BAB 11

169 8 0
                                    

Follow ig ; Oktaviani_1501!
Heart Play Update!
Vomment and Add ke Reading List!
Happy Reading!

******

"Shean," gumam Ganesha.

Degup jantungnya bergetar sangat kencang. Hatinya memanas. Matanya terasa berat. Ia ingin menangis dan menumpahkan kekesalan serta kebingungan yang belakangan ini ia rasakan.

Ia tidak mengerti mengapa setelah bertemu ke dua orang yang sekarang berada di hadapannya, hidupnya serasa kacau dan dipenuhi dengan teka-teki. Alvino dan Shean .... ternyata mereka ... bersahabat.

Satu persatu ke dua orang itu Ganesha tatap secara bergantian. Alvino yang tersenyum manis dan penuh keikhlasan sedangkan Shean, di mata Ganesha senyuman yang Shean berikan seperti senyuman ejekan.

"Kak!" panggil Alvino.

Ganesha mendengar panggilan dari Alvino namun ia tidak langsung menyahut. Ia masih kaget dengan kenyataan yang harus ia terima sekarang.

"Kakak!" panggil Alvino sekali lagi.

"Ah, iya. Kenapa?" tanya Ganesha.

"Kakak kenapa melamun?" Alvino balik bertanya.

"Eng ... gak kok. Siapa yang melamun coba," elak Ganesha.

Alvino tahu bahwa ada yang disembunyikan oleh Ganesha namun ia memilih diam dan tidak ingin menyudutkan Ganesha. Bukan hanya Alvino yang tahu bahkan Shean-pun tahu meskipun ia belum begitu mengenal Ganesha. Shean menampilkan senyum sinisnya yang langsung membuat Ganesha meneguk salivanya.

"Lo ngapain ke sini?" tanya Alvino pada Shean.

Sebelum menjawab pertanyaan dari Alvino, terlebih dahulu Shean menarik kursi yang ada di samping Alvino lalu duduk dan pandangannya mengarah ke arah Ganesha sekilas.

"Laper. Mau makan," balas Shean.

Alvino hanya mengangguk sebagai jawaban lalu perhatiannya kembali tertuju pada soto yang ada di hadapannya.

"Kenapa gak dilanjutin makannya?" tanya Alvino ketika melihat Ganesha hanya diam dengan pandangan kosong.

"Udah kenyang," jawab Ganesha asal.

"Oh iya, gue lupa belum ngenalin kalian ya," kata Alvino, "kak, kenalin ini sahabat aku, Shean. Dan Shean, kenalin ini Ganesha," lanjutnya.

Ganesha hanya diam di tempatnya sambil tersenyum kaku. Sedangkan Shean berusaha tersenyum semanis mungkin sambil mengulurkan tangannya ke hadapan Ganesha. Namun sudah hampir satu menit, tidak ada tanda-tanda Ganesha akan menerima uluran tangannya.

"Gak dibales nih?" tanya Shean.

Seperkian detiknya, Ganesha langsung tersadar dari lamunannya lalu secara refleks ia langsung membalas uluran tangan dari Shean.

"Ganesha," kata Ganesha memperkenalkan diri.

"Shean," balas Shean.

Sadar dengan apa yang tengah ia lakukan, Ganesha langsung menarik kembali uluran tangannya lalu bangkit dari duduknya.

"Alvino, aku mau pulang sekarang," ujar Ganesha.

"Loh, kenapa?" tanya Alvino.

Bingung. Ganesha tidak tahu harus menjawab apa, karena tidak mungkin ia mengatakan yang sebenarnya.

"Eum ... aku capek, mau istirahat," kata Ganesha.

"Oh ya udah," ujar Alvino lalu ikut bangkit dari duduknya. Namun sebelum ia melangkah,  ia menyempatkan diri untuk meminum teh hangat yang telah ia pesan tadi. "Gue duluan ya," pamit Alvino pada Shean.

"Yoi. Jagain kakak gemes lo itu ya," ujar Shean.

Sesampainya di dalam mobil, Alvino langsung melajukan mobilnya ke arah jalan rumah Ganesha. Namun di persimpangan jalan, ia sesekali bertanya pada Ganesha jalur mana yang harus ia ambil.

"Ke kanan apa ke kiri, kak?" tanya Alvino.

"Lurus," balas Ganesha.

Alvino meneguk salivanya menahan malu karena pertanyaan yang ia ajukan tidak ada yang benar satupun.

"Tengsin gue," gumamnya namun masih bisa didengar oleh Ganesha.

Tentang hubungan antara Alvino dan Shean, masih menjadi permasalahan dalam pikiran Ganesha. Ia tidak bisa membayangkan jika nanti Alvino tahu bahwa dirinya sudah mengenal Shean sebelum diperkenalkan barusan. Ganesha bukan bermaksud so tahu, tapi apa yang dia lihat dari gerak-gerik Shean, Ganesha bisa menyimpulkan bahwa Shean berniat tidak baik.

"Kak!" panggil Alvino.

"Kenapa?" tanya Ganesha.

"Kita udah sampai. Benar ini kan nomer 74," kata Alvino.

Ganesha gelagapan. Ia langsung menoleh ke arah kanan. Matanya mengerjap ketika yang ia lihat adalah rumahnya.

"Iya benar. Makasih ya," ujar Ganesha lalu melepas sealtbelt-nya, "aku duluan ya," lanjutnya sambil membuka pintu.

"Tunggu kak!" ucap Alvino.

Mau tak mau, Ganesha menghentikan niatnya untuk ke luar dari mobil Alvino. Kepalanya menengok ke belakang untuk melihat Alvino.

"Ada apa?" tanyanya.

"Pertanyaan yang tadi belum kakak jawab," ujar Alvino.

"Pertanyaan?" tanya Ganesha heran. Masalahnya terlalu banyak pertanyaan yang Alvino ajukan pada dirinya sehingga sekarang Ganesha tidak tahu pertanyaan yang dimaksud Alvino adalah pertanyaan yang mana. "Pertanyaan yang mana ya?" ujar Ganesha meminta penjelasan.

"Kalau aku suka sama kakak boleh gak?" kata Alvino.

"Setiap orang itu punya haknya masing-masing untuk suka sama seseorang. Jadi aku gak ada hak untuk ngelarang kamu suka sama orang termasuk sama aku," balas Ganesha.

Alvino tersenyum mendengar jawaban yang ke luar dari mulut Ganesha. Lalu ia memantapkan hatinya untuk mengajukan pertanyaannya lagi walaupun ia sedikit ragu.

"Lalu kakak mau gak jadi pacar aku?"

Boom!

Ganesha seakan tertimpa bom besar. Hal yang ia takutkan kini terjadi. Dan masalahnya Ganesha belum menyiapkan jawaban atas pertanyaan yang diajukan Alvino barusan karena ia tidak tahu bahwa hal ini akan terjadi secepat ini.

"Aku belum bisa jawab sekarang. Maaf," ucap Ganesha lalu ke luar dari mobil tanpa menunggu balasan dari Alvino.

*Bersambung*

Thanks for Reading!

Salam, Oktaviani

HEART PLAY ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang