"Untuk apa ... balok ... itu?" Wanita itu mulai ragu. Seseorang yang dia ajak bicara mendekat kepadanya dengan perlahan. Sosok itu tersenyum.

"Lalu apa yang mau disampaikan?" tanyanya mulai merasa tidak nyaman. Tiba-tiba dia sadar posisinya saat itu. Sebelumnya dia tidak curiga apa pun.

"Gadis bodoh."

Kepalanya dihantam dengan kuat dengan sebuah balok kayu. Wanita itu pingsan. Kepalanya mengeluarkan darah akibat hantaman keras. Wanita itu diseret dengan kasar. Tubuhnya diangkat dan didudukkan pada sebuah kursi. Tali membelit tubuh kurusnya. Riasan pada wajah cantiknya kini bercampur dengan darah yang mengalir akibat luka menganga di kepala.

"Ampun .... Jangan lakukan itu ...," ucap wanita yang tengah terikat itu. Air matanya mengalir membuat wajahnya semakin berantakan.

"Waktumu lima menit, larilah ... jangan bertemu denganku ... Maaf Lila, kau harus melewati hal buruk ini. Semua salahmu. Seharusnya hal itu tidak perlu dilakukan.

Ikatannya dilepaskan. Dengan tertatih-tatih sambil menahan sakit Kalila berjalan secepatnya. Tidak mungkin baginya berlari sekuat tenaga. Kaki yang cidera membuatnya sulit mempercepat langkah. Dia berpegangan kepada dinding bangunan itu dan perlahan menuruni anak tangga satu per satu.

Tidak pernah terlintas dalam benaknya, dia akan mengalami hal ini. Suara langkah bergema membuatnya semakin berusaha mempercepat langkahnya. Kepalanya pusing. Kakinya sakit. langkah terakhirnya tidak seimbang, membuatnya terjatuh. Susah payah dia menyeret tubuhnya menjauh.

Seringai itu telah berada tak jauh darinya. Keringat membasahi sekujur tubuhnya, napasnya memburu. Hanya satu yang dia rasakan, takut.

***

"Dari mana?" tanya Utari ketika keluar dari dalam kamar mendapati suaminya yang baru saja masuk ke dalam rumah.

"Depan, ada paket nih buat kamu." Arion masuk memberikan sebuah kotak makanan dan amplop cokelat.

"Oh dari Fiandra. Soto betawi nih, buatan Tante Irene deh ini. Lalu, oh beberapa dokumen yang harus aku tanda tangani terkait pemberhentian aku, Raf," ucap Utari sibuk memindahkan soto betawi ke wadah yang lain.

"Mau makan sekarang? Aku lapar, nih," ucapnya lagi. Arion tersenyum, dia tahu istrinya tidak akan tahan jika ada sate atau soto betawi kesukaannya itu. Pria itu hanya mengangguk dan masuk ke dalam kamar.

"Loh, ke mana?" tanya Utari mendapati sang suami yang masuk ke kamar.

"Ganti baju, sayang," teriaknya dari dalam kamar.

Utari dan Arion menikmati makan malam mereka yang sudah cukup larut itu. Bercerita pengalaman mereka di Malang. Walau hanya beberapa hari meninggalkan Jakarta yang membuat lelah, bagi Utari perjalanan singkat itu sangat berharga. Bisa berdua menghabiskan waktu bersama suami, melayaninya seperti halnya seotang istri. Memberikan apa yang selama ini tidak mampu dia berikan padanya. Dan bertemu wanita yang sangat dia hormati. Wanita yang lemah lembut, wanita yang sangat mencintai Arion, suaminya.

"Mami ngobrol apa sih waktu itu sama kamu ?" tanya Arion seraya memakan suapan terakhir.

"Hmm, kasih tau nggak ya ..." goda Utari. Arion melipat kedua tangannya di atas meja seraya tersenyum.

"Nggak ada apa-apa sih. Kita di suruh bahagia sama Mami. Kamu bahagia sama aku?" tanya Utari kembali serius.

"Sangat!" Arion tersenyum lebar.

"Nanti akan tiba suatu hari, aku akan membuka semua tentang diriku sama kamu. Dan aku harap ketika hari itu tiba kamu nggak akan berubah." Sorot matanya mendadak sendu. Utari meraih tangan Arion dan menggemgamnya erat.

"Semua orang punya rahasia, Tar. Dan aku akan tetap sama, aku akan menunggu hingga kamu siap. Apa ... kamu juga akan sama? Suatu hari jika hal-hal tidak berjalan sesuai dengan keinginan kita, maukah kamu tetap bersamaku?" Utari mengangguk, keduanya berkaca-kaca dan saling menggenggam erat. Mereka tidak ingin ditinggalkan atau meninggalkan.

"Aku pernah melewati hal terburuk dalam hidupku hingga rasanya kematian menjadi pilihan terbaik saat itu, tapi lihatlah, aku masih di sini bertemu kamu, bersama dengan kamu, ... dan jatuh cinta. Kamu membuat aku berani menghadapi perasaan yang sangat aku benci itu. I love you ... " Utari beranjak merengkuh tubuh Arion yang masih duduk di tempatnya. Pria tegar yang selalu mendampinginya itu merasa sangat bahagia.

Akhirnya wanita yang dia cintai menerima ketulusannya. Wanita yang telah memberikan hidupnya. Wanita yang membutuhkan dirinya.

=====================================

Part yang sulit.

Hiks, semoga bisa lebih baik lagi.

Chuu,

Bii

Psikopat Analog [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang