lima koma lima

948 102 4
                                    

Saat Bidadari masih berusaha mengumpulkan niat untuk menyantap buah yang ada di depannya, suara bunyi pintu terbuka membuat Bidadari tersadar kemudian segera membalikkan badannya dan segera menyeka bekas air mata yang tersisa di wajahnya sebelum menoleh ke arah pintu. Senyum terulas di wajahnya saat melihat siapa yang datang.

"Bang Putput.."

Putra tersenyum tipis kemudian mengangkat kantung kresek yang berisi dua kotak makanan.

"Kamu belum makan kan?", Tanya Putra yang sudah duduk di sofa yang ada di ruangan kantor Bidadari.

"Sudah bang. Ini aku tinggal makan pencuci mulut.", Sahut Bidadari sambil menunjukkam kotak makanan berisi buah yang masih belum disentuhnya itu. Putra menatapnya lama sebelum akhirnya Bidadari memberikan jawaban tambahan agar kakaknya itu tidak menaruh rasa curiga.

"Aku kekenyangan bang, sampai mau makan buah aja kayaknya perutku engap. Tadi aku lupa makan buahnya. Kalau aku nggak makan nanti diprotes sama Wira.", Bidadari berusaha terkekeh pelan agar kakaknya itu percaya sepenuhnya.

"Memangnya kamu habis makan apa tadi?", Tanya Putra memandangi keadaan ruangan Bidadari.

"Kepo deh abang. Mau tau banget?", Sahut Bidadari sambil membawa kotak buah dan garpu yang ada di genggamannya menuju sofa.

"Tumben bang main ke sini. Ada apa?", Bidadari berusaha mengalihkan perhatian Putra terkait makanan. Tapi yang ada Putra justru menoyor pelan kepala Bidadari saat Bidadari sudah duduk di depannya. "Nggak usah bohongin abang. Abang kenal kamu dari orok."

Bidadari menelisik kesal pada kakaknya itu sambil menyentuh bagian kepala yang ditoyor kakaknya itu. "Ihhh, abang kok kasar sih main toyor-toyor kepala aku."

"Kamu pasti belum makan. Nih makan, abang nggak bakal pergi kalau abang nggak lihat kamu habisin makanannya.", Ucap Putra sambil menyajikan makanan yang dibawanya ke depan Bidadari dan untuknya sendiri.

"Aku seriusan sudah makan bang." , Bidadari berusaha kembali meyakinkan abangnya. Sudah terlanjur basah ia mengatakan sudah makan, jangan sampai abangnya akan bertanya lebih lagi.

"Ya sudah, abang akan nunggu di sini sampai kamu selesai makan. Kalau kamu makannya sore, yah abang balik kantornya sore. Padahal kerjaan abang lagi banyak. Paling nanti abang balik kantor sore buat selesain kerjaan. Subuh mungkin baru kelar. Biarin saja abang dianggap nggak profesional sama Jerry. Terus biar karyawan lain makin memandang remeh abang yang kerja di sana karena jalur dalam sampai seenaknya pergi makan siang sampai sore.", Sahut Putra yang membuat Bidadari akhirnya menyerah dan terpaksa menyantap nasi ulam kesukaan Bidadari. Bidadari dulu biasanya akan menyantap nasi ulam itu meskipun ia baru saja makan satu porsi besar. Jika sampai Bidadari tak ingin menyentuhnya berarti Bidadari sedang ada masalah yang dipikirkannya.

Baru makan beberapa suap, Bidadari sudah merengek kalau ia sudah kenyang.

"Nggak! Kamu habiskan. Toh berat badan kamu juga menurun kan belakangan ini. Kalau memang kamu tadi sudah makan, hanya makan ekstra porsi satu kali tidak akan berbahaya buat kamu.", Sahut Putra yang tahu Bidadari pasti belum makan apapun. Ia mendapat kabar dari Ivanka saat jam makan siang mengenai berita Wira bersama Angel. Bahkan Ivanka sudah mengirimkan link beritanya pada Putra. Serta Angel menceritakan perihal Bidadari yang mengajak Ivanka untuk keluar makan siang bersama namun harus Ivanka tolak karena ada janji meeting. Bahkan sebelumnya Wira sudah memastikan bahwa Ivanka memang akan pergi makan bersama Bidadari, untung saja Ivanka sudah membaca berita itu terlebih dahulu sehingga ia mengiyakannya agar Bidadari dapat menenangkan diri terlebih dahulu.

Saat mendapat kabar berita mengenai Angel dan Wira, Putra ikut terkejut. Tidak menyangka jika Wira mengenal Angel dan akan ada berita seperti itu. Ingin rasanya tak percaya, tapi ia baru mengenal Putra setahun lebih. Edo yang dulu ia kenal dari kecil saja ternyata menunjukkan sosok yang berbeda semenjak Edo menikah dengan Bidadari.

Putra yang sudah selesai makan sedari tadi hanya memperhatikan Bidadari yang sedang makan nasi ulam seperti sedang menelan duri. Setelah memastikan Bidadari selesai makan, Putra akhirnya menepati janjinya untuk segera kembali ke kantor. Bidadari mendesah lega karena kakaknya itu tidak bertanya macam-macam. Dalam hati pun berpikir Putra mungkin tidak tahu mengenai berita artis karena jenis ponsel yang digunakan kakaknya tidak menampilkan notifikasi berita seperti ponsel yang digunakan olehnya maupun Ivanka.

Saat Bidadari sedang membereskan bekas kotak makanan yang ada di meja, Bidadari mendengar suara pintunya terbuka kembali. Padahal baru sekitar dua menit kakaknya pergi. Mungkin ada barangnya yang tertinggal.

"Kenapa balik lagi bang? Ada yang ketinggalan?", Tanya Bidadari sebelum menoleh dan menemukan sosok lain yang membuka pintu ruangan kantornya.

"Kamu tadi makan sama bang Putra? Bukannya tadi kamu WA bilangnya mau makan sama Ivanka?", Tanya Wira mendekati Bidadari setelah menutup pintu ruangan Bidadari. Bidadari segera mengecup tangan Wira untuk salim.

"Ivanka lagi meeting sekalian makan siang. Terus tadi bang Putra datang deh buat gantiin Ivanka yang nggak enak nggak bisa menuhin janjinya."

"Kamu sudah makan?", Tanya Bidadari yang kini sudah duduk manis di samping Wira setelah selesai membuang semua kotak makanan yang tadi dibawa Putra. Sejujurnya Bidadari merasa marah dan kecewa pada Wira sehingga tak ingin duduk di sebelahnya seperti biasa, namun ia tak akan menunjukkannya. Ia akan bersikap seolah tak terjadi apapun.

"Sudah. Tadi aku makan dekat sini, memang sengaja mau mampir ke sini setelahnya, aku pikir kamu keluar sama Ivanka jadi aku datangnya mepet jam makan siang selesai aja, karena aku yakin Ivanka bakal antar kamu ke sini sebelum jam makan siang dia habis."

"Eh iya, aku belum nyapa anak kita yah?", Lanjut Wira kemudian menelungkupkan tubuhnya, mendekati perut Bidadari.

"Hallo anak papa sayang. Gimana hari ini sehat kan? Aduduh, semangat banget jawabnya", ucap Wira saat merasakan tendangan di perut Bidadari yang disentuhnya.

"Sehat terus yah nak, papa sama mama nggak sabar ketemu kamu.", Lanjut Wira kemudian mengecup perut Bidadari.

Bidadari tersenyum tipis, bagaimana mungkin ia rela melepas pria yang duduk di sampinya itu. Setidaknya ia kan berusaha hidup dalam kasih sayang semu yang diberikan Wira untuknya.

Double up, meskipun pendek 😋
Ditunggu kritik dan sarannya.

God bless.

18.03.2020
Siska.

Kedua (Sekuel Bidadari the Ugly Duckling)Where stories live. Discover now