"Kak Ais memiliki trauma dengan kehilangan ayah. Sebelumnya dia kehilangan bunda karena sakit, dan saat bunda pergi ia tidak pamit. Ais selalu bilang sama bunda untuk berpamitan kalau pergi. Setelah bunda pergi, kakak.." Chris ragu untuk melanjutkannya.

"Ada apa setelah itu" Ucap Wulan penasaran.

"Uhm.. Kak Ais hampir mencoba membunuh dirinya sangking terpukulnya ketika orang yang sangat penting baginya pergi tanpa pamit" Jelas Chris yang tidak ingin memberitahukan hal ini. Akan tetapi Jo, Wulan, dan Daniel sekarang adalah keluarga Chris juga.

Wulan sangat syok mendengarnya. Daniel memegang lengan Wulan untuk menenangkan Wulan. Sedangkan Jo terkejut dengan hal itu.

"Boleh saya bertanya? Apa dia tidak memiliki kekasih saat bunda pergi?" Tanya Jo yang penasaran hal satu ini. Chris tertawa dengan pertanyaan Jo.

"Kak Ais belum pernah menjalin hubungan dengan siapapun. Hidupnya, dunianya berputar diantara ayah, bunda saja. Itu yang aku tangkap, sedangkan aku dan kakak pertama memberikan sentuhan kecil untuk kak Ais" Jawab Chris

"Kamu harus buat Ais lupa, karena kamu suaminya saat ini" Ucap Wulan.

"Kak Ais biasanya melakukan aktivitas model tanpa henti, tanpa lelah. Untuk melupakan kejadian bunda saat itu. Tapi kalau sekarang aku gatau deh kak Ais akan melakukannya lagi atau tidak" Jelas Chris.

"Kak, tolong titip kak Ais ya. Jangan buat dia seperti dulu, buat pengalihan agar sedikit lupa" Ucap Chris

"Tidak perlu kamu bilang Jo akan melakukannya, ya kan?" Tanya Wulan.

Jo sadar ketika Chris menepuk pundak Jo.

"Kakak tidur lagi?" Tanya Chris. Jo mengangguk.

"Sepertinya saya belum dibutuhkan" Ucap dokter Brian.

"Maaf dok, saya kira akan buruk" Ucap Chris.

Dokter Brian mengangguk lalu permisi untuk pergi dari ruangan Ais.

🌻🌻🌻

Keesokan harinya Ais terbangun lagi dari tidurnya. Dan saat itu Ais menangis kembali, mengingatnya saat ayah sudah dikuburkan. Dan Ais tidak bisa melihat untuk terakhir kalinya.

"Minumlah dulu" Ucap Jo yang menyodorkan gelas ke Ais. Ais bangun dari tidurnya, menyenderkan punggungnya pada kepala kasur tempatnya.

"Terima kasih" Ucap Ais.

Setelah Ais meminum air, ia memegang gelas itu

"Aku minta maaf sama kamu untuk kejadian kemarin, pasti sangat merepotkan" Ucap Ais menunduk, menatap gelasnya.

"Erald" Panggil Ghea yang membuka pintu kamar.

Ghea berjalan mendekati Ais, Jo berdiri membiarkan Ghea untuk duduk.

"Kamu gapapa kan?" Tanya Ghea.

"Ayah Ghe, ayah pergi" Ucap Ais yang memeluk Ghea erat.

Jo meninggalkan Ais dan Ghea di dalam. Dirinya butuh udara segar dan kopi saat ini.

"Om Bagas pasti sudah menduga sebelumnya" Ucap Ghea yang menenangkan Ais.

"Tapi ayah gak pamit, ayah tahu banget kalau pergi gak pamit" Ucap Ais.

"Sudahlah ayah pasti tidak tega berpamitan saat acara pernikahan putri kecilnya." Ucap Ghea.

"Tapi-"

"Tenanglah, masih ada suami kamu yang akan bersama mu, Chris, ka Angga, mertua, dan aku. Sahabat terbaik mu" Ucap Ghea tersenyum yang membuat Ais ingat.

A&JWhere stories live. Discover now