BAB 27

137 6 0
                                    

Follow ig ; Oktaviani_1501!
Heart Play Update!
Vomment and Add ke Reading List!
Happy Reading!

*****

Pikiran Ganesha semakin kacau. Perkataan Amelia tadi terus memutar di kepalanya. Ganesha memang egois. Ia hanya memikirkan kesenangannya sendiri tanpa memikirkan perasaan orang lain. Lantas sekarang Ganesha harus bagaimana, semuanya sudah terlanjur kacau. Ia telah menyakiti Alvino dan ia telah menerima Shean dengan perasaan yang belum jelas.

Kaki Ganesha terus melangkah tak tentu arah. Pikirannya berkelana entah ke mana. Dan bahkan ia mengabaikan tatapan sinis dan omongan-omongan pedas dari orang yang ia lewati sepanjang koridor.

Setetes demi setetes air ke luar dari mata Ganesha. Hati Ganesha terlalu lemah. Ia mudah menangis dengan sebab yang sepele.

Ia sudah lelah dan mungkin sudah masuk ke tahap menyerah. Namun di sisi lain Ganesha selalu yakin akan ada bahagia yang menanti di balik ke pedihan yang ia alami.

Namun saat ini Ganesha benar-benar lelah.

Dirasa tangisnya sudah tidak bisa ia bendung lagi. Cepat-cepat Ganesha berlari berniat untuk kembali ke rooftop dan sepertinya hari ini Ganesha akan meninggalkan seluruh jam pembelajaran.

"Aww!" rintih Ganesha tatkala ia merasakan tangannya ditahan oleh seseorang.

Ganesha menghentikan langkahnya. Kepalanya ia angkat dan matanya melirik seseorang yang berdiri di sampingnya sambil memegang tangan kanan Ganesha.

"Shean?" pekik Ganesha, "lepasin!" lanjutnya.

Shean melirik penampilan Ganesha dari atas sampai bawah. Rambut agak berantakan. Mata bengkang. Hidung merah. Semuanya nampak kacau.

"Kenapa?" tanya Shean.

Hati Ganesha tertegun mendengar pertanyaan dari Shean. Apakah ia tidak salah dengar? Memang benar, tidak ada orang yang benar-benar peduli dan mengerti dengan keadaan Ganesha saat ini. Bahkan orang yang Ganesha anggap special dan bisa mengerti terhadap diri Ganesha malah bertanya seakan ia tidak tahu apa-apa dengan rumor di sekolahnya. Karena untuk saat ini Ganesha hanya butuh orang yang mengerti tanpa bertanya. Ada tanpa diminta. Dan biasanya semua itu ada pada diri ... Alvino.

Entah kenapa Ganesha jadi merindukan kehadiran Alvino.

"Lepasin!" tegas Ganesha.

"Bilang dulu kenapa?" kata Shean.

"Lo punya otak kan? Lo punya hati kan? Pikir aja sendiri! Gue lagi gak mau diganggu," ujar Ganesha dengan nada kasarnya tak memerdulikan lawan bicaranya siapa.

"Kenapa lo kasar banget sih? Gue kan nanyanya baik-baik," ucap Shean terus meminta penjelasan.

Ganesha benar- benar tidak bisa mengontrol emosinya. Ini memang sifat buruk Ganesha dan belum ada yang bisa menaklukannya termasuk orang tua dan ke tiga sahabatnya.

"Gue emang kasar dan kalau lo gak suka, lo boleh pergi," kata Ganesha lalu melanjutkan langkahnya ke arah rooftop.

******

Alvino baru saja ke luar dari toilet dan matanya melihat Ganesha yang lari tergesa-gesa dengan wajah yang sudah tidak beraturan. Ingin sekali ia menghampiri Ganesha dan memberinya ketenangan. Namun sekarang apalah daya, Ganesha sudah menjadi milik sahabatnya.

Jujur ia tidak sanggup melihat Ganesha seperti ini. Gadis yang biasanya ceria dan selalu menyalurkan kebahagiaan kini sudah berbalik.

Perlahan Alvino mengikuti Ganesha dengan jarak yang bisa dibilang jauh. Namun di tengah jalan ia berhenti karena melihat Ganesha ditahan oleh Shean. Awalnya Alvino akan pergi karena melihat Ganesha dengan Shean sama saja menyakiti hatinya. Namun ketika ia melihat dan mendengar Ganesha berbicara kasar pada Shean, ia terkejut. Alvino tahu bahwa jika Ganesha sudah seperti ini, itu artinya Ganesha memang benar-benar kacau.

"Aku kangen kamu," gumam Alvino.

Ketika Ganesha pergi, Alvino-pun pergi. Alvino akan tetap mencintai dan menyayangi Ganesha meskipun ia tidak bisa memilikinya dan Alvino akan tetap menjaga Ganesha walaupun dari kejauhan. Tak apa jika itu hanya akan menyakiti hatinya yang penting ia bisa melihat Ganesha dan itu sudah cukup bahagia.

*Bersambung*

Thanks for Reading!

Salam, Oktaviani

HEART PLAY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang