Perlahan Jihan memejamkan mata, merasakan angin malam menyapa kulit wajahnya. Hari sudah semakin larut dan angin semakin menusuk kulit, dingin. Lantas Jihan memutuskan untuk masuk kedalam flatnya.

Menaiki ranjang yang tidak terlalu besar,namun cukup untuk Jihan merasa nyaman. Mencari posisi sebelum akhirnya menjemput sang mimpi.

***

Di sebuah ruangan yang amat besar itu. Jungkook duduk di kursi kebesarannya dengan tangan yang memegang pulpen hitam berlapis emas, disisi kiri ada seorang wanita cantik berdiri tegak. Menunggu Tuannya memberi perintah atau sekedar bertanya perihal kegiatannya hari ini.

Meneliti kata demi kata yang tertulis di kertas putih."Pukul berapa janji temu untuk perusahan JM Corp?" Wanita yang sedang berdiri itu dengan sigap menjawab pertanyaan yang baru saja Jungkook lontarkan," Jam sebelas siang. Karena ini adalah proyek yang lumayan besar, jadi ada beberapa perusahan yang ikut bergabung." Katanya menjelaskan.

Jungkook hanya mengangguk,"Selain JM Corp, ada KT Group juga perusahan Tuan Mingyu dan beberapa rekan lainnya." Sontak Jungkook menatap sekretarisnya, mata bulatnya terlihat berkilat gelap mendengar salah satu nama perusahaan yang terasa tidak asing.

"Kau yang menentukan dimana tempat pertemuan?" Jungkook berdiri dari duduknya, berjalan kesalah satu rak buku yang dimana ada beberapa bingkai foto bertengker cantik diatasnya."Bukan saya, tapi sekretaris JM Corp Tuan." Jungkook hanya mengangguk lagi, lantas tangannya terulur mengambil salah satu bingkai foto yang berwarna hitam, terlihat sosok wanita cantik didalamnya. Jungkook teringat lagi, rindu sekali rasanya. Ingin merengkuh tapi tidak ada keberanian untuk sekedar memandang wajahnya saja Jungkook tidak dapat melakukannya.

Wanita itu Kang Nari menyadari kaadaan, dan memutuskan untuk pamit undur diri. Setelah mendengar pintu tertutup Jungkook meletakan kembali bingkai foto tersebut ke tempat asalnya, mendudukan bokongnya di sofa hitam seraya memijat pangkal hidungnya yang tiba-tiba merasa pening.

"Kau dimana Sayang. Aku merindukanmu—sangat." Ucapnya lirih. Tangannya sudah tak lagi berada di hidungnya lantaran tangan itu ia gunakan untuk menumpu di atas jidatnya. Memutar semua memori yang pernah terjadi di dalam ruangan ini, saat dimana ia lelah sehabis dengan perkerjaan. Jihan yang dengan telaten mengelus pucuk kepalanya agar bisa beristirahat di atas paha Jihan.

Atau barang kali saat Jihan dengan gemas memencet hidungnya untuk sekedar mengeluarkan komedo. Semua memori berputar-putar di kepalanya, hingga akhirnya Jungkook melemparkan tatapannya menuju meja kerjanya yang sekarang begitu rapih. Tidak seperti dulu-mejanya itu sering sekali berantakan dengan berkas yang berceceran di lantai pun di remas Jihan yang terbaring diatas sana.

Wajah cantik Jihan terus menetap di kepalanya. Untuk kesekian kalinya Jungkook tersenyum pedih, hatinya sakit bukan tak ingin mencari atau barang kali dirinya hanya takut dengan kenyataan yang sedang menunggunya.

Banyak sesuatu yang Jungkook sendiri tidak bisa menjelaskan banyak hal tentang kehidupannya, Nyatanya ia terlalu takut untuk menghadapi sesuatu yang nantinya malah akan membuat Wanita itu bertambah sakit.

Sudah cukup selama ini Jungkook menutupi banyak rasa hanya untuk menahan Jihan tetap bersamanya. Dengan tetap bersikap acuh, menjadi pria tanpa perasaan. Berharap dengan begitu Jihan akan tetap aman bersamanya, yang nyata tidak demikian.

