Peluru

23 1 0
                                    

    Setelah bisa perpikir jernih. Annaya mulai mengatur nafasnya dan kemudian memulai pembicaraan.

   "Terimakasih, kamu sudah menyelamatkan hidupku." Ucap Annaya pelan.

   Hening, tidak ada jawaban.

   Annaya tidak ambil pusing. Mungkin dia tidak mendengar karna terlalu fokus menyetir.

    Dor...!!!
    Suara senjata api mengudara.

    Dengan reflek Annaya menoleh kebelakang, ke arah sumber suara. Dapat dilihat, ada mobil yang membuntutinya. Dari mobil itu juga hujanan senjata api di tembakan ke arahnya.

    "Gawat tuan, dibelakang ada yang membuntuti kita." Dari suaranya dapat diketahui dengan jelas bagaimana rasa cemas yang Annaya rasakan. Bahkan nada bicaranya terdengar bergetar.

   "Sial!" Balasnya pelan. Saking pelannya sampai Annaya tidak mendengar suara pria di kursi kemudi itu.

   Tanpa aba-aba, kecepatan mobil di naikan.

Dalam kekalutannya Annaya terus berujar kata yang sama. "Mohon dipercepat lagi, aku tidak mau masuk ke tempat kotor itu lagi."

"Diam! Apa kamu buta, hah?!" "Kamu tidak liat kecepatan mobil ini sudah maximal". Lama-lama kuping pria itu jengah juga mendengar ocehan ketakutan Annaya.

Annaya terdiam. Takut dan cemas menyelimuti tubuhnya. Sekilas dalam benak Annaya, terbayang kejadian yang ia alami di diskotik itu. Ia bergidik ketakutan.

Berulang kali Annaya menoleh kebelakang, dan selama itu juga hujanan peluru membrondong mobil yang ia tumpangi. Sebisa mungkin sang tuan di depan mengendara dengan cara zigzag untuk menghindari peluru.

Dalam kekalutannya Annaya hanya bisa berdoa dan berpasrah, bila memang ia harus kembali ke tempat terkutuk itu lagi. Ia memejamkan mata dan tanpa terasa air mata mengalir dengan deras dari sudut matanya.

Dorrr!
Kali ini peluru berhasil bersarang di ban mobil belakang. Bertepatan itu juga mobil yang di tumpangi Annaya oleng.

"Brengsek!"

Annaya kembali membuka mata. "Ada apa ini?"

"Loncat kedepan!"

Annaya tetap terdiam tidak mengerti. Sedangkan sang tuan mencoba untuk menepi tiba-tiba.

"Lelet!" Ditariknya secara paksa tangan Annaya untuk beralih kedepan. "Kita harus keluar. Jangan banyak bertanya dan ikuti saja perintah gue." Ujarnya. Annaya hanya mengangguk.

"Bersiap. Lari!" Sang tuan itu berlari dengan setengah membungkuk, dan tentunya ia juga menarik Annaya untuk ikut berlari dengannya.

Tanpa arah sang tuan itu mengajak berlari Annaya kehutan yang posisinya di samping jalan yang tadi ia lalui. Mereka berlari pontang-panting untuk menghindari penguntit yang masih saja mengejarnya di belakang.

Pencahayaan di dalam hutan sangatlah minim, sehingga Annaya tidak bisa melihat secara jelas siapa sang tuan yang menolongnya ini.

"Akhhh!" Sang tuan tiba-tiba mengaduh kesakitan. Satu peluru tepat mengenai kaki kanannya.

"Kenapa tuan?"

"Liat kesekitar, temukan tempat untuk bersembunyi!" Balasnya dengan meringis kesakitan.

Dengan berusaha keras, mata dan otak Annaya bekerja. Disana!

Tiba-tiba Annaya mendorong sang tuan. Kemudian ia sendiri yang membiarkan dirinya juga jatuh kebawah.

ANNAYAWhere stories live. Discover now