Chapter 18

37.4K 1.8K 55
                                    

Masih ada yang nungguin cerita ini? aku harap masih ada :D

Maaf kalo sampai saat ini typo masih bertebaran dan alur nggak karuan..

Happy Reading ^_^

 

Pagi itu seusai membersihkan diri Arnold kembali ke rumahnya untuk membawa barangnya yang tertinggal, ia membawa serta Alex juga. Saat masuk ke dalam rumahnya tampak Marinka tengah membaca majalah di ruang tengah. Tanpa bicara apapun Arnold langsung membawa Alex ke kamarnya. Marinka meyimpan majalahnya ke atas meja dengan kasar, ia bangkit dari duduknya dan berkacak pinggang. "Bagaimna bisa anak itu bersikap begini pada ku." Ucap Marinka

Didalam kamar Arnold Alex langsung berhambur menyalakan televisi dan video game. "Alex sayang kita hanya sebentar.." Ucap Arnold

"Yah papa baru saja Alex nyalakan, sebentar deh pa yah??." Rajuk Alex

"Ya sudah, papa turun dulu yah. Kau main lah." Ucap Arnold akhirnya

Arnold pun turun dan masuk ke dalam dapur, ia membuka kulkas mencari makanan namun tidak ada makanan kesukaan Alex. Ia pun menutup kembali dan tampak Marinka sudah berdiri dengan menyilangkan kedua tangannya.

"Kau masih berani membawa anak itu kesini.." Ucap Marinka ketus

"Bukan urusan mamah." Ucap Arnold sembari pergi meninggalkan mamahnya.

"Arnold kau benar-benar membuat kesabaran mamah habis yah."

"Mamah juga sudah membuat kesabaran ku habis." Timpal Arnold

"Arnold.." Teriak Marinka

Teriakan Marinka tak sedikit pun Arnold gubris, ia kembali masuk ke dalam kamarnya dan membuka kembali pekerjaannya.

"Alex papa kerja dulu yah kau main saja, kalau kau lapar bilang yah." Ucap Arnold

Alex hanya mengangguk. Arnold pun memulai pekerjaannya. Cukup lama mereka tengggelam dengan aktiftas mereka hingga suara perut Alex menghentikan semuanya.

"Papa aku lapar.." Ucap Alex

Alex pun bangkit dari duduknya dan menghampiri Alex. "Papa bawa makanan dulu yah." Ucap Arnold

"Alex pengen makanan ringan aja," Ucap Alex

"Ya sudah papa ke mini market dulu yah. Kau baik-baik disini jangan nakal dan jangan keluar kamar sampai papa pulang, oke?." Ucap Arnold

"Oke Pa." Ucap Alex

Mereka pun bertos ria.

***

-Rere-

Sejujurnya ada rasa bersalah dan tak enak saat kami (aku, Danang dan Ayah) mengirim Reya ke Bangkok dengan alasan tidak ada yang bisa diutus selain dirinya. Padahal aku dan Danang sama sekali sedang tidak sibuk bekerja di luar kota, Batam dan Balikpapan hanya alasan agar Reya mau dikirim ke Bangkok. Tapi mau bagaimana lagi hanya cara itu yang bisa kami lakukan untuk memberikan kesempatan pada Arnold dan Alex. Sudah terlalu lama Arnold sengsara atas kehilangan dan ketidaktahuannya.

Kami tahu rencana kami ini bukan tanpa resiko, jika Reya tahu aku pastikan ia akan marah besar dan bisa saja dia tidak akan memaafkan ulah kami yang satu ini. Katakan saja kami sedang bermain-main dengan macan yang sedang tertidur.

“Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika Reya benar-benar tahu rencana kita ini.” Ucap ku pada Ayah dan Danang yang kini tengah berkumpul di pendopo.

My Secret SonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang