Dua Belas

658 27 8
                                    

AUTHOR'S POV

'Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokaatuh. Berita panggilan Akira Salsabila Abimanyu, dimohon segera ke ruang BK, terima kasih, Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokaatuh."

Kira yg tadinya sedang nongkrong sendirian di kantin dengan langkah malas berjalan ke ruang BK. Kira sudah tau ini pasti terjadi, mengingat kemarin ia bolos sampai jam ta'lim malam selesai.

FYI, ta'lim adalah kegiatan santri belajar kitab kuning, kitab pake bahasa arab yg gak ada barisnya.

Kira memasuki ruang BK.

"Salamnya mana?"

Kira menghela napas, "Assalamualaikum." katanya.

Ustadzah Ila pun menjawab salam Kira lalu mempersilahkan Kira duduk. Ustadzah Ila sebenarnya sudah tidak tahu lagi bagaimana cara menghadapi Kira. Memang banyak santri yg nakal saat awal masuk pondok, tetapi tidak separah Kira.

Lihat saja Kira, lengan bajunya dilipat sampai siku, kerudungnya tak karuan, tak memakai dalaman kerudung, roknya gantung hingga celananya terlihat. Selain itu, Kira hanya mengucap atau menjawab salam ketika disuruh, sering lupa memakai kerudung, bolos sekolah, bolos sholat, bolos ta'lim, dan masih banyak lagi.

Bukan tak pernah ditegur, ia ditegur setiap ada yg melihatnya. Tapi, ya begitu, Kira tak mau mendengarkan.

"Salsabila, kamu tau salah kamu apa?" Ustadzah Ila memulai pembicaraan.

"Langsung ke hukumannya aja ustadzah,"

"Kamu gak akan jera kalau kamu gak ngerti salah kamu apa,"

"Saya bolos, sudah, kan?"

"Jangan sampai saya telpon orangtua kamu, Salsa,"

"Telpon aja, Ustadzah!"

Ustadzah Ila mulai kehilangan kata-kata untuk melawan Kira sebelum Gaza datang mengatakan bahwa biar ia saja yg menjelaskannya pada Kira.

Gaza datang karena mendengar pengumuman tadi. Ia khawatir dengan Kira.

"Saya akan nurut sama Ustadzah, asal jangan biarin dia ikut campur," ucap Kira.

Kira masih sangat enggan berurusan dengan manusia bernama Gaza. Juga, ngapain juga Gaza datang ikut campur dengan kasus ini? Sok pahlawan dan sok penting sekali, batin Kira.

"Baiklah."

Setelah mengakui dan menyesali semua kesalahannya, Kira diberi hukuman membersihkan lapangan utama. Kalau mau bayangin segede apa, pokoknya kalau bersihin itu lapangan sendirian, capeknya sama kayak jalan dari Jakarta ke Utopia.

*****

Sudah 2 jam Kira membersihkan lapangan. Ia tak mengeluh ataupun berhenti untuk istirahat. Kira memang lelah, tapi ia merasa ia harus cepat menyelesaikan ini agar ia terbebas.

"Ini buat kamu." Seorang santri perempuan menyodorkan botol air mineral yg dibungkus plastik hitam kepada Kira.

Kira melirik ke arah orang tersebut, "Dari siapa?" balas Kira.

Kira tak percaya orang ini memberi Kira minum atas inisiatifnya sendiri. Pasti ada yg menyuruhnya.

Kenapa Kira berpikir begitu? Kira menandai wajah santri ini. Ia sering membicarakan kejelekan Kira di belakang. Jadi tak mungkin dia berinisiatif memberi Kira sesuatu, kecuali sesuatu itu sudah diracuni.

"Saya gak boleh bilang, yg ngasih minta dirahasiakan."

Kira tak terlalu mendengarkan jawaban orang di depannya. Kira terus menatap plastik di tangan orang tersebut. Bohong jika Kira bilang ia tak haus sekarang. Jadi, tanpa basa-basi, Kira merampas air mineral dari tangan santri tersebut.

RELATIONSICK ✔ (REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang