Diary 2; Kesunyian dan Teman Lama

127 4 1
                                    


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah selesai membersihkan perlengkapan makan itu, Andinta bergegas kembali ke arah tangga untuk pergi ke kamarnya.

Anrinta menyapa kepada Andinta, dimana dia telah rapih dengan seragam sekolahnya yang berwarna biru tua dengan dasi khusus perempuan.

" Kakak, aku pergi dahulu. "

Andinta menengok ke arah Anrinta yang sudah ada di depan pintu dan memakai sepatu sekolah dengan posisi terbungkuk.

" Itterashai~ Anrin. "

( Clarkk.. )

Suara pintu rumah di buka oleh Anrinta dan ia tutup kembali.

Andinta sedikit melebarkan bibirnya, karena senang melihat adiknya yang telah pulih dari trauma karantina saat virus 5 tahun itu menyebar.

" Aku juga harus bekerja keras demi kehidupan kecil kita. "

Andinta dengan semangat berjalan ke atas, menaiki anak tangga dengan riang dan wajah berseri.

Pukul 7 tepat.

Kembali di depan Wastafel kamar mandi.

Andinta sudah cantik dengan Jump Suit berbahan jens berwarna khasnya dengan rok selutut, pakaian atasnya ia pakai kaos putih polos dan tata rambut yang masih sama, di kuncir Pony Tail.

Bermake up, menggunakan pelembab bibir dan menaruh peralatan Make Up nya tersebut di sebuah tas pundak berwarna coklat dengan tali rantai sampai sepinggang.

Dengan sambil bercermin, Andinta tersenyum di depan cermin itu sambil memotivasi dirinya.

" Yosshh.. Semuannya sudah siap. "

Andinta lalu turun dari tangga dan berjalan lurus menuju pintu keluar, memakai sepatu, membuka pintu dan mengunci pintu itu.

Menaiki sepedah berwarna merahnya yang sudah lama menemaninya semenjak masuk SMP.

Berangkat lah Andinta dengan mengayuh sepedah itu di suasana hari musim gugur yang cerah dan mulai tampak warna-warni dedaunan di sepanjang jalan dan juga bukit di samping rumahnya.

Mengayuh sepedah dengan tenang, di jalan yang sunyi, angin dingin menerpa seluruh tubuhnya, sinar matahari sedikit membuat tubuhnya hangat.

Mengayuh sepedah dengan tenang, di jalan yang sunyi, angin dingin menerpa seluruh tubuhnya, sinar matahari sedikit membuat tubuhnya hangat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Magic DairyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang