Hug you

76 22 27
                                    

Budayakan vote sebelum membaca. Belajar menghargai karya orang lain:)
*
~HAPPY READING~
*

2 jam sudah Jimin terduduk dibawah ranjang king size miliknya. Rambut acak-acakan, kancing kemeja yang terbuka, dan bekas air mata yang menghiasi garis wajahnya. Setelah mendapat terror itu, Jimin merasa tertekan. Ia merasa lemah dan tak berdaya. Bagaimana kalau oknum terror tersebut macam-macam pada Natasya?? Gadis itu sungguh tak tau apa-apa soal ini.

"Kenapa harus dia shitt!!!" pekik Jimin dan membogem lantai.

"Dia ngga tau apa-apa!! Gue yang bikin dia keseret ke masalah ini.." Jimin memejamkan matanya menahan isak tangisnya. Bukannya cengeng, Jimin hanya merasa menyesal akrab dengan gadis itu, resikonya gadis itu ikut terseret masalah Park Jimin.

Jimin menghapus air mata dengan lengan kemejanya, mengambil hoodie dan pergi lewat jendela. Mobil?? Jawabannya masih disita. Jimin berlari disepanjang trotoar, keringatnya menetes. Beberapa gadis memekik kagum. Bagi mereka Jimin yang berkeringat merupakan suatu hal yang hot and sexy.

Jimin tak menghiraukan berbagai pujian badai untuknya, yang terpenting secepat mungkin ia harus sudah sampai dirumah Natasya.

"Hosh..hosh.."

Jimin mengatur nafasnya didepan gerbang rumah Natasya. Membenahi tatanan rambutnya yang sedikit berantakan dan tak lupa mengelap keringat didahi lebarnya yang terlihat mengkilap.

Gerbang rumah Natasya terbuka sedikit. Jimin membuka gerbang sedikit ragu, namun yang ia lihat adalah Natasya yang sedang mengepel lantai teras depan.

Wajahnya terlihat sangat letih dan pucat.

'Tu cewek belum makan dari tadi?? Trus apa ngga ada babu dirumah segede gini??'

Jimin menatap bingung pada Natasya. Gadis itu belum menyadari kehadiran Jimin didekat pintu gerbang. Fokus Natasya hanya pada lantai dan kain pel yang sedang ia pegang.

Gadis itu masih saja kuat mengepel, padahal wajahnya sudah pucat. Jimin hendak menyapa Natasya namun suaranya kalah dengan teriakan kasar seseorang. Reflek Jimin bersembunyi kembali dibalik gerbang.

"BABU!!! BELOM SELESAI?!! LU NGEPEL ATAU SEMEDI HAH??!! TEMEN-TEMEN GUE NTAR MALEM MAU KESINI TAU GAK LU!!" itu Rahel. Dia membentak Natasya seakan-akan ia majikan dirumah ini.
Sebenarnya Natasya tidak keberatan mengerjakan pekerjaan rumah tangga dirumah ini. Ia juga sering membantu bi Wati didapur. Kasihan juga kan kalau bi Wati membersihkan rumah besar ini sendirian??

"Sebentar lagi selesai kok Hel. Ada apa emangnya??"
Rahel melempar sesuatu kemuka Natasya. Sebuah kertas dan beberapa lembar uang.

"Beliin gue cemilan sono!! GA PAKE LAMA!!" Rahel menekankan ucapannya di kata yang terakhir.

Natasya tersentak kaget. Gadis yatim piatu tersebut memunguti uang dibawahnya dengan tergesa. Dirapikannya peralatan mengepel dan disimpan dalam ruang peralatan kebersihan.
Jimin masih mengintip mereka berdua dari sela-sela gerbang. Mulai dari awal sampai akhir Jimin tau bagaimana iblis kecil itu memperlakukan Natasya. Laki-laki itu sangat geram dengan Rahel yang semena-mena dengan Natasya.

Natasya berjalan mendekati gerbang dengan menggunakan jaket biru mudanya. Jimin pun berlari menuju balik pohon untuk bersembunyi. Natasya baru saja menutup pintu gerbang dengan wajah pucatnya. Namun menurut Jimin ia masih terlihat... cantik.

Natasya berjalan pelan dengan kepala menunduk, ia sangat letih dan lapar. Pulang sekolah pekerjaan rumah tangga menantinya. Sebenarnya dia pemilik sah rumah itu, namun kenapa dia yang menderita.

My Annoying Mr. ParkWhere stories live. Discover now