Dua Puluh Satu

506 24 0
                                    

AKIRA'S POV

Aku bergegas ke UKS, mau melihat keadaan Gaza. Aku berlajan di koridor dengan malas. Sendalku kugesekkan dengan lantai. Aku putus asa dengan hubunganku dan Yudha yg sudah berada di ujung jurang, dan mungkin itu juga akan terjadi dengan Gaza.

Aku masih gak mengerti, kenapa sih, Yudha sampai harus mukul Gaza? Aku tau dia marah, aku tau aku salah, tapi, kenapa dia harus pakai kekerasan? Padahal ini kan pesantren, bisa-bisanya dia barbar kayak gitu.

Aku tersadar dari semua pikiranku ketika sampai di depan pintu UKS. Aku masuk ke dalam. Mataku langsung terfokus pada seseorang yg sedang kucari, ia berbaring di salah satu ranjang, tangannya mengompres wajahnya yg tadi terkena pukulan.

"Maaf" ucapku sambil menunduk, tak sanggup melihatnya. Hey, dia gak salah apa-apa lho, tiba-tiba dipukuli kayak gini. Aku merasa bersalah, aku takut menatapnya.

"Bukan kamu yg salah," ucapnya santai, tapi aku tau dia pasti ngomong sambil menahan rasa sakit karena rahangnya terkena pukulan cukup keras tadi.

Aku sedikit tersenyum, dia tidak marah rupanya.

Gaza menatapku, "Lebih baik kita gak ketemu dulu, Yudha mungkin masih kesal sekarang," ucapnya mantap.

Aku kaget. Sebentar, dia gak mau ketemu aku lagi? Karena apa?

Aku baru ingin bertanya, tetapi saat baru membuka mulut, salah seorang santri masuk ke UKS untuk memberitahu bahwa aku dipanggil ke ruang BK.

Sial.

Dengan terpaksa aku meninggalkan Gaza dan pergi ke ruang BK.

Aku mengumpat sepanjang jalan, kalau tidak gara-gara sialan yg memanggilku ke ruang BK, pasti aku bisa menyelesaikan pembicaraanku dengan Gaza.

Begitu sampai di ruang BK, aku melihat Yudha tengah dimarahi oleh Ustadzah Ila. Jujur, aku masih malas dengan Yudha, mengingat kelakuan dia tadi. Tapi melihat dia diomeli seperti ini, bikin aku gak tega.

Ustadzah Ila yg menyadari keberadaanku mempersilakanku duduk di sebelah Yudha.

"Salsa, kamu kan ada di tempat kejadian, kamu tau tidak, kenapa Yudha sampai mukul Kak Gaza?" tanya Ustadzah Ila.

Aku terdiam sejenak lalu melirik ke arah Yudha. Yudha menunduk, tak mau menatapku. Aku menusuk-nusuk punggung tangannya yg berada di bawah meja yg mana luput dari pengelihatan Ustadzah Ila dengan jariku. Dia tak bergeming. Dia hanya, diam, dan malah memindahkan tangannya ke atas meja. Semuak itukah dia sama aku? Sumpah, sakit sekali.

Aku bernapas sebentar, "Maaf Ustadzah, ini semua salah sa"

"Dia gak tau apa-apa, Bu," ucap Yudha menyela omonganku. "Saya emang gak suka liat si Gaza itu dari awal," lanjutnya.

Aku memasang wajah kaget, Yudha emang gak ada otak. Ngapain dia ngomong kayak gitu? Bisa-bisa dia dihukum berat, atau bahkan di skors. Kenapa sih dia gak bisa pikirin dikit aja apa yg dia mau omongin? Kenapa harus se-enggak-ada akhlak ini?

"Bener, Salsa?" ucap Ustadzah Ila.

Baru saja aku mau menjelaskan, Yudha sudah duluan menjawab, "Bener, Bu. Saya yg bermasalah, gak usah bawa Salsa. Biarin dia balik ke asrama buat istirahat aja, gak bisa, Bu?"

"Saya gak tanya kamu!" balas Ustadzah Ila, "Kira, jawab. Ada apa sebenarnya?" lanjut beliau bertanya padaku.

Aku kembali melirik Yudha, dia menggeleng sedikit, tanda kalau aku gak boleh cerita jujur.

"Saya gak tau apa-apa Ustadzah, Yudha tiba-tiba aja dateng mukul Kak Gaza," jelasku. Aku gak berbohong, kejadiannya memang seperti itu. Hanya saja, sebenarnya aku tau kenapa Yudha sampai mukul Gaza.

RELATIONSICK ✔ (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang