11 - Mereka Datang

8.5K 1.8K 1.3K
                                    

Song: Zombie by Damned Anthem.

*****************

CHAPTER 11

[Sidney Vancouver]

Samar-samar gue bisa mendengar suara. Perlahan gue membuka mata. Blur. Gue mengucek mata dan meregangkan badan yang terasa seperti baru digebukin masa. Lalu terkejut ketika mendapati gue terbaring hanya memakai celana dalam dan berbalut selimut. Mata gue melebar dan melihat waspada ke sekeliling. Seketika ngos-ngosan. Nggak ada siapa pun.

Pakaian gue di mana?!

Tak lama kemudian gue mendengar seperti ada seseorang yang membalik halaman buku di ruang depan. Lalu gue berjalan ke arah pintu masih memakai selimut kayak kebab. Gue membuka pintu perlahan, sedikit demi sedikit untuk mengintip. Itu Lexi yang sedang membaca buku di sofa.

Gue menutup mulut dengan tangan. Ya Tuhan. Apa gue habis diperkosa? Apa Lexi telah memanfaatkan situasi genting ini untuk nakalin tubuh indah gue?

Gue melangkah mundur kedodoran. Tanpa sengaja gue menginjak selimut yang gue pakai sampai membuat gue tersandung dan jatuh gedebuk ke lantai kayu.

"Sid?" panggil Lexi dari luar. "Lo udah bangun?"

Gue terkejut dan buru-buru menutupi tubuh gue dengan selimut lagi. Langkah Lexi terdengar mendekati kamar. Gue segera bangkit namun lagi-lagi menginjak selimut dan kembali terjatuh. Lalu pintu terbuka. Gue duduk terpojok di dekat tempat tidur. Apakah seperti ini rasanya ternodai seperti di sinetron-sinetron?

"Lo ngapain meringkuk di lantai?" tanya Lexi heran.

"Jangan mendekat!" seru gue cepat-cepat. "Lo habis ngapain gue?" napas gue ngos-ngosan. Begidik membayangkan Lexi yang mungkin sudah melihat setiap jengkal tubuh gue, memfotonya, dan tertawa penuh skandal.

"Apaan sih?" tanya Lexi sebal.

"Kenapa gue nggak pakai baju? Siapa yang lepasin semuanya? Di mana baju dan celana gue?"

Lexi memutar bola matanya. Tangannya melipat di dada.

"Baju lo sobek karena dirusak oleh diri lo sendiri makanya dilepas. Celana lo basah kuyup semuanya. Jangan pura-pura lupa sama apa yang sudah terjadi."

Hah?

"Dan bukan gue yang lepasin pakaian lo. Orang lain. Tukang yang benerin kaca. Mas-mas," tambahnya.

Mata gue kiyip-kiyip memproses semuanya. Sampai akhirnya sisa-sisa sel otak gue yang masih hidup terhubung. Gue mengembuskan napas lega.

Kemudian Lexi berjalan ke arah gue beberapa langkah. Mulutnya komat-kamit tanpa suara. Gue menatap bingung. Lalu dia menjentikkan jari dan tersenyum seolah berhasil melakukan sesuatu.

Lexi lantas keluar dari kamar.

Gue masih heran sama perbuatannya barusan. Namun anehnya, ketika gue mau benerin selimut, ternyata gue sudah berpakaian tertutup. Lah, kok bisa? Kapan gue memakai sweater dan celana training? Gue lalu meraba-raba tubuh gue untuk memastikan kalau baju ini sungguhan. Dan itu memang sungguhan.

Cepat-cepat gue berjalan keluar dari kamar. Masih tetap selimutan khawatir pakaian yang gue kenakan cuma ilusi. "Lo yang bikin gue pakai baju lagi?" tanya gue spontan.

Lexi yang sudah kembali duduk di sofa menatap sungkan ke arah gue. "Kenapa? Mau disulap biar lo telanjang sekalian?"

Gue terkesiap. Menelan ludah.

Teringat apa yang terjadi tadi siang, gue lalu mengambil ponsel di meja kasir. Tiga belas panggilan tak terjawab dan puluhan pesan WhatsApp dari Sahnaz. Menahan diri untuk nggak membukanya sekarang karena gue nggak tahu harus ngasih penjelasan apa.

Under Your SpellWhere stories live. Discover now