Part 3 - Bertemu Calon Anak

4.1K 356 6
                                    

Najia baru selesai perkuliahannya dua menit yang lalu, sudah menjadi kebiasaan jika setiap sabtu menghampiri Fathur hanya untuk memberikan makanan buatannya sendiri atau hanya sekedar bertemu dan menyapa.

Yah.. Mau bagaimana lagi, ingin Najia sih setiap hari, tapi ia hanya mahasiswi S2 yang kuliah diakhir pekan, karena ia juga berkerja. Untungnya Fathur juga mengajar di fakultas kedokteran hari sabtu.

Sejak kejadian pengakuan yang berakhir ponsel Fathur retak. Lelaki itu final tidak mengubris kelakuan Najia. Ia lebih membiarkan saja, sudah ia tolak tapi perempuan itu tampak ngotot. Bikin capek.

"Assalamualaikum, Pak."
Fathur tahu betul siapa yang datang. Ia memilih menjawab salam dengan pelan dan melangkah lebih dulu walau ia tahu Najia pasti mengekorinya. Ia bersyukur memiliki kaki panjang karena Najia kesulitan mengejar.

Untung Najia hanya datang setiap sabtu, karena kampus lebih sepi dan hanya ada mahasiswa S2. Jika tidak ini mungkin sudah menjadi bahan gosib baru lagi.

"Jawab dong Pak, salam saya."

Fathur tak peduli dan masuk ke ruangannya, begitu juga Najia yang ikut masuk tanpa sopan santun.

"Eh? Baba siapa itu?"
"Rhen? Kenapa tidak tunggu Baba jemput?" Fathur tak menjawab pertanyaan anaknya.

"Baba itu siapa?"
"Nama ku Najia." Perempuan berjilbab merah muda tersenyum lembut. Ia menebak pasti ini anak gadis usia 17 tahun kepunyaan Fathur -si duren-.

"Kakak mahasiswi kedokteran ya?" anak remaja itu kepo. Ia bangun dari kursi kebesaran ayahnya dan menghampiri Najia. Lalu Fathur duduk untuk mengemasi barang.

"Tidak.. Kakak jurusan pariwisata."
"Kok ke FK? Ada urusan apa sama Baba?"
Najia tersenyum kikuk. Ia tak mungkin kan mengaku di depan anak gebetan kalau dia lagi usaha ngepepetin bapaknya si anak.

"Mau ngasih ini. Dimakan ya sama Baba kamu. Semoga suka."
"Woaaahhh, cheesecake? Kesukaan aku. Makasi ya, Kak."
"Ets, nama kamu?"
"Rheni."
"Sama-sama, Rheni."

Rheni berlari kecil menuju meja di depan ayahnya. Memotong bagian cake dengan garpu dan melahabnya rakus. Sangking rakusnya sampai lupa menawari ke ayahnya.

"Oh iya, Rheni punya masalah nih."
"Kenapa sayang?"

Najia mengigit bibir gemas saat Fathur mengucapkan kata sayang. Walaupun bukan untuknya, tapi pasti akan sangat sexy saat itu diucapkan untuk dirinya.

"Nilai bahasa inggris anjlok, semenjak Kak Naqi udah nggak ngajar les, nggak ada yang bisa gantiin buat mata pelajaran bahasa inggris."
"Mau ganti guru les lagi?"
"Hehe.. Baba peka deh."
"Saya aja!" Najia masih setia berdiri di dekat pintu. Ia mendekat kearah Rheni dan menawari bantuan.

"Saya bisa, Pak. Kan saya jurusan pariwisata. Saya ahli kok ngajarin les bahasa inggris." ujar Najia meyakinkan. Fathur sebenarnya berat hati, tapi saat menatap Rheni yang tampak minat ia akhirnya menyetujui.
"Oke."

Najia bersorak riang. Ia akhirnya pamit untuk pulang.

"Kak! Pulang bareng aja sambil diskusi jadwalnya kapan." Tawaran Rheni tentu memberi keuntungan bagi Najia.

Kemajuan!!

Akhirnya gadis itu berada dalam mobil si pak dokter dingin. Hehe, kelewat dinginnya sih hanya sama Najia saja.

***

Hari pertama mengajar, adalah hari minggu. Sebenarnya Fathur keberatan karena dirinya hanya punya waktu luang dihari minggu saja, ini biasa ia manfaatkan untuk bersama Rheni. Tapi mau bagaimana lagi, ternyata ia baru tahu kalau Najia berkerja dari senin sampai jumat, selebihnya ia kuliah.

Segelas Cappuchino (End)Where stories live. Discover now