13

1.7K 155 4
                                    

Naruto membawa mangkuk bubur hangat untuk Sasuke. Ia meletakannya diatas nakas yang ada disana. Ia mengguncang tubuh Sasuke pelan, membangunkan Sasuke dari alam mimpi.

"Suke, kau harus makan, setelahnya minum obat dan beristirahat lagi." Sasuke membuka matanya berlahan, iris onyx yang begitu teduh.

Naruto membantu Sasuke untuk bangkit, setelahnya dengan lembut Naruto menyuapi Sasuke. Sasuke tak menolak, karena ia sangat malas makan sendiri, lagi pula Naruto itu kekasihnya. Tak masalahkan jika Sasuke disuapi olehnya? Oh...! Lupakah Sasuke jika ia baru saja mengakhiri hubungan itu?

Selesai makan, Naruto memberikan obat pada Sasuke dan setelahnya membiarkan Sasuke untuk beristirahat. Naruto tak beranjak, ia memperhatikan Sasuke yang sudah terlelap. Tangan Naruto tak berhenti mengusap lembut Surai Sasuke.

Sasuke itu sangat manis dan menggemaskan. Ia memiliki kulit putih susu yang halus, hidung mancung, bulu mata tebal dan lentik, sangat cantik. Pipinya tembam dan ada sedikit semu merah disana, dan bibir tipis Sasuke yang menggoda. Naruto selalu menahan diri untuk tidak mencuri ciuman dari bibir merah muda yang kini tampak lebih pucat, Naruto tak menyukai warna pucat bibir Sasuke. Seharusnya Sasuke memakai lipstick atau semacamnya agar bibir Sasuke tidak terlihat kering dan pucat. Bibir Sasuke yang kering, sungguh! Naruto ingin sekali membasahi bibir itu, membuatnya basah dan tampak lebih berwarna.

Ketukan pintu tak sabaran membuat Naruto harus beranjak. Siapa yang ingin bertamu malam-malam seperti ini? Tidak taukah dia jika sang pemilik flat sedang sakit dan membutuhkan istirahat yang cukup?

Naruto membuka pintu dan langsung berhadapan dengan pemuda yang ingin sekali Naruto hindari. Sai, kakak Sasuke ada dihadapannya sekarang. Menatap Naruto penuh selidik.

Hendak melayangkan pukulan ke wajah Naruto, namun dengan mudah Naruto menahan tangannya. "Suke sedang beristirahat, kau bisa memukulku besok pagi." Naruto tersenyum bodoh, apa penawarannya akan berhasil?

Buk.

Sepertinya tidak. Sai menendang tulang kering Naruto, membuat Naruto terpincang-pincang. Naruto mengikuti Sai yang sudah menerobos masuk, sungguh kaki Naruto terasa begitu sakit. Jika saja Sai bukan kakak Sasuke, Naruto sudah pasti membalas pukulan itu.

Sai membuka pintu kamar Sasuke, ia lihat Sasuke terlelap diatas sana. Selimut menutupi tubuh mungilnya, menjaganya agar tetap hangat.

Sai melangkah masuk dan duduk ditepi ranjang. Ia menyentuh dahi Sasuke, suhu tubuhnya tidak sepanas yang ada dalam benak Sai.

Mata onyx Sai meneliti sekitar. Ada mangkuk bubur dan ada beberapa bungkus obat yang tergeletak diatas nakas. Naruto merawat Sasuke dengan baik, Naruto mendapat nilai tambah, mungkin Sai akan mempertimbangkan Naruto sebagai calon adik ipar nya.

"Suke baru saja minum obat dan ia baru saja tidur. Jangan mengganggunya, ia butuh istirahat yang cukup." Ucap Naruto. Sai menghela nafas, mana tega ia membangunkan Sasuke? Sai tidak bodoh sampai akan melakukan tindakan seperti itu.

"Kenapa dia bisa seperti ini?" Tanya Sai mengalihkan pandangan pada Naruto yang berdiri diambang pintu.

"Kiba mengatakan jika Sasuke tidak makan siang, dan ia juga terus bekerja tanpa henti." Sahut Naruto. Naruto merasa bersalah. Jika Naruto tau dari awal, mungkin Sasuke akan baik-baik saja sekarang.

"Maafkan aku, aku belum dapat menjaga Sasuke." Ucap Naruto penuh penyesalan.

Sai masih terdiam, melihat Naruto seakan tengah menilai Naruto.

"Aku sudah mendengar semuanya dari Suke. Jika kau hanya ingin mempermainkannya, aku memberimu kesempatan untuk meninggalkannya. Aku tidak akan memukuli mu, jadi tinggalkan Suke, jika kau tidak benar-benar menyukainya." Ucap Sai. Tentu Sai tak ingin Sasuke merasakan pahitnya patah hati, Sasuke masih terlalu kecil untuk merasakan semua hal itu.

Suasana terasa begitu hening. Naruto tidak pernah mempermainkan Sasuke. Dari awal Naruto tau bahwa dirinya menyukai Sasuke, saat pandangan mereka bertemu Naruto dapat merasakan getaran dalam dirinya. Naruto tidak bodoh sampai tidak tau arti getaran itu, Naruto menyukai Sasuke. Oleh sebab itu ia meminta Sasuke ganti rugi atas kerusakan mobilnya. Semuanya hanya alasan Naruto agar dapat dekat dengan Sasuke, agar ia dapat menarik perhatian Sasuke.

"Aku tidak pernah main-main dengannya. Aku sangat menyukainya, aku bahkan menyukai Suke saat pertama kali aku bertemu dengannya." Jelas Naruto. Naruto tak ingin ada kesalahpahaman diantara dia dan calon kakak ipar nya.

"Aku harap yang kau katakan bukan hanya bualan." Sai bangkit. Ia harus memberi kesempatan pada Naruto dan Sasuke, dan Sai yakin jika Naruto akan merawat Sasuke dengan sangat amat baik.

Sai melangkah pergi. Meninggalkan flat Sasuke.

Naruto hanya diam ditempatnya, ia melihat Sai yang kini sudah pergi entah kemana. Kini perhatian Naruto teralih pada Sasuke. Ia menghampiri Sasuke dan merebahkan tubuh nya disamping Sasuke, memeluk tubuh mungil Sasuke.

"Aku mencintaimu, Suke." Bisik Naruto mencium puncak kepala Sasuke sebelum Naruto memejamkan mata dan pergi ke alam mimpi.

...

Sedari tadi Shikamaru hanya diam dan begitu juga dengan Kiba. Entah apa yang terjadi pada Shikamaru hingga ia tampak begitu dingin pada Kiba. Dan sungguh! Kiba tidak menyukai keheningan ini, apa yang terjadi pada pemuda Nara yang satu ini? Mengapa ia hanya diam? Kiba tau jika Shikamaru itu pendiam, tapi diam Shikamaru yang sekarang berbeda.

"Ada apa dengan mu? Mengapa kau hanya diam?" Akhirnya Kiba memecahkan dinding keheningan itu. Ia menatap Shikamaru menuntut jawaban.

Shikamaru menghentikan laju mobilnya saat lihat lampu merah untuk pengendara. Shikamaru tidak mengalihkan pandangannya pada jalanan didepan sana, menghiraukan Kiba yang kini menatap Shikamaru.

"Kau marah karena aku menggoda Sai-nii?" Tebak Kiba, Shikamaru masih diam.

Kiba menghela nafas. Tak salah lagi, Shikamaru bersikap aneh setelah ia bertemu dengan Sai. Shikamaru sedang cemburu, dan itu tampak begitu manis Dimata Kiba.

"Sai-nii tidak benar-benar memintaku sebagai kekasihnya. Dia hanya menganggap ku sebagai adiknya, tidak lebih. Dan kami memang seperti itu, kami selalu menggoda satu sama lain." Jelas Kiba diselingi tawa. Shikamaru mengalihkan pandangannya pada Kiba, menatap mata Kiba dalam. "Sungguh?" Tanya Shikamaru memastikan.

Kiba menganggukkan kepalanya sebagai jawaban. "Dan jangan salah paham. Aku tidak menyukai Sai-nii. Jadi jangan marah lagi, oke?" Lanjut Kiba. Shikamaru tersenyum lebar.

"Aku tidak memintamu untuk menjelaskannya, dan aku belum tentu marah karena hal itu. Aku marah karena kau memakan ramen ku." Jelas Shikamaru. Kiba menatap tak percaya.

Untuk apa ia menjelaskan hal itu pada Shikamaru? Kiba bodoh! Seharusnya biarkan saja Shikamaru marah seperti tadi. Sekarang Kiba yakin Shikamaru akan terus menggodanya, Kiba meruntuki kebodohannya.

"Apa kau takut aku akan marah padamu? Kau sangat menggemaskan Kiba, aku semakin mencintai mu. Dan sepertinya kau juga, kau mencintai ku kan? Hingga kau menjelaskan hubungan mu dengan Sai. Jadi, haruskah kita meresmikan hubungan kita?" Oceh Shikamaru. Mobilnya sudah melaju di jalanan malam yang senggang.

"Berisik!" Ucap Kiba yang ditanggapi tawa ringan oleh Shikamaru.

...

JeanTheRapper.

Timeline🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang