BAB 21

146 6 0
                                    

Follow ig ; Oktaviani_1501!
Heart Play Update!
Vomment and Add ke Reading List!
Happy Reading!

*****

Duduk seorang diri di bawah sinar matahari yang terbilang sangat terik sembari ditemani potongan-potongan hati yang enggan untuk utuh kembali. Ke dua orang yang telah ia percaya, kini tega telah menghancurkan semua kepercayaan itu secara bersamaan.

Tidak ada yang harus ia sesali dan ia benci karena itu akan sia-sia dan itupun tidak akan mengubah suatu hal yang telah terjadi. Mungkin ini adalah sebuah jawaban dari doa-doa yang telah dirinya panjatkan, jika baik maka dekatkan dan jika buruk maka jauhkan. Dan mungkin Ganesha bukanlah yang terbaik buat dirinya. Begitulah pikir Alvino.

Sempat terbersit dalam pikiran Alvino bahwa ia akan menjauhi Shean karena rasa kecewanya yang cukup besar namun ia sadar, kebersamaan yang sedari dulu ia jalin jauh lebih besar di banding rasa kecewanya yang timbul sejak kehadiran Ganesha. Ia akan mencoba menghilangkan perasaannya pada Ganesha secara perlahan dan berusaha untuk mengikhlaskan Ganesha untuk Shean.

Terdengar helaan napas dari Alvino. Rasanya ia lelah terus memikirkan hal-hal yang membuat pikirannya kacau. Perlahan tangannya bergerak mengambil sebuah botol pocarisweet yang tadi sempat ia beli di kantin hingga ia memutuskan untuk menghabiskan waktu istirahatnya di rooftop sekolah.

Dengan sekali teguk, pocarisweet itu tinggal tersisa setengahnya. Lalu di detik selanjutnya Alvino kembali melamun hingga sebuah suara membuat Alvino memaksa menengok ke belakang.

"Shean," gumam Alvino.

Perlahan, kaki Shean melangkah mendekati Alvino lalu tanpa meminta izin terlebih dahulu, Shean langsung duduk di sebelah Alvino.

"Gue mau ngomong," kata Shean.

"Ngomong aja," jawab Alvino.

Dari raut wajah Shean, Alvino tahu apa yang akan dibicarakan oleh Shean. Sebelum Shean menjelaskan semuanya yang kemungkinan itu akan membuat dirinya sakit hati, maka Alvino sudah menyiapkan hatInya untuk berusaha kuat menerima semuanya. Mungkin tidak mudah, tapi Alvino akan tetap berusaha.

"Masalah Ganesha, gue minta maaf," ujar Shean.

Mendengar nama itu disebut lagi, hati Alvino secara perlahan hampir patah kembali tapi ia tetap berusaha meyakinkan pada hatinya bahwa ia pasti akan mendapatkan orang yang jauh lebih baik dari Ganesha.

"Gue minta tolong, gak usah bahas ini lagi karena gue udah tahu semuanya dan gue juga udah ikhlasin dia. Dan sekarang lo bebas buat deketin dia. Tenang aja, gue gak marah sama lo kok," jelas Alvino sambil memegang bahu Shean sembari ditemani senyuman manisnya.

"Lo berhak marah sama gue. Lo berhak jauhin gue karena gue udah ngambil orang yang lo sayang. Gue emang sahabat yang gak tahu diri," ujar Shean.

"Iya, lo emang salah dan gue emang marah dan juga kecewa tapi gue gak bodoh untuk jauhin sahabat yang udah lama sama-sama hanya karena masalah rebutan cewek. Gak logis," ucap Alvino sambil memasang senyumannya namun tanpa seorangpun tahu, ke dua tangan Alvino terkepal kuat untuk menyalurkan emosinya.

"Gue ngerasa bodoh banget," sesal Shean.

"Lo emang bodoh," kata Alvino sembari menoyor belakang kepala Shean.

"Bangsat lo," umpat Shean lalu membalas toyoran Alvino dan di detik berikutnya mereka kembali tertawa bersama.

*******

Di bawah selimut bergambar panda, Ganesha menyembunyikan wajahnya yang kini sudah penuh dengan air mata. Matanya bengkak, hidungnya merah dan rambutnya sudah tak beraturan lagi. Ganesha sudah tidak bisa memikirkan apa-apa lagi, pikirannya sudah dipenuhi oleh rasa bersalah terhadap Alvino, laki-laki yang penuh dengan ketulusan.

Katakan saja Ganesha bodoh, karena memang itu faktanya. Ia telah menyia-nyiakan orang yang tulus dan bertanggung jawab demi orang yang belum tentu akan sebanding atau lebih dari Alvino.

Sebesar apapun Ganesha berusaha untuk tetap menetapkan hatinya pada Alvino dan menyangkal semua perasaannya pada Shean, semua itu tetap gagal. Ganesha sendiri tidak tahu apakah ia emang benar-benar sudah berpaling dari Alvino dan berpindah pada Shean atau semua itu hanya perasaan sementara, Ganesha belum mengetahui sepenuhnya. Jikalaupun nanti akhirnya ia akan benar-benar jatuh pada pelukan Shean, Ganesha yakin ia tidak akan menemukan kebahagiaan lebih dari apa yang ia dapatkan dari Alvino. Karena Ganesha sendiri tahu kebahagiaan yang didapatkan dari hasil menyakiti orang lain tidak akan bertahan lama. Meskipun begitu Ganesha tetap tidak bisa melepaskan perasaannya pada Shean, aneh memang.

Dirasa dirinya sudah lelah menangis, kini Ganesha-pun memilih untuk beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya untuk mencuci muka. Setelah wajahnya terasa fresh, Ganesha beralih menuju meja rias lalu mulai memanjakan kulitnya dengan skincare di malam hari.

Tak lama kemudian, ponsel Ganesha berdering, tanda ada pesan masuk. Setelah menyelesaikan aktifitas skincare-nya, Ganeaha berjalan menuju tempat tidur lalu mengambil ponselnya yang ia simpan di bawah bantal.

Mata Ganesha memicing heran, keningnya berkerut. Ia bingung tatkala matanya melihat sebuah nomor tidak dikenal mengirimkan ia suatu pesan.

Untuk mengusir rasa penasarannya, Ganesha mulai membuka layar kuncinya lalu tangannya langsung lihai bermain di aplikasi berdominansi hijau.

082********
Anes!

Begitulah isi pesan dari nomor tidak dikenal tersebut.

Setelah kurang lebih 10 menit Ganesha membaca pesan tersebut, tak kunjung Ganesha membalasnya karena ia takut.

082*******
Gw, Shean.

"Hah?" pekik Ganesha setelah membaca pesan ke dua.

082********
Ke luar. Gw di dpn rmh lo!

"Gak waras," umpat Ganesha.

*Bersambung*

Thanks for Reading!

Salam, Oktaviani


HEART PLAY ✔Where stories live. Discover now