Kulirik Keynal melepas topi yang dipakainya. Seketika itu rambut hitamnya ikut berkibar bersama angin musim dingin yang membekukan, melalui kaca mobil yang terbuka.

Sosok cowok yang bagiku sangat tampan, tapi selalu bersikap dingin dan cuek jika sedang bersamaku.

Ah, rasanya aku ingin segera menyeret Keynal ke rumah kosong dan langsung mengeksekusinya.

○●○●

20 menit kemudian, keduanya tiba di lokasi yang dituju, sebuah hotel bintang lima di bilangan Jakarta Barat. Veranda keluar mobil diikuti Keynal di sampingnya.

Jantung mereka tiba—tiba berdegup kencang saat kaki keduanya masuk kedalam lobby hotel, Veranda menggenggam erat tangan Keynal.

Remaja 16 tahun itu hanya melongo heran. Veranda menekan tombol saat mereka telah memasuki sebuah lift, segera pintu lift tersebut tertutup. Mereka berdua saling menatap beriringan lift yang membawa mereka menuju takdir keduanya.

(Ting... )

Suara bel menandakan mereka telah sampai di tempat tujuan. Pintu lift terbuka, Veranda semakin erat menggenggam tangan adik laki—lakinya.

Perlahan mereka berjalan keluar dari lift, hati Keynal semakin berdegup disko saat dia melewati lorong hotel. Veranda dan Keynal sama—sama terdiam, Ketika mereka tiba didepan pintu sebuah kamar.

○●○●

Keynal POV

Kami menatap sebuah rangkaian huruf dan angka yang tertera pada daun pintu, Ruang VVIP no. 246. Kak Ve membuka pintu kamar yang telah dia dibooking, dengan langkah yang sedikit gemetar gue masuk kedalam kamar.

Gue tertegun begitu kami masuk kedalam kamar, sesuatu yang indah telah merubah kamar ini. Taburan kelopak mawar merah diatas tempat tidur memberikan aroma intim yang begitu privat. Temeram cahaya lilin menciptakan suasana romantis yang memikat.

Lalu tiba—tiba sosok hitam besar melintas di balik pintu dan..

Dorrr!

Mamih, Papih. Gue menjerit kaget. Kedua orang tua gue timbul di balik pintu kamar hotel dan langsung memeluk gue dan Kak Ve secara bergantian.

Papih, kapan pulang kenapa enggak ngabarin Keynal?

Baru aja tiba, Papih langsung telepon kakak kamu.” Gue menatapnya, meminta penjelasan tapi Kak Ve hanya mengangkat bahunya.

Papih merangkul Mamih dan menyeret kopernya keluar kamar hotel, diikuti gue juga Kak Ve yang berjalan di belakang mereka.

Terus kenapa kalian harus mampir ke hotel? kenapa gak langsung pulang aja. Tadi kan kita bisa jemput kalian ke bandara, ucap gue lagi.

Jujur gue masih shock Kak Ve bawa gue hotel. Gue enggak benar-benar percaya kakak gue sendiri, karena otak dia kan mesum.

Sengaja kita ingin mengenang masa muda. Gue menganga lebar, jadi dulu waktu remaja kedua orang tua kami suka berkencan di hotel? Pantas kak Ve jadi omes gitu.

Better With You [VENAL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang