnya sendiri menandakan masih ada cairan merah yang bisa diminum dari sana. Menerima penolakan membuat Jaebum menuangkan wine ke gelasnya sendiri.

Kantor Director menguarkan keheningan dari semua sudutnya, ketika malam sudah turun entah kenapa semuanya begitu tenang tanpa ada suara. Padahal saat pagi pun jarang ada siswa atau pengajar yang lalu lalang di sekitar kantor Director, karena orang-semacam-kepala-sekolah ini lebih baik dihindari daripada ditemui.

"Tumben sekali mampir ke kantorku," kata Jaebum duduk di salah satu sofa dan menumpukan kaki sembari menatap sosok tinggi yang berjalan dari duduknya di tepi jendela, "ada yang mau dibicarakan?"

"Tidak. Iseng saja mampir." Taekwoon, vampir tak banyak bicara itu ikut duduk di sofa kantor Jaebum. Keduanya mengangkat gelas dan bersulang sambil berkata,

"L'chaim."

Senyum Jaebum dan Taekwoon bukan sesuatu hal yang mudah untuk dilihat. Keduanya sama-sama bukan penyuka keramaian, bukan penggemar penebar tawa. Keheningan, tenggelam dalam pikiran atau hal-hal semacam itu adalah situasi disekitar mereka. Hakyeon pernah mengira-ngira kenapa kedua orang itu punya sifat yang hampir sama walau Jaebum lebih punya emosi wajah ketimbang Taekwoon. Mungkin karena latar belakang keturunan dan atau sesuatu semacam ras mereka bisa dibilang punya andil besar membuat watak dan sifat seorang makhluk.

Jaebum mendesis merasa kaku di mulutnya, beberapa hari hanya mencekoki diri sendiri minum wine bukannya berburu di hutan. Ia menaikkan frame kacamata yang turun tak nyaman, melirik lagi pada Taekwoon yang sibuk menggoyang-goyangkan gelas memainkan wine yang tinggal seteguk di dasarnya.

"Kalau kau mau menanyakan sekali lagi, atau menawarkan, Jaehwan tak bisa meninggalkan Mansion meskipun kastil dan asrama sekolah ini aman, Jaebum. Maafkan aku," potong Taekwoon menghabiskan wine dan menaruh gelas hati-hati di atas meja, yang ditembak begitu hanya tertawa.

"Oh, that's fast. Tapi aku hanya menyarankan, paling tidak Jaehwan hyung bisa belajar disini. Yah, mungkin sekedar melindungi dirinya?" kata Jaebum sembari menyisip minumannya, "keluarga Jung yang terhormat pasti tak akan meninggalkan sendirian."

Taekwoon melemparkan pandangan tajamnya, Jaebum tak menggubris.

"Dia aman di Mansion kami."

"Ku dengar dari Hakyeon, Byunghee datang mengunjungi. Kuharap itu kunjungan minum teh yang hangat."

Perkataan terakhir Jaebum itu penuh tusukan, terbukti dari bagaimana makhluk itu menarik satu sudut bibirnya ke atas dengan licik karena tahu fakta bahwa salah satu keluarga Jung sudah datang ke Mansion dan mengunjungi Kim Jaehwan.

Taekwoon tak mengerti, masalah pasangan, atau orang yang menjadi tanggung jawabnya, itu bukan urusan keluarga. Untuk apa? Kenapa mereka tiba-tiba tertarik dengan Jaehwan? Disamping Ayahnya, Jung   tak sudi punya anggota keluarga vampir kelas bawah yang dirubah melalui paksaan dan menjadi budak orang lain (mereka selalu punya bau yang khas), tak perlulah sampai kakak-kakaknya ikut campur tangan begitu.

Harusnya mereka sadar, detik dimana Taekwoon meninggalkan Mansion Keluarga Jung, itu artinya tamat untuk hubungan keluarga mereka. Tapi sepertinya mereka tak tertarik untuk paham.

"Kalau Ayahmu memang mendirikan sekolah ini untuk mereka makhluk mistik," kata Taekwoon memecah keheningan dengan berdiri dan melihat-lihat lukisa besar yang menggantung di salah satu dinding, "kenapa Park Jinyoung ada disini?"

Kini ganti Taekwoon yang melemparkan seringai menang.

"It's different case." Kata Jaebum tenang tapi dingin, Taekwoon terkekeh lalu menamati lukisan Director terakhir yang menjabat sebelum anak rambut hitam yang congkak dan tengah minum wine dibelakangnya itu.

"Menempatkan seorang manusia penuh darah macam begitu diantara makhluk-makhluk yang belum pintar menahan nafsunya. Jaebum, kau menempatkan matemu diantara para singa kelaparan."

Jeda sebentar, sebelum Taekwoon melanjutkan.

"Tapi itu kalau Jinyoung pantas disebut mate. Nyatanya dia hanya kontrak tukar nyawa, begitu 'kan, hei, Crossroad Demon?" Taekwoon kini benar-benar membalik badannya, memandang Jaebum yang menatapnya dengan tatapan jengah.

Toh nama yang dilontarkan Taekwoon itu bukan nama Jaebum, dia salah satu nama Jaebum.

"Takdir. Kau mau bilang begitu? Oke, aku mengalah. Kau menang. Itu takdir Jinyoung. Itu takdir Jaehwan. Takdir kita." Taekwoon mengakhiri perdebatan tak langsung antara ia dan Jaebum, setengah hatinya karena dia tak mau tertekan dengan aura Jaebum yang menyebalkan. Tak nyaman dan mengganggu.

"Dia akan jatuh cinta padaku." Ujar Jaebum, menyandarkan punggung penuh-penuh lalu menumpukan kedua siku di lengan sofa, mengaitkan sepuluh jarinya di depan wajah.

"He will." Taekwoon tersenyum samar, tapi Jaebum tak membalasnya. Pandangannya tertancap pada gelas wine di atas meja.

Keheningan itu pecah saat Cha Hakyeon dengan suara melengking masuk dan mengatakan kalau Dragon Majesty, Sang Penguasa, memberikan surat undangan untuk Director sekolah menghadiri sebuah rapat akbar. Jaebum tak terkesan dengan bagaimana Hakyeon masuk ke kantor lalu dengan cerianya, berbanding terbalik dengan langit malam musim panas yang merintikkan hujan.

"Sekarang aku tahu kenapa Taekwoon hyung menyebutmu perusak kesenangan, Hakyeon," kata Jaebum memandang malas pada pemuda kulit gelap yang menoleh pelan padanya dan memandangnya penuh intimidasi.


- finish -

The AcademyWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu