"Lalu?"

"Entahlah, dia.. Hilang begitu saja, lihat."

"Anakmu seperti hantu. Datang dan menghilang secara tiba-tiba." Kata Rachel lagi sembari menuang vodka ke gelasnya. "Sudah kubilang dia sedikit berbahaya sekarang. Dia juga membuatmu kehilangan jejak William dan pengantinnya dari areamu bukan?"

"Kita akan menemukan mereka semua. Astaga, kenapa sifatnya tak berubah sejak kecil? Kau tahu, jika aku melakukan hal yang tak disukainya dia selalu membuatku kesal dan menghilang seperti ini. Dia bersembunyi di mana pun."

"Dia sedang menyerangmu." Rachel mulai meneguk minumannya. "Membuatmu khawatir dan cemas seperti ini. Beberapa anak selalu melakukannya bila sedang merajuk. Menghilang dari pandangan orang tua mereka, ibu mereka. Lalu melakukan hal-hal di luar perkiraan, yang cukup menyenangkan bagi mereka, namun sangat ekstrim dan berbahaya. Yang akhirnya.. akan membuat orang tua mereka begitu kerepotan."

"Berhenti menakutiku." Alexa merebahkan diri ke atas kursi tak jauh dari Rachel. Mencoba tenang selagi para pekerjanya tetap fokus mencari jejak hilangnya Sean dan mermaid yang mereka buru itu.

"Jangan terlalu takut, Alexa. Sebagai ibunya, kau pasti mampu menghadapinya. Kau pasti tahu ke mana anakmu berada. Bukankah insting seorang ibu sangat tajam pada anak-anaknya?" Kata Rachel.

Kalimat wanita itu, bisa ia akui mampu untuk mendobrak pikirannya yang mulai panik karena kehilangan dua buruannya itu, terutama Sean.

Alexa menjadi ingat saat-saat di mana ia masih hidup berdua saja dengan Sean. Anak itu sekali waktu memang bisa menjadi anak yang sangat sulit diatur. Tingkah Sean baginya bisa sangat menyebalkan, membuatnya marah, namun sedikit mencemaskannya.

Sean-kecil, selalu melarikan diri jika ia dan ibunya itu tak sepakat dalam satu hal. Misalnya saja saat Alexa tak membiarkannya bermain air di bak mandi seharian, atau memakan habis permen-permen hasil halloween dalam sehari. Seperti kebanyakan anak-anak di belahan dunia mana pun, Sean-kecil bisa menjadi sangat murung jika keinginan kanak-kanaknya.. yang tak masuk akal, tak diijinkan oleh sang ibu.

Namun, Alexa juga ingat, bagaimana pun sikap nakal Sean, anak itu tak pernah bisa lepas darinya. Ia memang sering melarikan diri dari Alexa jika mereka sedang berseteru. Namun di mana pun Sean berada, bersembunyi karena kekesalannya, Alexa selalu berhasil menemukannya kembali. Menemukannya di pekarangan belakang, menemukannya duduk bermurung di tepian jendela yang tertutupi tirai, dan bahkan menemukannya di kolong tempat tidur dengan setumpuk mainan untuk menemaninya. Sederhana.

Sean, benar yang dikatakan Rachel, dia hanya anak-anak. Alexa mulai berani bertaruh untuk bisa mendapatkannya lagi dengan mudah.

Wanita itu berdiri kembali dari kursinya. "Aku tak menyangka ia akan bertingkah seberani ini." Ujarnya dengan yakin.

"Apa maksudmu?"

"Sean. Sejak kecil ia tak bisa berpisah denganku, ia memang sering kabur, bersembunyi dari hadapanku, tapi tetap berada tak jauh dariku yang membuatku dengan mudah.. MENEMUKANNYA KEMBALI." Alexa berjalan ke salah satu tim penjaga yang kebetulan memang bertugas di sekitar ruangan itu. "Coba kau dan anak-anak buahmu periksa dengan seksama seluruh sudut kapal ini. Sean, ia tak terdeteksi di lautan di bawah kita. Siapa tahu, ia tengah naik dan berkunjung kemari tanpa kita sadari."

"Baik Nyonya."

Pria berbadan kekar itu keluar dari ruangan, segera melaksanakan apa yang telah diperintahkan oleh Alexa.

"Kau berpikir Sean ada di kapal ini?" Tanya Rachel.

"Aku yakin dia memiliki maksud tertentu."

-

Hampir sekitar seratus orang memeriksa setiap bagian kapal. Sementara beberapa yang lain meneliti kembali semua hasil rekaman cctv yang terpasang di sudut-sudut kapal. Mereka bergerak cukup profesional, tak melewatkan satu ruangan pun di sana.

Alexa dan Rachel menunggu di ruangan operasional. Mereka berharap hasil yang memuaskan. Sean, ia tak mungkin bisa lolos dari ini semua. Ia yakin mereka akan menemukannya di mana pun anak itu bersembunyi. Dan ia berniat akan menghukum kelakuan putra satu-satunya itu dengan setimpal.

Alexa hampir meneguk vodka milik Rachel ketika salah satu pekerjanya menemukan sesuatu yang mengejutkan.

"Nyonya,"

"Ada apa? Kau berhasil menemukan di mana buruan kita?" Alexa dengan malas meneguk minuman itu.

"Tidak nyonya. Aku menemukan hal yang lain. Sebuah kapal asing memasuki area kita."

"Apa? Kapal asing?"

"Ya. Kapal itu ada tak jauh dari area kita."

Alexa terdiam seketika. Rachel meletakkan gelasnya ke meja tak jauh darinya.

"Natalie?"

"Wanita jal*ng itu harusnya tak melakukannya. Aku sudah menghancurkan segala yang ia punya untuk ini semua."

Alexa ingat peristiwa di mana orang-orangnya menghancurkan lab dan membunuh semua pegawai James ketika merebut William dari tangan orang itu. Tak ada yang bersisa. Segala yang Natalie dan James miliki tak tertolong lagi. Tapi sekarang? Mereka kembali ke lautan dengan tujuan yang sama dengannya? Mustahil.

Belum sempat Alexa berpikir lebih jauh lagi mengenai masalah yang baru ia dengar, pria yang tadi diperintahkannya untuk memeriksa seluruh kapal ini tiba-tiba memasuki ruangan. Dan Alexa seketika bisa membaca hasil, buruk, yang akan ia dengar.

"Bagaimana? Kalian tak menemukan Sean?"

"Maaf Nyonya, kami sudah memeriksa seluruh bagian kapal ini."

Alexa mendesah kesal. "Bagaimana dengan hasil rekaman cctv? Dia tak mungkin bisa melewatkan itu."

"Hasil pantauan cctv yang terpasang di seluruh kapal ini, tak ada satu pun yang menunjukkan keberadaannya, atau bahkan saat ia datang. Ia tak pernah ada di sini, Nyonya."

******


Sean mengenakan pakaian dari orang pertama yang ia temui di kapal itu. Salah seorang penjaga yang bertugas, yang berhasil ia buat tak sadarkan diri dengan satu pukulan dari tangannya yang kini mulai kembali menjadi tangan manusia ketika terlepas dari air. Sebelumnya, ia tak menyangka bisa naik ke kapal besar tersebut.

Kapal penelitian yang Sean ingat milik Natalie dan James, sebuah tempat, di atas permukaan laut di luar titik jangakuan pengawasan Alexa. Kapal yang juga memiliki sebuah celah di lambung kapalnya di mana ruangan kecil di baliknya seakan menjadi pintu yang dibuat khusus untuk keluar masuknya mahkluk yang mereka miliki. Mungkin untuk sebuah penelitian? Entahlah Sean tak terlalu paham dengan rancangan kapal jenius milik para ilmuwan. Yang pasti, ia hanya bersyukur ia bisa menyusup masuk ke sana. Masuk saat kapal tadi sempat memperlambat lajunya ketika memasuki zona batas milik Alexa di mana menjadi titik tumpul dari radar pengawasan wanita itu.

Sean masuk dengan luka yang cukup parah di bahu kirinya setelah ia mengiris kulit dan dagingnya sendiri untuk mengeluarkan sebuah alat mungil yang James dan anak buahnya pernah letakkan. Sebuah alat, seperti chip, yang mungkin menjadi alasan utama kenapa pria itu, James, dapat menemukannya di rumah Anna waktu itu, alat yang Sean lempar ke atas kapal Alexa beberapa saat sebelum ia merusaknya, membuat kesan seakan di sanalah ia terakhir berada. Sean melakukannya dengan hati-hati setelah ia juga berhasil menghindari serangan kedua dari ibunya tersebut.

Setidaknya Sean tahu cara itu akan membuat James yakin kalau Alexa tengah membawanya, bukti yang takkan bisa terbantah jika Alexa berkata kalau ia juga kehilangannya. James akan mengira Alexa menyembunyikannya dan bersikeras meminta dirinya.

Namun, karena hal itu juga, setidaknya James takkan berani berbuat sesuatu yang tetap Sean tak ingin terjadi pada ibunya seperti sepuluh tahun silam. Membunuh? Sean yakin James takkan melakukannya sebelum Alexa menyerahkan apa yang dia mau.

Dan kini, di atas kapal itu, Sean hanya akan menyaksikkan mereka sedikit bertikai, menghancurkan semua perlengkapan, menggagalkan rencana mereka sendiri tanpa sadar sampai malam purnama ketiga di tahun tersebut, malam yang mereka nanti-nantikan untuk mendapatkan mahkluk incaran mereka.. berlalu begitu saja.

...

THEIR MERMAN [COMPLETE]Where stories live. Discover now