"Kenapa bertanya padaku? Tentu saja tidak apa. Hanna itu istrimu, Kim Taehyung." Sungguh dia itu bodoh sekali. Bahkan dalam membedakan suatu hubungan, pernah sekali Taehyung ingin bercinta dengan istrinya itu, lalu meminta ijin padaku. Memangnya aku ini siapanya, ibunya? Ayahnya, Adiknya atau kakaknya? Kekasihnya mungkin?

Jawabannya sama sekali tidak. Bukan aku hanya seorang wanita yang tanpa sengaja bertemu dengannya. Lalu mulai menjadi dekat, "Aku pulang dulu Ji, besok pagi kita ketempat orangtuamu ya?" Aku menggeleng cepat, apa katanya? Kerumah orangtuaku? Astaga sudah berapa kali dalam semalaman aku mengatainya bodoh. Nyatanya memang begitu Kim bodoh Taehyung mulutnya selalu lebih dulu berkerja di bandingkan otaknya.

"Aku ini sedang melarikan diri Taehyung. Bukan pulang kampung! Astaga bisa gila aku jika terus-terusan berbicara denganmu." Dia hanya terkekeh tidak jelas. Setelahnya mengecup pipiku dua kali.

"Aku lupa Babe. Jangan marah-marah begitu." tangannya mengusak pucuk rambutku, seraya mencubiti pipiku pelan. "Yasudah aku pulang. Bye bee jangan merindukanku, ya?" Pria ini selalu saja memanggilku seenak mulutnya saja. Aku memukul lengannya lumayan keras, sampai Taehyung meringis kesakitan. "Sakit sayang. Galak sekali sih! Ini namanya kekerasan dalam rumah tangga."

"Rumah tangga pantatmu!" Kututup pintu hotel. Meletakan koper di sembarang tempat dan merebahkan tubuhku di atas ranjang. Berusaha memejamkan mata agar dapat tertidur, dan pada akhirnya sia-sia saja. Aku bahkan tidak bisa tidur dengan hati dan pikiran yang mulai berkelana jauh entah kemana, menghela napas lelah sebelum membuka tas dan menghidupkan kembali ponsel yang dari tadi kumatikan.

Ponselku aktif dengan pesan beruntun yang terus masuk dan muncul dilayarnya. Ada beberapa pesan yang masuk salah satunya dari Jungkook. Memilih untuk mendiamkan karena aku lebih tertarik untuk membuka pesan lain yang membuatku penasaran.

Jung Eunha.

[ Hai Ji. Kau tahu tidak? Aku senang sekali mengetahui salah satu parasit dari Tunanganku berkurang satu. ]

Salah satu pesan dari Eunha yang membuatku menghela nafas kasar. Lantas ku scroll pesan lainnya.

[Sayangnya setelah berhasil menyingkirkanmu! Satu benalu lagi yang tiba-tiba saja datang setelah 2 tahun lamanya. Jalang sepertimu yang sama-sama haus uang dan kekuasaan. Setelah di usir akan kembali lagi, semoga kau tidak kembali ya. Aku akan kwalahan jika harus berurusan dengan dua jalang sekaligus! Bagaimana kalau sampai Jungkook tahu, jalang kesayangannya bermain juga dengan temannya? ]

Aku mengumpat terus menerus saat membaca tiap kata yang tertulis didalam pesan yang Eunha kirimkan untukku, rasanya ingin sekali marah. Namun semua yang Eunha katakan itu benar adanya. Tapi sungguh siapa yang muncul setelah 2 tahun menghilang? Sebanyak apa wanitanya Jungkook.

[ Kau memang hebat ya? Setelah Jungkook. Lantas Taehyung wah, tubuhmu itu memang layak di cicipi banyak pengusaha kaya Jihan. Aku salut padamu. Di bayar berapa untuk sekali pakai? Mobil? Apartemen atau apa Jihan?. Kenapa selalu pria yang sudah punya pasangan yang kau dekati. ]

[ Kau memang pantas jika di sebut pelacur! Seonggok ulat yang menjelma jadi kupu-kupu dengan cara menempeli pria-pria tampan! ]

Akupun tertawa dengan pesan terakhir yang Eunha kirim. Aku tidak menyalahkan Eunha karena tahu aku juga bersalah padanya. Akan tetapi terkataannya itu jahat sekali, rasanya jemariku gatal sekali ingin membalas, serius salah tidak ya jika kubalas pesannya dengan yang lebih menyakitkan?

Namun kuurungkan niatku saat dering ponselku berbunyi nyaring. Menampakan nama si pemanggil.

***

Botol sisa minuman berserakan di sembarang arah, dengan putung rokok yang berceceran. Duduk bersimbuh degan tangan yang mencekik leher botol Wine.

Wajahnya kusut dengan rambut yang berantakan. Kancing kemeja yang sudah lepas, tangannya terus berusaha menghubungi Wanitanya yang entah kemana perginya.

Sampai di panggilan yang sudah empat puluh sembilan kalinya. Jungkook masih berharap agar nomor tersebut aktif dan segera mengangkat panggilannya, terdengar suara operator yang sudah puluhan kali pula di dengar.

Dia teguk lagi minuman tersebut, seraya menunggu panggilan nya terjawab. Bertepatan saat tangan nya ingin menyesap putung rokok yang ia jepit di sela jari tengah dan telunjuknya, panggilan itu tersambung dengan suara merdu yang gerap kali mendesahkan namanya. Suara yang selalu memenuhi isi kepala serta pikirannya beberapa bulan belakangan.

"H-hallo."

"Kau dimana sialan?! Bresengsek sekali meninggalkanku disini. Benar-benar cari mati, ya? Sayang pulang sekarang, perlu aku menjemputmu? Katakan dimana dirimu." Jungkook sudah tidak tahu lagi bagaimana caranya menyusun kata agar Jihannya mau kembali ke apartemen.

"Jungkook, kau mabuk? Tidak perlu menjemputku. Aku benar-benar ingin sendiri, tolong lepaskan aku saja— kumohon. Akan kubayar semua hutang yang sudah kau pinjamkan padaku, Jungkook."

"Jihan. Kembali padaku dengan kedua kakimu sendiri, atau aku yang datang padamu dan menyeretmu kembali?! Sialan. Jangan membuatku marah Yoon Jihan, kau tahu apa yang dapat kulakukan untuk membuatmu kembali, bukan? Jangan tidak tahu diri seperti itu Jihan."

"Sampai akhir kau terus melontarkan ancaman padaku. Jeon Jungkook, semua sudah berakhir dan aku takkan pernah kembali padamu. Sekalipun aku ingin."

Jihan mengakhiri panggilan tersebut, dengan Jungkook yang mendaratkan satu botol alkohol hingga pecah belah di lantai dan mengenai lengannya. "Eunha Sialan! Ini pasti ulahnya lagi. wanita itu memang Brengsek!"

[]

Mau marah, tapi nggak bisa? Gimana dong

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

Mau marah, tapi nggak bisa? Gimana dong. Kelakuannya jingan sangat disini tuh.

 Kelakuannya jingan sangat disini tuh

اوووه! هذه الصورة لا تتبع إرشادات المحتوى الخاصة بنا. لمتابعة النشر، يرجى إزالتها أو تحميل صورة أخرى.

Cantik gini cuma dijadikan simpanan. Mau berlayar sama Taehyungg, udah ada bininya. Jadi tolong siapapun, datang ke Jihan gitu 😌

Cyn 💕

SECRETS [M]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن