5] c. Merengkuh Petaka

22.2K 1.8K 368
                                    

Jadi siapa yang kangen sama cerita ini!? Hayo ngaku!

Btw minal aidzin walfaidzin yaa tadi gak sempet ngucapin keburu sibuk ngangetin lauk 😔😔😔

Oh ya, boleh dong kasih tau Emak alasan kalian baca atau suka sama cerita ini kenapa!?

Tengku Saga dapat merasakan hembusan angin beraroma udara laut dan cendana menyusup entah dari mana dalam ruangan pertemuan di apartemennya.

Ada semacam intuisi aneh yang menyelinap dalam benaknya jika ‘sesuatu’ tengah menuju ke tempat dimana dirinya berada sekarang. Sesuatu yang tidak bisa dia kenali akan tetapi memiliki energi nyaris sama besarnya dengan sepupunya, Raja.

Kerutan di antara kedua dahinya semakin dalam saat samar-samar mendengar suara deru angin dan—yang tidak masuk akal—deburan ombak.

Jika yang datang itu sepupunya, rasanya tidak mungkin. Ini tidak seperti ciri kemunculan Raja, batinnya dalam hati. Aroma Raja adalah aroma bebungaan khas yang bisa menghadirkan kehangatan dalam badai sekalipun, bukan sebaliknya.

Tanpa berpikir panjang, dalam langkah penuh waspada Tengku Saga keluar dari  ruangan dan bergegas ke satu-satunya area terbuka di apartemen mereka.

Langkahnya baru mencapai pintu kaca ala normandia yang menjadi penghubung antara bagian dalam dengan area kolam renang di luar saat sinar keperakan yang luar biasa menyilaukan muncul tepat dari seberang tempatnya berdiri.

Tengku Saga refleks menyilangkan lengan di depan mata sambil berpegangan pada daun pintu untuk menahan serangan cahaya itu. Sesaat setelahnya dirinya baru bisa menyesuaikan diri dan menyadari jika dibalik cahaya terang itu terdapat lima orang lain yang berdiri diantara badai cahaya .

“Tengku!” suara di balik cahaya itu sangat dikenali Saga.

“Bintang!” Tengku Saga menurunkan lengannya, kemudian masih dengan mata terpicing menahan silau dia berusaha menemukan yang mana sekiranya Dubalang Bintang Sadum diantara kelima orang itu. Tidak sulit karena dirinya melihat bayangan hitam melangkah memutari kolam dan mendekat padanya.

“Apa yang terjadi? Dimana Panglima Rinanta dan Rinai?”

“Stri Aji dalam penjagaan Panglima Rinanta Sakti, Tengku. Kakek dan Ayahnya belum mengizinkan Stri Aji bergabung bersama kita, akan tetapi Stri Aji dalam keadaan aman."

Meski kegusaran nampak lewat kernyitan di dahinya, Saga tidak mengatakan apapun tentang keadaan istrinya.

Tatapannya teralih pada cahaya dahsyat yang masih menguar dari sisi seberangnya. “Apa kau bisa menjelaskan apa yang sedang terjadi?” desaknya kembali waspada.

Dubalang Bintang Sadum mengangguk, “Tapi izinkan saya membawa Sri Mahadiraja ke kamarnya.”

Tuturan Dubalang Bintang membuat Tengku Saga tercengang. “Raja!” serunya tak percaya seraya meluru mendekati cahaya itu nyaris dalam sekejapan mata.

Dari dekat radiasi cahaya perak itu nyaris terasa membutakan akan tetapi samar-samar Tengku Saga bisa melihat sosok yang dilingkupi oleh cahaya itu.

“Apa yang terjadi!? Tidak kita ke kamar dulu,” katanya sambil mencoba menyentuh Tengku Raja, akan tetapi hawa panas luar biasa membuatnya menarik kembali tangannya. “Sahasravijra,” Tengku Saga menggumam dengan mata nanar.

Seseorang melangkah mendekat ke arahnya, “Kita tidak bisa membawanya ke dalam kamar biasa sampai Sang Dapunta menyempurnakan penyegelan energinya, Tengku.”

Suara itu membuat Tengku Saga menoleh, matanya melebar demi melihat dua sosok yang berdiri di belakangnya.

Dua bunian yang nampaknya merupakan pembesar dari kerajaan lain. “Siapa kalian?” tanyanya curiga.

Pengantin BunianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang