1. HILANGNYA DIARY

Start from the beginning
                                    

Sia pun tertawa, tentu saja jelek. Karena yang Hutomo lihat adalah gambar dirinya saat kecil. Tapi... ya, Sia mengakui kalau memang dia tidak sepandai Ayahnya dalam menggambar.

"Sia suka nyanyi," jawab Sia sambil menyunggingkan giginya.

"Sia mau jadi penyanyi!" tegasnya membuat Hutomo ingin kejang-kejang.

"Boleh kan?" Sia memang perayu yang ulung, Hutomo langsung keringat dingin, untung saja dia tidak muntah darah saat mendengar kata penyanyi dari mulut cucunya itu.

"KAKEK!" panggil Sia membuat Hutomo terperanjat kaget.

"WHAT?" jawabnya membuat Sia tertawa kencang melihat ekspresi Kakeknya yang terkesan lucu.

Berpikir Hutomo, berpikir...

"Kita taruhan," ucap Hutomo mengantisipasi, dia ingin menolak Sia tapi rasanya sangat sulit, mungkin ini lah cara terakhir baginya untuk menolaknya secara halus.

"Kalau kamu nggak bisa jadi penyanyi yang di akui banyak orang. Kamu harus jadi penerus Kakek."

Sia mengangguk cepat dan kembali mengikat janji kelingking dengan Kakeknya. Syukurlah, Hutomo rasanya ingin mati saat mendengar cucunya suka bernyanyi.

Dulu Alister suka menggambar, Hutomo melarangnya dengan keras sampai membuatnya berontak dan meninggalkannya. Sekarang Sia, tidak boleh terulang kembali. Hutomo harus menggunakan cara yang berbeda.

"Sia sayang Kakek," ucapnya dan entah kenapa, suara gadis ini terdengar tulus sampai menembus ulu hatinya. Rasanya Hutomo ingin menangis sekarang. Inikah rasa kasih yang sebenarnya?

***

Setelah pulang bersama Kakeknya, Sia pun melihat Ibu dan Ayahnya sedang berbicara serius di halaman depan rumah sambil meminum teh bersama. Ya, Sia tersenyum senang melihat mereka yang tidak pernah bertengkar.

"Ma, Pa. Sia mau main sama temen-temen."

"Ya, hati-hati," balas Ana sambil tersenyum manis.

"Pulangnya jangan terlalu sore," ucap Alister.

Sia mengangguk, dia langsung masuk ke dalam rumah dan mengambil gitarnya, dia berlari kencang menuju parkiran mobil dan mengeluarkannya dengan semangat.

Sia mengangguk, dia langsung masuk ke dalam rumah dan mengambil gitarnya, dia berlari kencang menuju parkiran mobil dan mengeluarkannya dengan semangat

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Setelah beberapa saat Sia sampai di rumah sahabatnya, Bintang. Dia langsung mengetuk pintu rumah tersebut, "Abin!"

"Abinnnnn!" panggil Sia pada cowok itu yang tak kunjung membuka pintunya.

Ya, cowok itu adalah Bintang, sahabatnya sejak kecil. Bedanya dengan Bara, Bintang adalah anak dari sahabat Ibunya, namun rumahnya lumayan jauh dengan Sia, membuat mereka jarang bertemu satu sama lain. Tapi kali ini, Sia dengan semangat menghampiri cowok itu.

TELUK ALASKA 2 Where stories live. Discover now