9

1.8K 173 9
                                    

"Boleh aku mendapatkan kesempatan itu?" Tanya Shikamaru lagi. Kiba masih diam, ia menatap dalam kuaci Shikamaru, mencari kebenaran didalam sana. Kiba tidak ingin dipermainkan seperti sebelumnya, Kiba tak ingin merasakan rasa sakit lagi.

"Buktikan. Aku sulit untuk ditaklukkan." Jawab Kiba sedikit menantang. Shikamaru menyeringai, lalu ia langsung menarik tangan Kiba, membuat Kiba sedikit berlari mengimbangi langkah kakinya yang lebar. Entah kemana Shikamaru akan membawa Kiba pergi.

"Aku yakin kau belum makan siang, aku juga belum. Temani aku untuk makan siang." Ucap Shikamaru. Mereka sudah ada di kantin dan duduk disalah satu meja kantin, Kiba menghela nafas. Berdecak sebal karena Shikamaru tidak semanis yang ia pikir. Bersikaplah lebih manis jika ingin meluluhkan hati Kiba, uke itu ingin disayang.

"Aku tidak lapar." Kiba hendak pergi sebelum pergelangan tangannya dicekal. "Temani aku, ya?" Mohon Shikamaru, matanya menatap Kiba penuh harap.

Kiba menghela nafas dan kembali duduk. Ada apa dengan Kiba? Mengapa ia menurut? Seharusnya ia sedikit jual mahal.

Shikamaru memesan makan siang untuk mereka berdua, mereka menyantap makan siang sederhana mereka dalam diam. Shikamaru tak tau harus memulai topik apa sedangkan Kiba sendiri tidak suka jika makan sambil berbicara, Kiba mudah tersedak saat makan, jadi ia takkan bicara saat makan. Ia akan menjadi pendengar yang baik saat sedang makan.

Kiba sudah selesai makan. Ia menyeruput minumannya. Hendak pergi jika suara Shikamaru tidak menghentikan langkah kakinya.

"Saat pulang nanti, bisakah aku mengantar mu?" Kiba sempat terdiam sebelum ia menganggukkan kepala setuju. Sedikit mengurangin biaya, tak masalah bukan? Uangnya bisa Kiba tabung untuk perawatan kulit.

...

Sasuke memasuki studio, semuanya sudah berkumpul disana, dan begitu juga dengan Kiba yang tampak lebih bersemangat. Temannya begitu cepat berubah suasana hatinya.

Shooting dimulai. Semuanya berjalan dengan lancar tanpa kendala, begitu sempurna seperti biasanya.

Selesai shooting mereka melakukan evaluasi, namun kali ini hanya isi pujian dari Shino, sehingga mereka tak perlu berlama-lama diruang rapat itu. Hari ini tidak terlalu melelahkan, hari ini begitu menyenangkan bagi Sasuke maupun Kiba.

Selesai evaluasi, Kiba tak berhenti bercerita dan begitu juga dengan Sasuke. Mereka berbagi pengalaman mereka. Sasuke yang teramat bahagia karena baru saja melakukan makan siang romantis, sedangkan Kiba...ia bahagia karena Shikamaru tidak semengerikan kemarin. Membayangkan sikap Shikamaru yang kemarin membuat Kiba merinding.

"Suke, ada yang mencari mu." Ucap Shion seraya duduk di kursinya.

Siapa yang mencari Sasuke? Naruto? Ia pasti sedang sibuk dengan hotel yang dikelolanya. Mungkinkah Itachi? Atau Sai?

Sasuke bangkit, ia hampiri seseorang yang mencarinya. Sasuke menemui pria paruh baya dengan rambut yang sudah putih disana, Sasuke belum pernah bertemu dengan pria ini sebelumnya. Ada urusan apa hingga ia mencari Sasuke?

"Uchiha-san. Tuan Uzumaki Minato mengundang anda untuk acara makan malam keluarga." Sasuke terdiam. Apa Naruto sudah memberi tau keluarganya?

"Saya akan datang." Ucap Sasuke. Pria itu membungkuk "terima kasih atas waktu anda, Uchiha-san." Sasuke juga membungkuk. Ia tatap pria yang sekarang sudah pergi menjauh, kejutan apa lagi yang akan Naruto berikan pada Sasuke?

...

Mentari sudah tenggelam. Kiba sudah pergi bersama dengan Shikamaru, yah~ mungkin mereka sudah berkencan atau mungkin semacamnya. Sasuke turut bahagia karena Kiba tidak akan terus merengek tentang Shikamaru penguntit atau semacamnya.

Sasuke memakai tasnya dan berjalan keluar. Diluar sana Naruto sudah menunggu, bersandar pada mobil mewahnya. Tampak begitu keren.

Sasuke menghampiri. Seperti biasa Naruto akan mengacak Surai Sasuke gemas. Membukakan pintu untuk Sasuke dan membiarkan Sasuke duduk dengan nyaman di kursi penumpang. Naruto mengitari mobil dan duduk disamping Sasuke, dikursi pengemudi.

"Papa mengundang mu untuk makan malam." Ucap Naruto seraya melajukan mobilnya. "Hn. Tadi ada seorang pria yang datang dan mengatakan hal yang sama." Jelas Sasuke.

Entah mengapa Naruto merasa ada yang salah, akan ada sesuatu yang terjadi. Tapi apa? Naruto harap itu bukan hal buruk.

Naruto melirik Sasuke dan mengacak Surai Sasuke. Sasuke tertawa manis, tawa yang mampu membuat Naruto tenang, tawa yang mampu membuat jantungnya berdebar tidak karuan, tawa yang dapat mengalihkan dunia dan pikiran Naruto. Tawa yang begitu Naruto suka. Tawa yang hanya dimiliki oleh Sasuke.

Mobil Naruto memasuki kawasan perumahan elit. Rumah mewah ada dimana-mana, Sasuke kagum. Pasti rumah-rumah itu sangat mahal. Sasuke tak mampu membelinya.

Mobil Naruto berhenti dan terparkir rapi. Naruto keluar dan membukakan pintu untuk pemuda yang teramat ia kasihi. Naruto menggenggam tangan Sasuke dan mereka masuk kesana bersama, sejujurnya Sasuke sedikit gugup, namun genggaman tangan Naruto membuat gugup Sasuke hilang menguap di udara.

Disana Sasuke dapat lihat wanita cantik dengan Surai merah tomat, pria yang teramat mirip dengan Naruto dan gadis Lavender yang menempati kursi kosong yang ada disana.

Sasuke dapat lihat perubahan raut wajah Naruto, ada apa sebenarnya? Apa yang tidak Sasuke ketahui?

Naruto mengajak Sasuke untuk duduk. Sasuke yakin ada yang salah disini, Sasuke dapat merasakan dari atmosfer disekitar. Begitu menegangkan, Sasuke tidak menyukainya.

"Sasuke, dia Hinata. Dan Hinata dia Sasuke." Ucap Minato saling memperkenalkan satu sama lain. Sasuke tersenyum hangat dan begitu juga dengan gadis bernama Hinata itu.

"Dia istri Naruto, mereka sudah menikah beberapa bulan lalu, Hinata." Senyum diwajahnya gadis itu memudar, dan Naruto menatap tajam sang ayah.

"Kau sudah menikah? Naru?" Tanya Hinata dengan suara yang bergetar, menahan tangis? Mungkin.

"Hinata, aku..." Naruto hendak menjelaskan namun gadis itu sudah bangkit. "Aku permisi, Paman, bibi." Gadis itu pergi, Sasuke yakin ada air mata yang membasahi pipi gadis Lavender itu.

Naruto ikut bangkit dan mengejarnya. Sebenarnya ada apa? Mengapa Sasuke seperti orang bodoh disini?

"Gadis tadi cinta pertama Naruto, pasti sangat sulit untuk melupakannya." Jelas Minato santai.

Sasuke mengerti sekarang. Naruto tidak akan pernah mungkin menyukainya, dirinya hanya sebagai pelampiasan. Seharusnya Sasuke sadar, mana mungkin pemuda seperti Naruto menyukainya? Memangnya siapa Sasuke sampai bisa mendapatkan hati anak dari keluarga terkaya di dunia?

"Saya permisi, terima kasih untuk makan malamnya." Sasuke bangkit dan pergi. Sudah cukup ia dipermainkan. Seharusnya, ia mendengarkan nasehat Itachi, orang kaya hanya dapat mempermainkan orang kecil seperti Sasuke. Sasuke seharusnya sadar, bahwa Naruto sama seperti orang kaya lainnya.

Begitu sakit rasanya. Sasuke dapat lihat bagaimana Naruto berusaha menghentikan langkah gadis itu. Naruto mencintai gadis itu, dan Naruto tidak akan pernah mungkin mencintainya.

Sasuke sebisa mungkin menahan tangisnya. Ia tak boleh menangis bagaimana pun keadaanya.

Sasuke mengeluarkan hp dan menghubungi sang kakak.

"Sai-nii, bisa jemput Suke? Suke tak sengaja menghilangkan uang Suke." Ucap Sasuke. Ia masih berusaha menahan agar suaranya tidak bergetar, tapi percuma, Sai tau jika Sasuke menangis.

"Kau dimana? Ada apa dengan mu?" Suara khawatir Sai menyapa pendengaran Sasuke.

"Aku di halte bis Natsu. Aku tak memiliki uang, Sai-nii." Tangis Sasuke pecah.

...

JeanTheRapper.

Timeline🔚Where stories live. Discover now