14. Jam Setengah Sepuluh

14.9K 1.5K 158
                                    

"Za, Aira cantik ya sekarang? Dulu waktu SMA, kan, muka dia bulet banget. Item lagi," kata Budi sambil menyalakan rokoknya.

"Wah, parah, Budi!" timpal Arif sambil tertawa.

"Awas kualat. Nanti kamu dapat pacar bulet item loh, Bud," sambung Ilham di sela-sela sesapan es kopinya.

"Aku mengungkap fakta kok. Kalau dulu Aira nggak item sama bulet, pasti sudah aku pacarin," Budi bersuara lagi. Kepulan asap terhembus dari mulutnya.

"Nggak bakal mau lah Aira sama kamu!" tukas Arif. "Dia kan cinta mati sama Riza dulu!"

"Oh iya, bener banget! Aku masih inget banget tuh jaman dia ngikutin aku mulu buat dapetin nomor handphone-nya Riza. Asli deh, ganggu banget! Nanyaaaaa mulu!" cerita Budi menggebu-gebu sambil teringat masa lalu.

Arif terpingkal di kursinya. "Syukurlah aku sama Ilham nggak ikutan ditanya-tanya sama dia dulu, hahaha!"

Ilham ikut tertawa di kursinya.

"Soalnya Aira tahu aku yang pegang data absen ekskul waktu itu. Kan kalau absen selalu nulis nomor telepon juga," jawab Budi sambil geleng-geleng kepala.

"Eh, aku jadi ingat waktu Riza baru jadian sama Vinda. Satu sekolah kan sempat heboh tuh," sambung Ilham dengan wajah serius.

"Angkatan kita doang kali," Arif meralat.

"Iya ya?" Ilham mencoba mengingat.

"Terus kenapa, Ham? Ada hubungannya sama Aira?" Tanya Budi penasaran.

Ilham mengangguk. Matanya menerawang jauh seolah kembali ke peristiwa beberapa tahun lalu. "Aku sempat lihat Aira di perpus. Wajahnya pucat pas dengar kabar Riza jadian sama Vinda. Dia dikasih tahu sama Aldo."

"Aldo teman sekelas aku?" Tanya Budi.

"Iya, anak ekskul pencinta perpus," sambung Ilham. "Terus pas aku mau balik ke kelas, nggak sengaja lihat Aira di lantai dua. Dia lagi nangis, berdiri nggak jauh di belakang Riza yang lagi pacaran sama Vinda."

"Anjir! Patah hati banget tuh dia pasti ya hari itu!" komentar Arif.

"Lah memang Riza nggak lihat ada Aira gitu?" Tanya Budi.

"Ya nggak lihat lah. Orang nih bocah pacaran di balkon menghadap ke lapangan. Dunia kan serasa milik berdua waktu itu. Mana engeh ada anak orang nangis sampe mau pingsan gara-gara dia," tutur Ilham sambil melirik Riza yang tak bersuara sejak tadi.

"Aku jadi kasihan sama Aira kalau tahu ceritanya kayak gini," suara Arif terdengar sedih.

"Begitulah kalau orang sudah terlanjur cinta, Bro. Katanya kalau orang berani jatuh cinta, berarti siap untuk patah hati juga," gumam Ilham.

"Kamu tahu nggak sih, Za, dulu Aira naksir berat sama kamu?" tanya Arif sambil menatap Riza. Taka da jawaban.

"Riza tahulah. Cuma kan di hati Riza waktu itu Cuma ada Vinda. Mana bisa dia lihat ada cewek lain segitu jatuh bangunnya demi dia?" samber Budi menjawab pertanyaan Arif.

"Dia dulu ikutan ekskul pencinta alam gara-gara suka sama Riza kali ya?" Arif menghusap-usap rahangnya. Berpikir keras.

Budi berdecak sebal. "Memangnya apa lagi? Begitu Riza jadian sama Vinda kan dia mengudurkan diri dari ekskul. Inget nggak?"

"Oh iya, inget! Gila! Senior sama alumni sampai heboh dan kecewa banget sama Aira, kan? Nggak masuk akal banget kalau tiba-tiba dia cabut gara-gara nggak dibolehin orangtuanya. Lah waktu mau pelantikan kan butuh surat izin dan tanda tangan orangtua!" Arif berusaha merunut kronologi kejadian di masa lalu.

DENGANNYA TANPAMU ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang