Kurasakan brankar bergerak cepat di sepanjang lorong rumah sakit. Beberapa orang dewasa bersetelan putih mendorong peranti ini dengan terburu, sementara seorang pria dengan lengan kemeja tergulung berlari mengikuti.
"Ajis!"
Pria itu berseru dengan wajah panik, sejalan dengan peluh yang bercucuran. Berulang kali ia menatapku seolah-olah memohon pada Tuhan agar aku baik-baik saja.
"Ajis! Ma-"
"Silakan menunggu di luar."
Salah satu perawat memotong ucapannya. Entah apa yang ia katakan, aku tak begitu jelas mendengar. Wajahnya tak sempat kulihat untuk terakhir kali karena terhalang punggung perawat itu.
Sakit di sekujur tubuhku perlahan semakin menusuk. Aku benar-benar tidak sanggup bergerak. Tepat ketika brankar berhenti di bawah lampu yang menyala terang, pandanganku menggelap.
Ayah ... aku minta maaf.
YOU ARE READING
No Longer | Park Jisung
Teen Fiction"Berhenti sok ngenal gue, Ajis Fabian!" "Kalau memang kenal, gimana?" Semua begitu tiba-tiba. Mindy pergi ke sekolah seperti biasa tanpa ada firasat buruk. Bahkan malamnya ia tak memimpikan hal aneh. Mengapa tiba-tiba pemuda itu memeluknya? "Sebany...