#20 ─ "Better Days." 🔞

2.4K 120 6
                                        

Wonwoo termangu dengan keadaan Mingyu. Dua hari setelah kepulangan, pria itu terlihat begitu sibuk dengan banyaknya media yang meliput. Tentu saja ini keberhasilan Tim Alpha dan kegigihan Mingyu yang masih bisa bertahan dan membawa sang sandera dengan selamat adalah suatu keajaiban.

Ledakan bom tak main-main. Mingyu masih ingat 3 menit taruhan nyawa saat itu. Untungnya Mingyu menemukan pintu ruang tersembunyi yang ada di tempat sandera. Dan dengan sigap ia menarik sang sandera masuk sebelum bom meledak.

Pengang. Itu yang Mingyu rasakan setelah ledakan bergemuruh dan membuatnya tak sadar selama dua hari.

Mingyu juga cukup kecewa dengan tindakan Tim Alpha yang kurang menyeluruh untuk mengecek keadaan rumah setelah terjadi pengeboman. Dan saat ia sadar, Mingyu harus bertahan hidup bersama dengan sandera yang untungnya masih bernafas dan mencari cara keluar dari tempat ini.

Untuk skill bertahan hidup tidak perlu diragukan lagi. Itu adalah salah satu keahlian Mingyu paling tinggi. Itulah mengapa ia masih bisa bertahan lama di dalam keadaan terdesak.

Luka-luka yang ia dapat sebenarnya tak begitu parah jika saat itu ia langsung ditemukan. Berhubung Mingyu harus menghadapi keadaan yang begitu keras, membuat tubuhnya melemah. Belum lagi luka terbuka yang ia dapat. Selama perjalanan mencari titik terang, Mingyu harus bersusah payah untuk melindungi luka-luka tersebut agar tidak infeksi lebih lanjut.

Berita keberhasilan ini membuatnya mendapat banyak apresiasi. Bahkan media luar juga ikut meliput keberhasilan dan kegigihan Mingyu untuk bertahan.

Dan setelah melewati banyak waktu melelahkan, Mingyu mendapat waktu tenangnya di ruang bawah tanah bersama dengan Wonwoo; ia berdalih ingin membantu Mingyu.

"Apa sangat sakit?" Wonwoo dengan teliti membantu Mingyu mengganti perban di tubuhnya. Ini gila, benar-benar gila. Seolah tubuh bagian atasnya mendapat tanda dari hasil kerja keras selama masa bertahan. Entah itu memar, atau luka gores dalam maupun tidak.

Wonwoo tak lupa mengoleskan salep sesuai petunjuk dokter militer.

"Sangat sakit, Wonwoo. Aku tidak bisa bergerak." Mingyu yang saat ini duduk di sofa, dengan sengaja menggoda Wonwoo untuk terus memperhatikannya; ia berkata bohong, meskipun rasa sakit itu tetap ada.

"Sungguh?" Wonwoo kembali berhati-hati saat menyentuh badan Mingyu, hingga akhirnya ia selesai.

"Lalu kenapa kau meminta kemari? Kenapa tidak pulang saja?" Ujar Wonwoo sembari merapikan kotak P3K yang ia bawa.

"Memangnya kau tidak merindukanku?" Wonwoo berhenti sejenak, wajahnya memanas. Meskipun hanya ada mereka berdua, tapi Mingyu terlalu blak-blakan mengatakan hal itu.

"Tidak." Mingyu tersenyum mendengar jawaban Wonwoo. Jawabannya bertolak belakang dengan telinganya yang memerah.

"Oh baiklah, aku akan meminta pulang setelah ini."

"Jangan!" Wonwoo seperti menahan Mingyu yang hendak berdiri. "Bukan begitu, maksudnya kenapa harus tempat ini." Karena yang Wonwoo ingat, tempat ini menyimpan cerita panas antara dirinya dan Mingyu.

"Memang kenapa dengan tempat ini? Aku kira kau suka di tempat yang sepi."

"Apa maksudmu?"

"Oh, kau suka melakukannya di tempat ramai ya? Seperti saat di ten—" Wonwoo langsung melayangkan pukulan ke arah bahu Mingyu dan disambut dengan rintihan kecil.

"Aw."

"Maaf!" Mingyu tertawa lepas saat melihat raut khawatir dari Wonwoo. Pemuda itu begitu polos, padahal ini bukan kali pertama mereka berdua terjebak dalam ruang waktu bersama.

Conscript | MinwonWhere stories live. Discover now