BAB 19

119 5 0
                                    

Follow ig ; Oktaviani_1501!
Heart Play Update!
Vomment and Add ke Reading List!
Happy Reading!

*****

Genap sudah satu bulan Ganesha menjalin hubungan dengan Alvino. Selama itu Alvino sudah memberikan pengertian dan perhatian penuh pada Ganesha dan selama itu pula Alvino mendapatkan rasa sakit dari ke dua orang yang ia percayai. Namun, Alvino memilih untuk diam agar semuanya baik-baik saja dan tidak akan berubah. Mungkin ini definisi dari, bahagia melihat orang yang kita sayang bahagia meskipun dengan orang lain.

Ganesha sadar ia telah menyakiti hati Alvino, orang yang selama ini telah habis-habisan berjuang untuk dirinya. Namun Ganesha sendiri tidak tahu mengapa ia sangat sulit mengontrol diri. Ia sudah berusaha untuk menjauh dari Shean dan menyimpan sepenuh hatinya pada Alvino, tapi ternyata itu sulit.

"Woy, Nes!"

Panggilan yang lebih pantas disebut dengan teriakan itu menyadarkan Ganesha dari lamunannya. Mata Ganesha melirik ke sebelah kanan, dan ia mendapati Bagas sedang berdiri di sampingnya.

"Ngapain sih lo?" ketus Ganesha.

Bagas bukannya takut, ia malah tersenyum. Senyuman licik lebih tepatnya. Membuat kesal Ganesha di pagi hari kayaknya seru bagi Bagas apalagi suasana kelas masih sepi. Baru ada ia dan juga Ganesha.

"Galak amat jadi cewek, yang," kata Bagas sambil mencubit gemas hidung Ganesha.

Mendengar kata yang dan gelagat yang dilakukan oleh Bagas membuat Ganesha heran dan takut. Sebisa mungkin ia menyembunyikan ketakutannya dan bertingkah seperti biasa.

"Najis lo ah," ujar Ganesha.

"Kamu makin manis kalau galak kayak gituh," ucap Bagas diikuti tangannya yang mengacak-acak rambut Ganesha.

"Ih lo kenapa sih?" tanya Ganesha was-was.

"Kenapa apanya? Masa manjain pacar sendiri gak boleh sih yang?" Bagas balik bertanya. Dan dalam hati ia tertawa puas melihat wajah takut Ganesha.

Mata Ganesha membulat. Otaknya berpikir keras. Hatinya bergemuruh. Ia rasa ada yang aneh dari diri Bagas.

"Lo waras gak sih? Sejak kapan gue jadi pacar lo? Pake manggil yang segala lagi. Jijik gue," ujar Ganesha sambil beranjak dari duduknya dan berniat ke luar dari dalam kelas.

"Ih kamu mau ke mana yang? Kita kan pacaran udah lama dan sebulan lagi kita mau tunangan," kata Bagas sambil menahan tangan Ganesha.

Tubuh Ganesha mulai mengeluarkan keringat dingin. Badannya terasa lemas. Ganesha berusaha untuk berpikir positif, mungkin saja ia bermimpi. Tangan Ganesha yang satu lagi, yang aman dari cekalan Bagas, ia gunakan untuk mencubit pipinya dengan keras dan hasilnya sakit. Itu artinya ia tidak bermimpi. Ini nyata.

"Sadar woi sadar. Lo kesurupun ya?" teriak Ganesha di samping telinga Bagas.

Diperlakukan seperti itu oleh Ganesha membuat Bagas kesal dan ingin membalasnya. Namun ia berusaha untuk sabar. Ia harus menyelesaikan actingnya sampai tuntas.

"Meskipun kamu galak kayak gini, aku tetap sayang kok," ujar Bagas sambil mengelus pucuk kepala Ganesha dengan tangan yang satunya lagi.

Satu persatu orang mulai berdatangan masuk ke dalam kelas. Dan melihat posisi Ganesha dan Bagas yang bisa dibilang mesra itu membuat teman-teman sekelasnya kaget dan bahkan ada sebagian dari mereka yang menampar pipinya sendiri untuk meyakinkan apakah itu nyata atau hanya sekedar haluan.

Vani yang baru saja datang berbarengan dengan Sari langsung menghentikan langkahnya tepat di ambang pintu.

"Gue gak halu kan? Gue gak salah lihat kan?" tanya Vani.

"Kayaknya enggak deh, soalnya gue juga lihat," balas Sari.

"Ini gak bener. Kayaknya mereka udah mulai gak waras," kata Vani lalu mulai berjalan mendekati Ganesha dan Bagas diikuti oleh Sari di belakangnya.

"Eh kalian ngapain? Pada sehat kan?" tanya Vani.

Ganesha langsung melirik ke arah sumber suara. Matanya melotot ketika ia sadar bahwa posisi dirinya dan Bagas sekarang seperti apa. Ia mulai menghempaskan tangan Bagas yang sedari tadi menggenggam tangannya dan meminta Bagas untuk menurunkan tangan yang satunya lagi dari atas kepala Ganesha.

"Gue sehat, dia yang gak sehat," ujar Ganesha sambil menunjuk Bagas.

"Aku mah selalu sehat kalau ada kamu yang," ucap Bagas sambil menampilkan senyum manisnya.

Vani dan Sari yang mendengar perkataan dari Bagas langsung saja tercengang. Mereka melirik Ganesha dan Bagas secara bergantian.

"Yang?" ujar Vani dan Sari secara bersamaan.

Bagas yang melihat ekspresi ke dua sahabat Ganesha hanya mampu menahan tawa dalam hatinya. Ia merasa seperti aktor yang berhasil memerankan karakternya.

"Kalian kenapa sih? Ganesha ini kan pacar aku dan sebentar lagi kita mau tunangan," ucap Bagas menjelaskan.

Pikiran Ganesha sudah kacau. Ia benar-benar tidak mengerti dengan kelakuan Bagas. Saat ini dunia Ganesha benar-benar kacau.

"Hah? Tunangan?" teriak Vani dan Sari bersamaan.

Anak-anak yang lainnya, yang sedari tadi hanya bisa melihat tanpa tahu apa yang terjadi ikut merasa kaget dan bingung. Tak ada angin dan tak ada hujan dan kini mereka harus mendengar bahwa Ganesha dan Bagas akan bertunangan.

"Gak waras. Dia udah gak waras," ujar Ganesha, "sadar lo bangsat," lanjutnya sambil mendorong tubuh Bagas.

"ANES!!" teriak seseorang yang baru saja masuk ke dalam kelas. Orang itu merasa heran dengan keadaan kelas yang begitu ramai. Namun ia belum berminat untuk bertanya lebih lanjut. Ia hanya fokus mencari orang yang ia tuju.

Setelah orang yang dicari ia temukan, ia mulai melangkah mendekat, "Nes, lo disuruh Alvino buat ke pinggir lapangan sekarang," kata Amelia.

"Hah? Ngapain?" tanya Ganesha heran dan Amelia hanya mengangkat ke dua bahunya sebagai jawaban.

"Mungkin gosip ini udah nyampe ke telinga si Alvin dan kayaknya sekarang lo mau diintrogasi deh," ujar Sari.

Amelia yang tidak mengerti dengan maksud ucapan Sari hanya mampu mengerutkan keningnya.

"Ada apa sih?" tanya Amelia.

"Jadi gini ..."

"Diem. Mau gue hajar?" Ucapan Vani terpotong oleh ancaman Ganesha.

Tak ada yang bisa Vani lakukan kecuali diam. Ia hanya menunggu Ganesha untuk ke luar dari kelas dan setelah itu ia akan menceritakan semuanya pada Amelia.

*Bersambung*

Thanks for Reading!

Salam, Oktaviani

HEART PLAY ✔Where stories live. Discover now