I. Stealer

1.6K 97 0
                                    

Sinopsis
Jinyoung boleh saja jadi 'kesayangan' Jaebum, tapi bukan berarti dia tak bisa membuat Jaebum murka.

* * *

Langit malam pekat tanpa titik-titik sinar bintang menarik perhatian Jaebum. Sambil terus menyesap minuman beralkohol dari gelasnya, ia menunggu suara geretan pintu terbuka jauh di belakang punggungnya. Tak selang hitungan Jaebum tepat ke enam puluh, pintu kayu itu tersorong terbuka lalu menutup. Sementara Jaebum enggan melihat siapa yang datang, langkah kaki itu akhirnya berhenti bergaung di dinding kantornya.

"D-Director, Anda memanggil saya?" ucap pemuda itu setengah berbisik. Jaebum mengenal suaranya, terlalu familiar dengan ini. Ia sudah biasa mendengar suara ini dalam kondisi apapun, pakaian lengkap, atau telanjang tanpa sehelai benang.

"Ya, aku memanggilmu, Park Jinyoung." Jaebum berbalik, meletakkan gelas alkoholnya dibingkai jendela. Jinyoung berdiri agak jauh dari mejanya. Maka Jaebum memutar arah dan berjalan mendekatinya. Pemuda dengan rambut hitam seperti miliknya itu menundukkan wajah erat-erat dengan kedua tangan saling bertautan di depan tubuh. Mengisyaratkan sebuah keadaan ketakutan yang lebih dari biasanya. Sesampainya Jaebum tepat di depan anak itu, Jaebum terkekeh sebentar.

"Jinyoungie. Kenapa takut sekali? Hm?" Jaebum menggodanya sekaligus terselip nada sarkatis. Jaebum lebih mendekat lagi, benar-benar sangat dekat. Ia mendongakkan wajah anak itu dengan mengangkat dagunya, senyum miring Jaebum terlihat sangat jelas. Wajah siswa itu menunjukkan rasa gugup dan takut bahkan dia mungkin bisa menangis kalau Jaebum mengeluarkan satu huruf lagi dari bibirnya.

Tapi Jaebum tak mengeluarkan huruf atau kata bahkan kalimat. Hanya bibirnya bertaut lembut dengan milik Jinyoung yang sedikit gemetar karena sentuhan tiba-tiba itu. Jaebum tak peduli meskipun anak yang kini menutup mata merasakan ciumannya tak membalas, malah Jaebum melumat bibir Jinyoung lebih kasar. Hingga ia merasakan remasan gemetar di dada jasnya, Jaebum melepaskan ciuman adiktif itu. Sengaja mengeluarkan suara yang menggema dan garis tipis saliva diantara bibirnya dan anak itu. Jinyoung membuka matanya, tapi tak berani memandang pandangan elang Jaebum.

"Kau tahu kesalahanmu, Park Jinyoung?" bisik Jaebum tepat di depan bibir Jinyoung, tangan Jaebum kini lebih berani lagi. Ia menghabiskan jarak antara tubuhnya dengan Jinyoung, menggeret mendekat pinggang Jinyoung dan tangannya yang lain menahan belakang leher Jinyoung agar anak itu memandangnya langsung di mata. Senyuman puas Jaebum yang jahat terangkat lebih tinggi melihat ketakutan di pandangan Jinyoung.

"Mencoba kabur dariku, huh? Mencuri blue print asrama dan berniat menerobos keluar? Ckck," Jaebum berdecak lalu mencium sudut bibir Jinyoung, merunutnya hingga tepat di depan telinga anak malang itu,

"Kau tahu itu akan sangat sia-sia, Jinyoungie. Itu tindakan yang tak terpuji."

Jaebum kembali ke posisinya yang semula, menatap Jinyoung lekat-lekat. Ia merasa amarahnya sampai ke ubun-ubun, berani-beraninya manusia lemah tak berdaya ini ingin keluar dari garis yang sudah di tetapkan Jaebum. Director muda itu mematut dirinya di iris Jinyoung yang kelam, senyumnya tak memudar tapi lebih naik lagi. Matanya terasa tak seringan yang tadi, iris mata kanannya berubah menjadi merah rubi sedangkan mata kirinya hitam pekat meninggalkan garis tengah yang panjang bewarna putih.

"Aku tak terkesan dengan sikap macam itu, Jirongie." Ucap Jaebum memanggil nama kesayangannya untuk Jinyoung, dengan nada yang berbahaya. Jika Jinyoung bisa melihat aura Jaebum sekarang, gelap adalah jawabannya. Jaebum terkekeh berat sebentar sebelum menggeret mendekat wajah Jinyoung, menertawai air mata Jinyoung yang mulai menetes. Tubuh anak itu gemetar dalam dekapan Jaebum, terbukti dari cengkeraman kedua tangan Jinyoung di bagian dada jas Jaebum, seakan merasa kalau tangan-tangan Jaebum bisa menghancurkannya dalam sekejap.

The AcademyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang