Lisa benar-benar sudah lelah, seharian ini dia sudah mengerjakan hampir semua tugas mata pelajaran yang tertinggal-maklum, sering bolos. Dan sekarang dia harus terjebak di sini, diantara puluhan orang yang sudah berdesakan dari dua jam yang lalu karena ingin masuk ke klub ini.

Karena hari ini perekrutan klub secara serentak, jadi dia tak mau ambil pusing untuk memikirkan klub apa yang ingin dia masuki karena klub yang dia inginkan sudah tidak ada sejak beberapa bulan yang lalu.

Sekarang masih perekrutan tahap awal, dan banyak sekali yang berminat masuk ke klub ini. Lisa sendiri tidak mengerti kenapa begitu banyak yang berminat masuk ke klub baru ini, sampai dia sempat melihat ada beberapa siswi yang sampai menangis histeris karena tidak kebagian lembar formulir, se-niat itulah mereka.

Sedangkan dirinya hanya memilih secara random ruang perekrutan yang berada paling dekat di kelasnya.

Kalau saja klub tari di sekolah ini tidak dibubarkan, mungkin dia tidak perlu mencari klub baru agar kegiatan sekolahnya tidak kosong melompong. Yang membuat uang jajannya jadi terancam.

Bahunya sedikit terguncang yang membuat Lisa mau tidak mau membuka matanya. Tatapannya langsung bertabrakan dengan manik cokelat milik lelaki jangkung di depannya.

"Formulirnya udah selesai?"

"Udah Kak, ini." tutur Lisa seraya memberikan kertas putih yang sudah ia isi sembarangan tadi.

Sebenarnya dia tidak terlalu peduli apa dia akan diterima di klub ini atau tidak.

Lisa hanya ingin mencari alasan agar uang jajannya tak dikurangi lagi hanya karena ia tak punya kegiatan lain di sekolah. Setidaknya nanti dia ada alasan kalau memang dia tak diterima oleh klub, dan dia sudah berusaha sekeras mungkin-anggap saja begitu.

"Kamu Lisa ya?" tanya cowok itu.

Lisa mengangguk sambil sesekali menggosok matanya karena acara tidur singkatnya barusan.

"11 IPA 4?"

Lisa mengangguk lagi. Dalam benaknya terus saja mengomel kapan cowok ini akan pergi dari hadapannya, dia masih mengantuk.

"Gue Tyo, kelas 12 IPA 1. Kelas kita deketan ternyata," tutur cowok yang mengaku bernama Tyo itu.

Lagi. Lisa hanya mengangguk, terlalu malas untuk menanggapi cowok macam dia.

Wajar saja, Lisa terhitung menjadi salah satu siswi yang paling gencar diincar oleh para siswa di sekolahnya.

Selain karena kecantikannya, Lisa yang selalu tampil dengan setelah swag itu selalu membuat para lelaki merasa tertantang agar bisa mendekatinya.

Jadi ya.. Bisa dibilang kalau Lisa sudah tak mempedulikan hal-hal berbau pendekatan semacam ini. Sudah basi.

'Paling buat ningkatin popularitas dia doang' begitu kira-kira isi pikiran Lisa.

"Tyo! Udah belom?" teriak cowok lain dari samping papan tulis.

Cowok bernama Tyo itu bergegas menuju meja yang berada di depan sana setelah sebelumnya berpamitan singkat pada Lisa juga Tana.

"Hati-hati Lo sama Kak Tyo, dia pacarnya banyak. Ntar Lo dilabrak lagi sama ciwi ciwi berbedak tebal," bisik Tana dengan tatapan yang masih mengekori lelaki berkaos putih itu.

"Iye monyetss.. Kayak yang gak tau gue aja," timpal Lisa sambil kembali lagi ke posisi tekungkupnya.

"Oh iya, Lo tau gak kenapa klub ini bisa se rame ini? Padahal ini klub baru, dan peminatnya hampir semua cewek satu sekolah. Gue denger-denger sih karena-"

Lili Closet Film ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang