Lisa memutuskan untuk segera membersihkan dirinya dan membantu para maid menyiapkan makan malam. Sebentar lagi Tuan Jeon akan kembali dari pekerjaannya di luar negeri, dan Lisa juga harus memastikan bahwa Jungkook tidak berulah atau pergi keluar tanpa sepengetahuannya dan menimbulkan kemarahan Tuan Jeon karena anak bungsunya yang tidak menyambutnya yang baru saja pulang.


💜💜💜💜💜


Sementara itu, Jungkook masih berada dalam posisi duduknya di meja kerjanya sesaat setelah Lisa keluar dari kamarnya. Ia menatap nanar ke pintu kamarnya yang tertutup dan menghela nafas perlahan.

Jungkook berjalan malas menuju tempat tidurnya, lalu membaringkan dirinya disana. Jungkook menggunakan kedua lengannya sebagai bantalan dan mulai menatap langit-langit kamarnya, merenung.

Jungkook sadar betul bahwa kalimatnya pada Lisa sungguh keterlaluan. Lisa pasti sangat marah padanya. Jungkook mengucapkannya tanpa sadar, hanya karena ia terdorong emosi sesaat. Jungkook sendiri tak mengerti kenapa ia bisa mengucapkan kalimat seperti itu pada Lisa. Jungkook mendesah kesal dan menutup wajahnya dengan bantal.

Bahkan saat ini Jungkook pun tidak memahami kenapa ia selalu memperlakukan Lisa dengan seenaknya dan mengatakan kalimat-kalimat yang menyebalkan — bahkan menyakitkan — kepada gadis berwajah boneka itu.

Jungkook mengingat-ingat pertemuan pertamanya dengan Lisa. Seingatnya, pada saat itu usianya 16 tahun. Jungkook menghadiri upacara pemakaman chef pribadi keluarga Jeon yang sudah bekerja pada keluarganya selama 6 tahun terakhir. Uncle Marco, begitu lah Jungkook memanggil pria paruh baya berkebangsaan Swiss itu. Jungkook sendiri sangat akrab dengan Marco, masakannya sangat enak, dan Marco selalu membuatkan makanan apapun yang diminta Jungkook.


~Flashback Start~


Jungkook baru saja selesai melakukan penghormatan terakhir untuk Marco. Ia berdiri setelah membakar dupa, dan penghormatan pada keluarga, lantas menepi ke sudut ruangan untuk menunggu kedua orang tua dan kakaknya yang baru akan melakukan penghormatan pada almarhum Marco.

Jungkook mengusap matanya yang sedikit berembun dengan ujung lengan kemejanya. Bagaimanapun juga, Jungkook sudah menganggap Marco seperti keluarganya sendiri, Jungkook sangat menyayanginya. Kehilangan Marco membuatnya cukup terpukul, dan

Pada saat itu lah, Jungkook melihat Lisa untuk pertama kalinya. Seorang gadis blasteran, wajahnya bulat dan cantik seperti boneka barbie, rambutnya panjang dan kecoklatan, dan manik bulatnya berwarna coklat madu. Gadis itu benar-benar terlihat cantik meski wajahnya sembab karena air mata yang tak henti-hentinya mengalir dari kedua mata indahnya yang sayu dan diselimuti kabut kesedihan. Tubuh kurusnya terbalut hanbok berwarna hitam. Gadis itu tampak sibuk menenangkan seorang wanita paruh baya yang beberapa kali terlihat akan pingsan di pelukannya. Jungkook menduga wanita itu adalah istri Marco, dan gadis berwajah boneka itu adalah anaknya, anak semata wayang Marco yang sering diceritakannya pada Jungkook.

Jungkook terpaku pada tempatnya berdiri. Manik obsidiannya mengikuti setiap pergerakan Lisa. Ia menatap lekat-lekat pada gadis itu ketika ia dan ibunya membungkuk pada ayah dan ibunya yang baru saja melakukan penghormatan terakhir dan menghampiri kedua ibu dan anak itu.

"Kami turut berduka cita, Nyonya Park. Kami sangat menyayangkan kepergian Marco, kami sudah menganggap Marco seperti keluarga kami sendiri," itu Ibu Jungkook. Nyonya Jeon Yuni.

My Personal Assistant | LIZKOOK [DISCONTINUE]Where stories live. Discover now