Dari Bayangan Hutan (14)

7.8K 1.3K 402
                                    

Hai ... Hai ... Ada yang masih nungguin cerita ini?

Lama ya! Sori Gaeys si Abang juga lagi sibuk ngerencanain mau ketemu sama calon mertua.

Emak pun, masih selalu dalam mode stay at home jadi ikutan sibuk gara-gara anak-anak dan bapaknya yang selalu di rumah maunya dimanja melulu, dikit-dikit ngajakin bikin makanan dikit-dikit request mau makan ini dan itu, secara anak laki kerjaannya makan mulu emang sih. Jadi maklum kalau waktu yang bisa emak dedikasikan buat nulis lanjutan cerita jadi lebih sedikit dari biasa.

Ya udah silahkan samperin si Abang, dan jangan lupa partisipasi vote dan komennya ditunggu juga ya gaeys 😘😘😘

Bawah sadar mengurungku dalam kegelapan yang terasa nyaris tak mampu ditembus cahaya. Hal yang sebenarnya sangat menakutkan bagi sebagian orang tapi tidak untukku.

Sebelum bertemu Bang Dewa, kegelapan ini adalah bukti nyata kalau aku adalah produk cenayang gagal dalam keluarga Pradipta, atau dalam versi Bang Dewa yang lebih beradab disebut sebagai; paranormal dengan kemampuan paragnostik rendah.

Dalam istilah esoterik, kegelapan ini dikenal sebagai gerbang, tahapan yang harus dilewati sebelum melakukan perjalanan astral.

Sebagian besar generasi keluarga Pradipta, baik yang senior atau yang seusia denganku memiliki berbagai cara dan jenis kemampuan untuk menjelajah masa lalu, masa kini, maupun masa depan. Tapi aku adalah pengecualian.

Aku tidak pernah berhasil melewati gerbang kegelapan ketempat manapun yang seharusnya jadi tujuanku. Entah apa sebabnya, tapi kemampuanku untuk menjelajah ruang waktu selalu tertahan di tempat ini.

Tetua keluarga menyadari hal ini saat aku gagal mengikuti tes kemampuan dasar yang diajarkan pada tiap anak dalam keluarga Pradipta. Ini tidak menjadi masalah, mengingat ayahku juga keturunan laki-laki dengan bakat laten yang keluar jalur.

Sebagian orang akan merasa tertekan saat tersesat di gerbang ini dalam waktu yang lumayan lama, hanya saja aku-karena sudah terbiasa, tidak merasakannya.

Hal yang biasa kulakukan saat ada di sini adalah berdiam diri, menjaga kesadaranku tetap fokus dan berdoa hingga akhirnya semua sirna dengan sendirinya dan suara-suara sekitar menyambut kembali kepulanganku dari kegelapan yang mengungkung di tempat ini.

Jadi saat aku mendengar suara-suara disekeliling, yang aku perlu lakukan hanyalah berusaha 'menguping' dan tetap tenang karena ini jelas tanda kalah aku pasti akan terselamatkan dari kegelapan ini.

Dan itu yang sedang aku lakukan sekarang. Berkosentrasi mendengar suara-suara disekelilingku.

"Kekuatan supranatural yang muncul pada keturunan bunian saja ada ribuan jenis."

"Dan dia ..."

"... ini bakat langka dan eksotik."

"Silsilah keturunannya ... di Sukabumi ... beratus tahun silam juga ...."

"... keluarganya sudah tahu!?"

"Sebaiknya kita ... di Singapura,"

"Aku takut ... dampaknya untuk,"

"Beberapa bunga ... hanya ... untuk kita,"

"Bergegas."

" ... jangan ditunda ...."

" ... kekuatan bagai ektasi ... dia bisa lupa ... dan ... membunuh ... membuatnya ..."

"Tidak ... kubiarkan ... eksistensinya ... manusia ..."

Pengantin BunianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang