Chapter 21

39.7K 1.8K 58
                                    

Maaf baru bisa upload, nggak yakin cerita ini masih ada peminatnya :(

tapi buat yang masih bersedia membaca aku ucapkan terimakasih dan selamat membaca :)

Entah sudah berapa kali Marinka menghubungi ponsel Arnold namun tak ada satu pun yang diterima Arnold. Membuat ia semakin merutuk tanpa jelas. Ia mondar-mandir di depan meja kerjanya dengan gelisah. Sekali lagi ia mencoba menghubungi Arnold namun tetap Arnold tak menerima panggilannya. Marinka hanya bisa berdecak sebal, ia menggeram dan memegang ponselnya dengan erat.

“Rasanya kepala ini akan meledak..” Ucap Marinka

Tak kunjung usai kekesalannya, terdengar suara pintu di ketuk. Ia menoleh dan menginterupsi masuk. Seorang pria usia 30 tahunan masuk membawa beberapa map, ia menghampiri meja kerja Marinka.

“Bu hari ini ada pertemuan dengan perusahaan winey.” Ucap pria itu.

“Peretemuan?.” Ucap Marinka mengulangi ucapan pria itu dengan satu halis terangkat.

“Iya bu. Pertemuan ini sebenarnya sudah di jadwalkan dua minggu yang lalu namun berhubung Pak Arnoldnya tidak ada sepertinya ibu yang harus menggantikan pertemuan kali ini.” Ucap pria itu lagi

Marinka terdiam, ia meletakan telunjuknya dibawah bibirnya seperti tengah berpikir namun kemudian ia berdiri.

“Ya sudah saya saja yang menggantikannya. Pertemuannya dimana dan pukul berapa?.” Tanya Marinka

“Di Resto Vanja pukul 11.00.” Jawab pria itu.

“Baik. Jika sudah saatnya pergi tolong beritahu saya. Sekarang kau boleh pergi.” Ucap Marinka

Pria itu mengangguk kemudian bergegas keluar. Sepeninggal pria tadi Marinka menghembuskan nafasnya kuat-kuat ia menghempaskan tubuhnya di kursi kerjanya dengan kasar. Ia memegang kepalanya frustasi atas sikap Arnold saat ini. Sejak kemarin hingga saat ini ia sama sekali tidak mengangkat telepon atau pun membalas pesannya. Membuatnya khawatir, cemas bercampur kesal.

Ia memikirkan kembali kejadian-kejadian yang tidak terduga yang terjadi padanya setahun belakangan ini. Kembalinya Reya, pertemuan tidak terduganya dengan Reya, kenyataan tentang Alex yang ternyata anak Arnold, perasaan Arnold yang tidak pernah padam untuk Reya, dan rencana pertunangan Arnold dan Farah yang gagal karena kembalinya hadir Reya dan Alex.

Marinka bersandar di kursinya dengan wajah menengadah, matanya berkaca-kaca memikirkan suaminya yang sudah meninggal.

“Mas apa sikap ku salah pada Arnold? Padahal aku hanya menginginkan yang terbaik untuknya.” Ucap Marinka lirih

Tanpa terasa air matanya menetes namun dengan cepat ia menghapusnya. Setengah jam kemudian Marinka dan pria tadi yang bernama Ardi yang mana merupakan sekretarisnya itu berangkat menuju Resto Vanja. Di dalam mobilnya Marinka membaca-baca kembali lembaran kertas berisikan laporan hasil kerja anaknya. Tak berapa lama kemudian mobilnya masuk ke dalam pelataran parkiran.

Pintu mobilnya di buka oleh Ardi, Marinka pun turun. Ia berjalan di depan dengan diikuti oleh Ardi. Ia memberikan mapnya kepada Ardi, sembari membuka kacamatanya ia melihat kesekeliling.

“Pertemuannyadimana?.” Tanya Marinka

“Ruang VIP lantai 3 pintu 4. Biar saya tunjukan bu.” Ucap Ardi sembari menunjukan jalannya.

Marinka dan Ardi pun masuk ke dalam lift. Sembari menunggu liftnya berhenti dilantai tiga Marinka mengecek ponselnya tak berapa lama kemudian liftpun terhenti. Marinka dan Ardi keluar dari lift, Ardi berbelok diikuti Marinka. Tak jauh dari belokan pintu no 4 pun terlihat. Tampak dua orang pria tinggi mengenakan jas hitam berdiri didepan pintu. Marinka dan Ardi berdiri dihadapan mereka.

My Secret SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang