04 | CYSWIS

882 169 18
                                    

// Aku pernah membaca kutipan ini, hukuman terburuk didunia adalah waktu yang tidak bisa kau ulangi.

_____________

***

Kembali lagi pada gedung Yonhap News yang megah, masih dihari yang sama, sebuah mobil putih baru saja tiba diparkiran gedung, jisoo keluar dari dalamnya, wanita cantik itu terlihat tanpak lebih sedikit bersemangat daripada hari kemarin. Dipelataran gedung sudah ramai oleh orang-orang, yang jisoo saja sedikit heran kenapa perusahaannya bisa seramai itu.

"Bukannya itu reporter Kim?" ucap salah satu orang dikerumunan, saat melihat jisoo berjalan mendekat.

Jisoo memasang wajah bingungnya, dan terseyum kikuk. Orang-orang mulai memperhatikannya, dan bersorak ramai satu sama lain. "Aigo, itu reporter yang sudah membantu kita?" tanya seorang wanita tua dikerumunan. "Cantik sekali mirip artis Son yejin" ucap wanita tua yang lain. "Omo! Son Yejin sudah tua, ini versi mudanya" balas wanita tua yang lainnya juga.

Perasaan gugup menghinggapi jisoo, saat dia sudah berada dikerumunan, maksud ingin bertanya perihal kenapa rombongan yang didominasi ibu-ibu tua itu datang ke perusahaan, karena jisoo takut masalah lain muncul oleh karena.

"Permisi, ada bisa saya bantu?" ucap jisoo pelan, sambil terus berusaha tersenyum ramah.

"Kau benar reporter Bae Jisoo kan? repoter yang menulis artikel tentang kami" tanya salah satu laki-laki tua yang berada dikerumunan, semua yang ada disana menunggu dengan antusias jawaban apa yang akan jisoo diucapkan.

"Iya, itu saya-" belum selesai jisoo menjawab, kerumunan orang tua itu bersorak ramai, saling memanjatkan puji syukurnya pada Tuhan. Tampak terlihat bahagia, dan bersuka cita.

Jisoo masih saja beku ditempat, tidak mengerti situasi apa yang tengah dia hadapi. Orang-orang tiba-tiba berucap syukur saat setelah mendengar namanya, apa tidak dia jadi sedikit cemas.

"Aigooo... Tuhan mengambulkan doa kami, dan menurunkan malaikat secantik dirimu" satu wanita tua meraih tangan jisoo yang sudah kedinginan, dan ngusap-ngusap tangannya pelan. Jisoo salah tingkah, wajahnya memerah menahan malu, tanpa sadar melepaskan genggaman tangan wanita tua itu, dan membungkuk ragu. "Tidak, saya bukan malaikat. Sudah kewajiban saya menjalankan tugas"

"Intinya kami datang kesini untuk mengucapkan rasa berterimakasih, tidak tahu harus membalasnya dengan apa" laki-laki tua tertawa pelan diakhir ucapan, diikuti wanita tua lainnya yang tersenyum senang. "Tidak perlu membalas, melihat kalian semua makan dengan baik dan memiliki selimut untuk tidur sudah membuatku bahagia"

Jisoo memegang kepalanya kikuk, selain bertanda cemas tindakannya jisoo yang itu juga bisa bertanda bahwa dia sedang gugup dan malu. "Aigoo benar-benar seperti malaikat" helah para wanita tua disana.

"Sebaiknya ibu dan bapak segera pulang, tidak baik terlalu lama di udara yang dingin. Saya juga akan masuk, ada pekerjaan yang harus diselesaikan" jisoo berucap masih dengan nada malu-malu, tidak terbayang semerah apa wajahnya sekarang.

"Ah iya, kau harus bekerja lagi. kalau begitu baiklah, kami pulang saja haha"

"Terimakasih nde, anak cucu kami sangat terbantu dengan ini" para wanita tua itu membungkuk lagi, kali itu sedikit lama. Sampai jisoo takut sendiri melihat bagaimana puluhan orang tua itu memberi hormat padanya secara bersamaan, sedikit merinding, dengan ditambah kenyataan orang-orang disekitar memperhatikan, bisa dikira gila hormat dia.

"Saya mohon sudah cukup, tidak perlu berlebihan. Saya juga ingin mengucapkan terimakasih, karena bersedia diajak bekerjasama kemarin" jisoo balas merunduk sebentar, lalu tersenyum ramah.

Can You Saw What I See ✔ Where stories live. Discover now