Jihan pergi meninggalkannya, tidak lagi Wanita yang memberikannya sentuhan lembut di pucuk kepalanya ketika ia lelah, Tidak ada lagi sosok yang setiap pagi menyambutnya dengan senyum sembari menyediakan sarapan untuknya.

Simpanan yang selalu tersimpan dalam hati. Simpanan yang berhasil menetap di dalam sana, Simpanan yang menjadi kesukaannya. Dan bodohnya Jungkook menjadikan Jihan simpanan!

Simpanan yang bahkan tidak bisa dia simpan dengan baik.

***

Di sebuah ruangan khusus yang berada didalam salah satu restoran ternama, yang sudah di penuhi beberapa pengusaha berjas mahal di suguhkan minuman mahal serta hidangan yang juga bukan main harganya.

Masih menunggu pemeran utama dalam proyek yang sedang berlangsung. Gelak tawa memenuhi isi ruangan, sambil berbincang kecil seraya menunggu para petinggi yang memiliki banyak peran.

Sampai salah satu yang mereka tunggu pun datang dari sisi kanan pintu. Disusul dengan sisi pintu kiri juga depan, mereka masuk bersamaan dari arah yang berbeda. Bertatap muka satu sama lain— tepatnya dua orang berbeda gender yang kini saling bertatapan dalam diam.

 Bertatap muka satu sama lain— tepatnya dua orang berbeda gender yang kini saling bertatapan dalam diam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Butuh beberapa menit untuk Jungkook kembali sadar dan melanjutkan langkahnya. Duduk di salah satu meja yang sekarang telah terisi penuh, lantaran mereka semua duduk di meja yang sama.

Jihan hanya mengulas senyum kecil. Saat melihat Jungkook yang bersikap biasa saja setelah sebulan lamanya tidak bertemu, meski awalnya sempat terkejut melihatnya. Lantas bersikap acuh lagi seakan tidak pernah terjadi apapun.

Menoleh kearah lain, Jihan bertemu manik dengan Pria si pemilik senyum kotak yang juga sudah sebulan lamanya tidak bertemu.

Kim Taehyung

Sama hal nya dengan Jungkook. Taehyung pun merasakan hal yang sama. Jihan meninggalkannya, Wanita itu memilih untuk tidak berhubungan dengannya lagi. Setelah malam itu mereka berciuman dan berakhir tidur bersama.

Hanya sekedar tidur di ranjang yang sama. Berpelukan tidak lebih, karena Jihan pun tahu batasan dengan Taehyung yang sudah memiliki istri.

"Ada apa,hm?" Pria yang berstatus bosnya memegang lengan Jihan lembut. Tersentak sesaat lantas melepas tangan Bosnya dengan hati-hati seraya memberi isyarat bahwa ia tidak apa-apa meski nampak sangat jelas Jihan merasa tidak nyaman."Kau terlihat tidak nyaman Ji, Kau sakit?" Tanya Pria itu seraya menjulurkan tangan di keningnya.

Dan berhasil menyita atensi dua pria yang kini tersenyum kecut melihat adegan yang memuakan. Jungkook bahkan tidak sanggup lagi melihat dan lebih memilih menunduk mengepalkan tangannya diatas paha, rasa panas entah dari mana asalnya menyerap kedalam tubuh Jungkook.  Melihat Jihannya di sentuh pria lain, didepan matanya. Sakit sekali, sungguh. Apakah ini yang Jihan rasakan saat melihat dirinya bercumbu dengan Eunha dulu? Tentu lebih dari itu.

Jihan pergi pamit untuk kekamar mandi. Dan mendengar itu kedua pria yang dari tadi memasang wajah bengis kini bergerak berdiri, namun saat hendak beranjak Park Jimin membuka suara yang mau tak mau salah satu pria tersebut mengurungkan niatnya.

Dan satu pria lain nya sudah lebih dulu meloloskan diri. Entah kemana tujuannya, dia hanya akan melihatnya dari jarak dekat. Ada sesuatu yang perlu ditanyakan dengan Jelas, butuh penjelasan sekalipun merasa tidak ada yang perlu dijelaskan.

[ ]

Ini story pertama yang aku buat. Alur ceritanya setiap chapter memang nggak panjang kaya yang lain, tapi alur bakal aku perjelas nantinya.

Cyn 💕

SECRETS [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang