Pertemuan

2.2K 21 0
                                    

Hi!
Ini cerita pertamaku 💙
Maaf jika cerita dan kosa katanya masih berantakan. Semoga kalian terhibur dengan cerita fiksi buatanku. Silahkan tinggalkan kritik untuk membuat saya lebih baik lagi. Terimakasih 💙

🐥🐥🐥

Di jalanan sepi yang berada di pinggir kota Annaya berjalan seorang diri. Angin yang berhembus cukup kencang tidak membuat Annaya goyah sedikitpun. Kakinya terus melangkah walau tanpa tujuan yang pasti. Sepanjang jalan itu pula bulir - bulir air mata jatuh dari sudut mata dengan manik coklat itu.
Pikirannya buntu. Ia tidak tau harus pergi kemana. Tidak ada tempat yang bisa ia tuju saat ini.

Sudah hampir 1 minggu ini ia hidup di jalanan, setelah sebelumnya ia diusir oleh pemilik sewa rumah tempat ia tinggal dulu. Ia diusir dengan paksa, tanpa di perbolehkan membawa sedikitpun barang yang ia miliki. Tentu itu terjadi bukan tanpa alasan, sudah 3 bulan lamanya Annaya tidak membayar uang sewa. Ya, karna selama itu juga ia tidak bekerja dan tidak menghasilkan uang sepeserpun.

     Hingga kemudian langkah kakinya terhenti.

      Tepat dihadapannya kini berdiri dua orang pria yang menghalangi jalan Annaya. Dari penampilannya bisa di ketahui ke dua pria itu preman. Ke duanya memandang dengan tatapan nakal pada Annaya.

     "Mau kemana cantik?" Ujar salah seorang preman dengan pakaian kumal dan mulut bau alkohol. Annaya coba menghindar.

"Kenapa menangis cantik? Mending ikut sama abang." Timpal preman yang satunya lagi.

   Ini tidak beres. Batin Annaya.

      Annaya tidak menggubris dan justru melangkah pergi tanpa menghiraukan kedua preman itu.

      Mulai sebal karna merasa tidak dihiraukan, preman itu mulai menggunakan fisik. Ditariknya dengan kasar tangan Annaya.

  "Apa kamu tuli? Kita lagi bicara sama kamu. Jadi jangan pergi gitu aja!" Dengan nada yang membentak.

    "Lepasin." Sekuat tenaga Annaya mencoba melepaskan cengkraman tangan preman itu.

    "Apa? Mau dilepasin? Boleh saja, asalkan kamu ikut dulu sama abang buat seneng-seneng. Hahaha..."

    Seketika tubuh Annaya brigidik ngeri.

"Aku tidak ada urusan dengan kalian. Jadi lepaskan tanganku." Annaya balas membentak.

"Kalo kamu bersikap seperti ini kami semakin bergairah, nona. Hahaha." Tawa kedua preman itu kembali terdengar.

      Tidak ada pilihan lain. Tanpa pikir panjang Annaya melancarkan aksinya dengan penginjak kaki preman itu dan menggigit tangan preman yang satunya lagi. Sementara kedua preman itu merasa kesakitan, inilah waktunya Annaya kabur dengan berlari sekuat tenaga.

     "Sialan, berhenti kau jalang!" Teriak salah satu preman dengan menahan sakit akibat gigitan Annaya.

     Preman itu terus berlari mengejar Annaya. Hingga kemudian mendapati Annaya berdiri kebingungan di sudut di jalan yang sangat sepi.

      Sial, jalan buntu!

    Namun ia tidak cepat putus asa. Layaknya mata elang, Annaya mencoba mencari pertolongan. Tidak jauh dari tempatnya berdiri, ada sebuah mobil terparkir di sudut kanan jalan buntu ini. Samar-samar Annaya dalat melihat ke dalam mobil tersebut, ia bisa melihat ada orang didalamnya.

       Terimakasih, Allah. Batinnya dalam hati.
Tanpa pikir panjang Annaya menghampiri mobil itu. Dengan tergesa-gesa Annaya menggedor kaca mobil itu. "Tolong! siapun yang didalam sana, aku mohon tolong aku!" Teriak Annaya dengan nafas ngos ngosan akibat sudah berlari cukup jauh.

ANNAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang