"Wonwoo, tolong antarkan ke bagian depan." Ia mengangguk, mendorong troli besar berisikan sup yang sudah ia siapkan tadi. Memberikan kepada area pelayanan depan untuk disetorkan kembali kepada prajurit. Wonwoo mengintip sedikit keramaian yang tercipta diruang makan umum saat ini, sebagian prajurit sudah menduduki tempatnya dan sebagian baru mengambil makanannya.
Sepajang mata memandang Wonwoo tidak menemukan Min─
"Hai!" Wonwoo memutar matanya sebal saat bertatap muka dengan Mingyu yang baru saja masuk di sini. Ia buru-buru berbalik membawa troli besar itu dengan senyum tipis yang mengembang karena malu. Sebenarnya Wonwoo ini benci kepada Mingyu atau suka?
Wonwoo mengulum bibirnya rapat menahan semburat merah yang bisa membuat orang lain curiga. Menetralkan degup jantungnya yang berpacu kencang.
"Wonwoo, maaf aku merepotkanmu." Suara Junho membuyarkan konsentrasi Wonwoo. Pria menyebalkan itu kembali disaat semua sudah selesai dan menunggu giliran makan. Wonwoo berdecak sebal dan memilih meninggalkan ruangan itu; meninggalkan Junho dengan perasaan penuh tanya.
Setelah sarapan pagi, Wonwoo langsung bergegas menuju lapangan untuk mengikuti latihan fisik. Ngomong-ngomong tentang latihan fisik, Wonwoo kini sudah bisa beradaptasi dengan beratnya medan yang harus ia tempuh. Membawa bebas belasan kilo sudah menjadi makanannya sehari-hari. Ya meskipun Wonwoo selalu merasakan pegal setiap dibangun tidurnya.
Seperti sore ini, setelah semua rangkaian pelatihan fisik dan materi, ada giat dadakan yang membuat semuanya harus berkumpul sebelum makan malam.
Akan ada dua armada perang yang diberangkatkan untuk giat dadakan keesokkan hari. Dan yang lebih membuat Wonwoo terkejut, bagian pelayanan dapur harus mengirim dua anggota untuk diikutsertakan.
"Armada satu: Han Taejin, Yoo Minseok, Lee Seokmin, Cha Eunwoo, Yoon Jeonghan, Jung Seongha dan perwakilan Ahn Jaejin. Untuk armada dua: Kim Hyunjin, Park Seongguk, Lee Yuan, Choi Daehan, Kim Mingyu dan perwakilan Kim Junho. Prajurit dan perwakilan yang terpilih harap mendatangi ruang komandan setelah ini."
Wonwoo kembali mendengar nama Mingyu untuk bertugas, tak heran jika pria itu menyandang gelar sebagai prajurit aktif.
Setelah pembubaran ia langsung menuju asrama. Kebetulan sore ini ia tidak harus bertugas didapur dan memilih untuk tidur lebih awal. Wonwoo juga melewatkan makan malamnya karena ia sungguh tak berselera.
Mendengar nama Junho yang dipanggil untuk perwakilan membuatnya iri. Terlebih ada Mingyu juga yang bertugas di armada satu.
"Wonwoo, kau tidak makan?" Wonwoo menggeleng, kini ia merebahkan diri diranjang empuknya. Menanggapi pertanyaan Jeonghan dengan seadanya.
"Yasudah kalau begitu, aku pergi dulu." Dan ruangan ini kembali sepi. Hanya ada suara sepoi angin yang masuk melalui jendela dan suara nafas beratnya yang memenuhi udara.
"Wonwoo?"
"Kenapa kau kemari? Bukannya harus diruang komandan?" Wonwoo sudah sangat hafal dengan suara Mingyu. Tak perlu menebak ia tahu pasti itu suara si bongsor.
"Sudah selesai." Wonwoo yang masih dalam posisi tengkurapnya enggan membenahi posisi. Langsung saja Mingyu duduk dipinggiran kasur Wonwoo dan menarik pelan pemuda itu untuk menghadapnya.
"Ada apa?" Tanya Wonwoo.
"Kau tidak makan?" Yany ditanya hanya menggeleng pelan. "Aku tidak lapar."
"Kalau begitu temani aku di-rooftop." Wonwoo mendesah pelan tapi daya tarik dari ucapan Mingyu membuatnya terbangun dan mengikuti langkah pria yang lebih tinggi. Mengekor patuh hingga sampai ditempat tujuan.
"Aku akan pergi lagi."
"Aku tahu."
"Seminggu." Wonwoo yang terkejut berusaha menenangkan refleks diri untuk tidak terlalu ketara.
"Kenapa perwakilan dapur tidak dirimu saja?"
"Mana ku tahu?" Jawab Wonwoo ketus, ia masih kesal dengan kenyataan Junho ─si pria pembuat onar─ harus bekerja bersama diarmada Mingyu selama seminggu. Atas dasar apa para atasan memilih Junho yang notabenya hanya pria malas yang selalu melimpahkan tugasnya kepada orang lain untuk bertugas bersama armada penjagaan? Sungguh tidak adil.
"Andai kau yang ikut." Mingyu kini mendekat, menompangkan dagunya di bahu lebar Wonwoo dari belakang. Menyusupkan kedua tangannya untuk tertaut manis dilingkar perut Wonwoo.
"Ke─kenapa memangnya kalau aku?" Wonwoo tak berani menoleh ke arah kiri, ia hanya menatap lurus dengan kendali tubuh yang mati.
"Kalau kau yang berangkat, artinya aku bisa melihatmu terus selama seminggu. Bisa berada dalam tugas yang sama, makan dimeja yang sama dan tidur ditempat yang sama. Bagaimana?" Wonwoo mengulum bibirnya rapat. Mengingat kejadian dua hari lalu. Dimana dirinya menginap dirumah Mingyu.
"Wonwoo maafkan aku." Mingyu mendaratkan bibir tebalnya di atas milik Wonwoo. Tanpa lumatan berarti, Mingyu ikut memejamkan matanya untuk menikmati sisa waktu yang ada; sebelum Wonwoo terbangun dan menyudahi rasa senang yang kini ia dapatkan.
Wonwoo sadar betul saat Mingyu menciumnya di pagi buta. Bibir pria yang ada di depannya terasa hangat menyatu dengan miliknya. Wonwoo berusaha menahan nafasnya agar tidak terlalu memburu dan membuat Mingyu terbangun. Wonwoo masih tetap memejamkan matanya dan merasakan hangat disekujur tubuh. Otaknya mati fungsi, yang ia pikirkan hanya bagaimana menyudahi rasa ini.
Terlalu menyenangkan, ia tak bisa membendung suara detak jantungnya yang mungkin terdengar sangat berisik saat Mingyu menggerakkan sedikit bibirnya dan memberi sensasi panas yang menyengat diseluruh tubuh.
"Tidak, kau pasti hanya ingin─" Mingyu mengeratkan pelukannya dan mencium dalam-dalam aroma tubuh Wonwoo dibalik ceruk leher pria itu. Membuat Wonwoo terkejut sekaligus bergetar.
"Min─mingyu." Dalam hitungan detik, tangan kiri Mingyu berhasil mengusap pelan rahang Wonwoo dan menuntun kepala untuk memiring, menerima ciuman dadakan yang lagi-lagi Mingyu berikan.
Untuk sekali lagi, Wonwoo tidak bisa menolak.
─tbc
YOU ARE READING
Conscript | Minwon
Fanfiction[ON-GOING] "Keep it secret, me and you." - Main Pairing: Minwon (Mingyu & Wonwoo) Tags: military, romance, older top, younger bottom Dont set high expectation, i'll bring you to my imagination. Happy Reading!
#11 ─ "Answer."
Start from the beginning
