Prolog

156 7 2
                                    

Kurasakan brankar bergerak cepat di sepanjang lorong rumah sakit. Beberapa orang dewasa bersetelan putih mendorong peranti ini dengan terburu, sementara seorang pria dengan lengan kemeja tergulung berlari mengikuti.

"Ajis!"

Pria itu berseru dengan wajah panik, sejalan dengan peluh yang bercucuran. Berulang kali ia menatapku seolah-olah memohon pada Tuhan agar aku baik-baik saja.

"Ajis! Ma-"

"Silakan menunggu di luar."

Salah satu perawat memotong ucapannya. Entah apa yang ia katakan, aku tak begitu jelas mendengar. Wajahnya tak sempat kulihat untuk terakhir kali karena terhalang punggung perawat itu.

Sakit di sekujur tubuhku perlahan semakin menusuk. Aku benar-benar tidak sanggup bergerak. Tepat ketika brankar berhenti di bawah lampu yang menyala terang, pandanganku menggelap.

Ayah ... aku minta maaf.

 aku minta maaf

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
No Longer | Park JisungWhere stories live. Discover now