"Lihat, Tari ... itu sosok asli Arion, suami lo."

Arion tidak menggubris Desta yang kehilangan banyak darah akibat luka pada leher yang sepertinya mengenai organ vital. Arion mendekati Utari, dan hendak mengajaknya keluar dari tempat itu.

"RAFAA..."

***

"Lakukan yang terbaik untuk adikmu. Kali ini akan lebih berat dari yang sebelum-sebelumnya." Wanita berambut pendek itu menepuk punggung putra sulungnya sambil melihat melalui kaca pintu kamar perawatan. Di dalamnya terbaring Arion yang menerima perawatan akibat luka hantaman pada kepalanya. Saat hendak membantu Utari, Desta yang dia pikir tengah tidak berdaya dengan lukanya ternyata masih berupaya menghancurkan Arion dengan sisa tenaganya. Beruntung tepat di saat itu pihak berwajib datang dan Arion cepat dapat perawatan.

"Desta memberikan kesaksiannya. Dia mengakui telah membunuh teman-temannya tetapi menurut pengakuannya dia di manipulasi oleh Arion. Desta juga mengaku memiliki bukti fisik penguat kesaksiannya. Juga memiliki bukti bahwa Arion juga terlibat dalam kasus pembunuhan berantai yang tengah dalam penyelidikan. Tapi USB yang dia bilang itu tidak dapat ditemukan di TKP. Apa kamu melihat USB itu ?" tanya Eros bersama beberapa petugas kepada Utari yang masih terbaring di rumah sakit yang sama dengan Arion dirawat.

"Tidak perlu menjawab, Tari. Kamu masih dalam tahap perawatan. Kalian boleh kembali nanti." Alfi dan Helena masuk ke dalam ruangan di mana Utari tengah dirwat bersama dokter yang menanganinya.

"Mau apa anda ke sini?" tanya salah satu petugas yang tidak senang dengan kedatangan Alfi.

"Saya pengacara Utari dan Arion. Kami adalah keluarga." Petugas tadi langsung menatap Eros. Mereka tahu Eros dan Utari juga akan menjadi calon keluarga dan baru saja informasi tersebut membuat mereka bingung. Alfi Idrus mempunyai saudara lelaki yang kini menjadi tersangka utama pembunuhan Arman.

Atas permintaan dokter yang menangani Utari akhirnya para petugas kepolisian menghentikan sementara interogasi mereka dan akan kembali setelah kondisi Utari lebih stabil.

"USB itu. Dia memperlihatkannya padaku dan kemudian dia sempat pergi meninggalkan aku dan Arman di ruangan itu. Setelahnya aku nggak tau lagi di mana benda itu berada. Sementara hanya itu yang bisa aku sampaikan, Ros," ucap Utari ketika Eros dan rekanannya hendak keluar dari ruangan itu.

Helena menggenggam tangan Utari tanpa berbicara. Sela memperhatikan gerak-gerik Helena dan Alfi dengan penuh curiga. Kenyataan yang tengah dia hadapi membuatnya bingung setengah mati. Dia membenci orang-orang yang menghancurkan keluarga mereka yang tidak pernah utuh itu hingga ingin melenyapkan keberadaan mereka. Tetapi semua itu hanya ada dalam kepalanya. Dia tidak menyangka akan ada orang yang bersedia melakukan itu. Menghilangkan nyawa atas dasar penembusan dosa. Normal kah?

"Semua akan baik-baik saja. Mami akan mendampingi kamu dan Rafa. Mengerti?" ucap Helena lembut disambut anggukan ringan dari Utari.

Helena dan Sela keluar ruangan membiarkan Alfi menanyakan beberapa hal yang perlu dia pastikan sendiri dari adik iparnya itu.

"Sejak kapan kamu tahu, tentang Rafa?" tanya Alfi tenang.

"Bagian yang mana?" Utari tersenyum kecut.

"Senyum itu ... aku akan menyimpulkan kamu sudah tahu tentang Rafa sejak lama. Tapi mungkin setelah menikah." Alfi memegang dagunya seolah berpikir keras tanpa menurunkan pandangannya dari tatapan Utari.

"Kamu nggak takut? Rafa itu ... berbeda ... " sekali lagi Utari hanya tersenyum penuh misteri. Seolah menyembunyikan sesuatu yang bahkan dia sendiri tidak mengetahuinya. Mungkin dia hanya menolak mengetahuinya.

"Aku akan baik-baik saja, kami akan baik-baik saja, selama itu Rafa aku akan baik-baik saja." Keyakinan yang membuat bulu kuduk Alfi meremang, sepasang mata cokelat yang menyiratkan sebuah rahasia besar.

Alfi keluar meninggalkan Utari agar bisa beristirahat. Wanita itu tidak terluka parah pada fisiknya, hanya sedikit memar di wajah

yang membuat Rafa sempat naik pitam. Perlahan dia berjalan menuju kamar mandi sambil membawa infus. Utari mengeluarkan sebuah benda kecil berwarna merah yang sedari tadi dia sembunyikan. Benda kecil merah itu sempat dia pandangi lama sebelum akhirnya dia jatuhkan ke dalam closet. Benda itu hilang masuk ke dalam pipa-pipa pembuangan. Tidak akan ada yang menjumpainya lagi.

====== Duh jadi Utari gimana? Rafa gimana ?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

======
Duh jadi Utari gimana? Rafa gimana ?

Hari ini sesuai janji kepada Kakak-Kakak peneror tercinta, Bii update 2 part. Tinggal dikit, semoga sehat dan lancar selalu.

Chuu,
Bii

Psikopat Analog [TAMAT]Where stories live. Discover now