1. Ada Maling

Magsimula sa umpisa
                                    

"Eeh, anak kecil makin cakep aja sih tapi sayang masih bocah ingusan, gimana kuliahmu ? Dah semester 2 kan? Pasti kamu belum ada duitnya kaaaan," ejek Erika.

"Mama.. kakak ngeledekin aku terus." Erik mengadu manja pada Ella, mama nya.

"Haduuuh, Erika, Erik! Kalian berdua kalo ketemu pasti aja ada perang. Mama pusing nih dengerin kalian berdua yang ga bisa damai." Ella menatap kesal kedua anaknya bergantian.

"Papa mana Ma?" tanya Erika.

"Biasalah mancing kayak ga tau," jawab Ella.

"Mancing apa Ma? Mancing emosi?" Erika sengaja menggoda mama nya.

"Rikaaaa, kamu ini sudah tua kelakuan masih kayak bocah."

"Iyee tuh perawan tua... liat aku dong kak masih bocah ingusan tapi udah punya pacar." Erik berkata sambil menaik turunkan alisnya .

"Apa kamu bilang aku perawan tua!" Mata Erika membulat mendengar perkataan adik laki-lakinya, "dasar adek ga tau diri! Ga akan kakak kasih kamu duit jajan. Baru punya pacar aja bangga amat, paling cuman cabe cabean atau kaleng kalengan yang mau sama kamu."

Erik dengan cepat melihat Erika dan tersenyum. "Ooh, Kakakku yang paling cantik di dunia ini tidak memberikan uang jajan pada adiknya yang paling ganteng di dunia ini. Wahai... kakakku, Erika Anastasia bagaikan dewi bijaksana mengijinkan aku untuk menggunakan mobilnya."

"Ooh, adikku yang paling tampan sedunia. Tak akan ku berikan kau uang jajan extra dan tak akan ku pinjamkan mobilku padamu," balas Erika dengan senyuman kemenangan.

"Mama, lihat tuh kakak ga mau minjemin mobilnya Ma. Pelit banget sama adiknya." Erik merengek pada Ella.

Ella menghembuskan napasnya. Ibu yang memiliki dua anak tersebut sudah mulai kesal mendengarkan perkataan kakak-adik yang tak ada saling mengalah.

"Ka, pinjamkan lah mobil ke adikmu, kasihan dia kalau keluar naik motor malam malam."

Erika melirik kesal pada Erik. "Nih," ucapnya sambil mengulurkan kunci mobil ke Erik. Tentu saja Erik dengan cepat tak menyia-nyiakan kesempatan tersebut dan langsung mengambil kunci mobil dari tangan kakak perempuannya.

Erik menjulurkan lidahnya sambil berkata, "makasih kakakku yang sudah tua." Lalu berlari keluar rumah.

Mata Erika terbelalak. "Eriikkk! Dasar kurang ajarrr." Namun hanya sesaat lalu ia pun tersenyum. "Dasar adik kurang ajar, untung sayang kalau ga sudah ku kubur hidup-hidup nih bocah."

*******

Dengan mata setengah terpejam Erika terbangun. Ia melihat jam di dinding kamarnya sudah jam 01.00 pagi ada rasa kering mendera kerongkongannya dan mengambil gelas yang ada di samping tempat tidurnya.

"Hadeh, masa tengah malam begini sih aku haus. Mana air di gelas habis lagi," keluhnya kesal.

Langkah kakinya berjalan tanpa semangat menuju dapur dengan mata setengah terpejam. Sekilas ia melihat punggung pria dari belakang dan berpikir kalau itu Erik yang baru saja pulang. Adiknya memang sering sekali pulang dini hari setelah berkumpul bersama teman-temannya.

Tangan Erika memeluk punggung pria tersebut dengan mata terpejam. "Tumben udah pulang jam segini Rik." Ia meletakkan kepalanya di punggung kekar itu. "Akh, nyaman amat punggungmu."

Pria yang dipeluk Erika terkejut saat ada yang memeluknya dari belakang. Ditambah ada sentuhan kenyal yang menyentuh punggungnya membuat salah satu bagian sensitifnya yang tak seharusnya tidur malah bangkit dari tidurnya.

"Ambilkan aku minum. Males banget ngambilnya." Erika menerima gelas yang diberikan laki-laki tersebut dan langsung meminumnya.

"Rik, aku pikir-pikir kok punggungmu dalam beberapa jam berubah begini sih." Tangan Erika meraba-raba perut adiknya. "Sejak kapan kamu rajin olahraga, nih perut kok kotak-kotak begini."

Ada desiran aneh menjalar ke dalam aliran darah pria tersebut saat Erika meraba bagian tubuhnya. Ia laki-laki normal yang tentu saja akan bergairah saat ada sentuhan demi sentuhan menyentuh lembut perutnya.

"Keren amat body mu sekarang, Rik." Erika kembali memuji.

Pria tersebut sudah tak tahan lagi lalu membalikan badannya berhadapan dengan Erika yang terus menerus memujinya. Erika dengan mata setengah terbuka menatap pria yang ada di depannya.

"Owalah, pantesan bodymu beda. Kamu bukan Erik." Erika berkata dengan santai. Namun, ada sesuatu yang aneh. Ia mengerjapkan matanya melihat dengan seksama wajah pria yang ada di depannya. Membuka matanya lebar-lebar, ia sama sekali tidak mengenal laki-laki tampan yang ada tepat di depan matanya tersenyum tipis membalas tatapannya.

Kewarasan Erika pun kembali lalu berteriak, "Maaallliiinngggg!!!"

My Sexy Lady Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon