1. HILANGNYA DIARY

Start from the beginning
                                    

"Kakek..." rengek Sia sambil memegang tangan Hutomo.

Hutomo tersenyum kecil, kalau memang Alister adalah musuh Gavin, dia bisa mengambil celah, dia bisa membuat anaknya yang terjun langsung melawan Gavin dan mengambil alih perusahaannya.

Ya, ide yang bagus Hutomo.

"Sia, Papa mau jemput Mama dulu. Kamu mau tunggu di sini sama Kakek atau ikut Papa?"

"Sama Kakek," balas Sia cepat.

"Oke, nanti Papa kabarin kalau udah sampe."

Sia mengangguk mengerti, menurut diary Ibu nya yang sudah Sia baca sampai tuntas. Kakeknya ini adalah orang yang paling jahat, menyebalkan dan juga paling di benci oleh semua orang. Benarkah itu?

Tapi Sia tidak merasakan itu, Kakeknya selalu memberinya kasih sayang. Berbanding terbalik dengan isi diary yang dia baca. Mungkin saja Kakeknya sudah berubah. Sia pun tersenyum sipu saat membaca akhir yang bahagia antara Ibu dan Ayahnya.

"Kenapa senyum-senyum?" tanya Hutomo.

"Kakek sayang sama Sia?"

"Pasti. Kamu cucu Kakek satu-satunya." Hutomo pun beranjak lalu memperlihatkan foto yang ada di atas mejanya.

" Hutomo pun beranjak lalu memperlihatkan foto yang ada di atas mejanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Itu adalah foto Sia saat kecil dan Hutomo. Tentu, entah kenapa dia sangat terlihat awet muda dan tampan di foto, berbeda dengan sekarang. Sia pun tertawa kecil menertawakan perubahan pada Kakeknya itu.

"Kalau Sia nggak mau nerusin perusahaan Kakek gimana? Apa Kakek bakal tetep sayang sama Sia?" pertanyaan Sia sangat menjebak, tapi begitu lah, lebih baik memastikan sekarang dari pada sakit di akhir seperti Ayahnya.

Hutomo diam sejenak.

"Kakek..." panggil Sia lagi.

"Ada apa?" tanya Hutomo, hatinya sedikit tidak terima saat Sia berkata seperti itu. Tapi melihat sikap Sia yang jauh berbeda dengan Alister hatinya kembali luluh.

"Sia mau Kakek janji. Jadi apapun Sia udah besar nanti, Kakek bakal bangga dan dukung Sia," ucapnya sambil mengulurkan jari kelingkingnya.

"Selama itu positif pasti Kakek dukung." Hutomo tanpa ragu langsung mengulurkan kelingkingnya dan membalas janji Sia. Mereka saling berjanji sekarang, itu membuat Sia tersenyum bahagia.

"Emang kamu mau jadi apa?" tanya Hutomo mulai khawatir.

Semoga saja ahli Ekonomi, Pengusaha, Dokter, Kedutaan Besar, Anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa dan lain sebagainya. Sayangnya, jawaban Sia pun langsung membuat jantung Hutomo berhenti berdetak.

"Kamu nggak suka gambar kaya Papa kamu kan?" tanya Hutomo meyakinkan.

"Gambar kamu jelek loh, Sia. Kakek bilang kaya gini karena Kakek jujur dan sayang sama kamu."

TELUK ALASKA 2 Where stories live. Discover now