Chapter 1

11.6K 674 18
                                    

Nath's Mansion
London, Inggris. 08:30.

"Jadi dia adalah tunangan dari tuan Nath Uvano."

"Cantik sekali, mengingatkanku pada tokoh putri salju dalam dongeng."

"Dia beruntung mendapatkan tuan Nath, mereka pasangan yang serasi."

Begitulah yang didengar Marsha dari beberapa pasang mata yang menatap dirinya, ralat- bukan hanya dirinya saja melainkan juga Nath yang tampak tampan dengan texudo berwarna putih, warna yang sama seperti gaunnya. Ya, mereka selayaknya seperti seorang pangeran dan putri yang baru saja turun dari singgasana, menyambut para tamu yang terus saja terpesona.

"Apakah mama dan papa akan datang?" tanya Marsha di sela langkahnya menghampiri salah satu tamu penting dari Nath, hari ini adalah pesta penyambutan Nath sebagai pemimpin baru dari perusahaan di Indonesia yang Marsha sendiri tidak terlalu peduli nama perusahaan tersebut, yang jelas dia hanya berperan sebagaimana mestinya seorang tunangan yang mendampingi Nath di pesta ini.

"Kau masih mengharapkan kehadiran mereka?"

Marsha mengangguk, walaupun mereka tidak terlihat peduli dengannya namun darah mereka begitu kental mengalir dalam tubuh Marsha, dia tidak bisa mengabaikan kerinduan yang tengah dia rasakan begitu saja.

"Aku sudah mengundang mereka."

Setelah Nath berucap demikian lantas Marsha menghela nafas panjang. Dia menegakkan kepalanya, menatap pada khalayak umum yang menanti untuk didatangi oleh Nath, sekedar untuk bercengkrama basa-basi ataupun membicarakan tawaran bisnis baru yang cukup menggiurkan. Namun bukannya menghampiri mereka, malahan Nath membawa serta Marsha kearah kursi yang khusus digunakan untuk tamu lalu mendudukkannya di sana.

Marsha meringis ketika Nath meremas kedua bahunya, wajah pria itu mendekati telinganya lalu membisikkan sesuatu.

"Orang tua jahatmu itu, apa perlu kubunuh?"

Dengan cepat Marsha menggeleng. Tidak, jangan papa dan mamanya. Sungguh, sebenarnya apa salahnya sehingga Nath membisikkan kalimat seperti itu padanya?

"Kau tau apa kesalahanmu?"

Marsha kembali menggeleng.

"Kau membicarakan orang lain ketika kita sedang bersama."

Sontak Marsha tercekat. Membicarakan orang lain yang Nath maksud adalah membicarakan tentang orang tuanya, namun apa salahnya membicarakan orang tua sendiri?

Ah benar juga, tunangannya adalah seorang pria yang tidak biasa.

Nath adalah monster yang bersembunyi di balik tampang malaikat.

"Moodku sedang rusak, kau tidak perlu menemaniku untuk menemui mereka." Nath menatap kearah  segerombolan para pembisnis yang menunggu pria itu untuk datang.

Marsha mengangguk tanda menurut, lagipula menolak pun percuma. Marsha bisa-bisa diberikan hukuman oleh Nath yang tidak ingin dia bayangkan untuk saat ini. Terlalu mengerikan hingga membuat Marsha tidak lagi merasakan arti sebuah cahaya, hanya ada kegelapan yang murni.

Seperti yang dikatakan Nath, pria itu datang kearah para pembisnis tersebut tanpa ada dirinya. Marsha menghela nafas perlahan lalu menyender diri pada sandaran kursi. Matanya menatap kearah langit yang mendung, hingga beberapa saat setelah itu dia mendengar seseorang berbicara padanya.

"Kau tau, tunanganmu barusan mengajakku untuk datang ke kamarnya malam ini."

Marsha memejamkan mata lalu membukanya perlahan. Tidak lagi, dia tidak ingin lagi mendengar teriakkan keras. Dia ingin tenang, setidaknya untuk hari ini.

DANGEROUS I Sadistic NightWhere stories live. Discover now