Salah paham

224 8 0
                                    

     Samar-samar bayangan wajah pilu Annaya muncul di benak Adreson. Berulang kali Adreson menepis bayangan itu, namun bayangan itu muncul kembali. Adreson menyadari hal itu cukup mengganggu konsentrasi dirinya yang saat ini sedang menyetir mobil dengan kencang. Akhirnya ia menyerah dan menepi di dekat danau yang tidak jauh dari apartemennya.

     Perasaan Adreson saat ini begitu kalut, dia ingin sekali marah namun juga ada sedikit rasa pilu yang sulit di jelaskan. Itulah yang bisa disimpulkan dari gerak gerik juga raut wajah Adreson. Tentu saja Adreson tidak menyadari perasaan itu, Sebab hal ini tidak pernah ia alami sebelumnya. Lelaki angkuh yang tidak berperasaan ternyata dapat merasakan pilu di hatinya. Rasanya seperti ada rasa ngilu mengenai hatinya. Hati yang paling dalam hingga Adreson tidak menyadari sepenuhnya.

      "Brengsek!"
       Berulang kali stir mobil menjadi sasaran Adreson melampiaskan emosinya.

***

"Sedikit saja, Non. Tuan bisa marah kalo Non tetap tidak makan." Annaya melepas nafas panjang.

Majikan dan pelayan rumah ini sama saja. Suka memaksa dengan cara membuat tawanannya merasa bersalah. Pikir Annaya dalam hati.

Sedikit demi sedikit makanan masuk ke dalam tubuh ramping Annaya, tentu bukan karena ia lapar tapi karena ia tidak ingin orang lain mendapatkan masalah karena dirinya.

Tepat pukul 11 malam. Ntah cuaca atau efek obat, rasanya tubuh Annaya gerah sekali. Padahal sudah terpasang beberapa AC di dalam ruangan. Ia juga merasa tenggorokannya kering.

Susah payah Annaya bangkit dan berjalan menuju dapur. Semua ruangan temaran menandakan semua penghuni rumah ini sepertinya sudah tertidur. Bahkan sedikitpun tidak terdengar suara apapun, keculi suara yang di hasilkan dari aktifitas Annaya sendiri.

Glek ... glek glek
Segarnya
Tapi itu belum cukup. Annaya masih merasa kehausan. Dituangkannya kembali air ke gelas yang di peganggnya kini.

Sedikit lagi gelas itu akan medarat ke mulut Annaya, tiba-tiba muncul seseorang yang langsung menyambar gelas dari genggaman Annaya kemudian meminum habis air didalamnya.

"Segar sekali, tuangkan lagi." Adreson biacara setengah sadar. Disodorkannya lagi gelas itu pada Annaya.

Sepersekian detik Annaya mengumpulkan nyawanya setelah di buat kaget dengan kemunculan Adreson yang tiba-tiba.

Tentu Annaya menurut, kembali dituangkannya air ke gelas yang kini dalam genggaman Adreson.

Celaka, air tumpah kemana-mana. Terutama pada baju yang dikenakan Adreson. Tentu saja hal itu terjadi bukan salah Annaya, tapi itu ulah Adreson sendiri yang sempoyongan tidak bisa diam hingga Annaya kesuliatan menuangkan air. Sedetik kemudian Adreson ambruk, tapi untung saja gelas di tangannya berhasil ditangkap oleh Annaya sehingga tidak memunculkan gaduh.

      Aduh... bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan? Pikiran Annaya buntu.  Apa aku Memanggil pelayan saja? Tapi itu tidak mungkin, pasti semua pelayan disini sudah tidur, aku tidak tega untuk membangunkan mereka. Tapi kalo aku biarkan, pria jahat di hadapannya kini bisa jatuh sakit.

      Rasa iba memang selalu mengalahkan Annaya, meski tau betul pria di hadapannya sudah berprilaku tidak baik padanya, tetap saja  Annaya menolongnya.

ANNAYAWhere stories live. Discover now