dua

1.1K 107 7
                                    

Bidadari menghela napas keras. Ia tidak tahu harus berbuat apa. Semenjak ia pingsan di bakery dan berakhir dibawa ke rumah sakit, sekarang kerjaanya hanya duduk seharian di rumah. Pekerjaan bersih-bersih dan memasak sudah dikerjakan oleh asisten rumah tangga yang dibawa Wira dari kediaman ayahnya. Bahkan sekarang bibi Retno ikut menemani, bukan, mengawasi Bidadari selama Wira masih pergi bekerja. Begitu mendekat ke dapur, ia akan langsung diusir. Bahkan bisa dibilang, Wira saat ini memperlakukannya seperti benda rapuh. Lebih dibandingkan dengan yang dilakukan keluarga Wira dan Bidadari sebelumnya.

Matanya menatap pada layar kaca yang menyala di depannya, namun pikirannya entah ke mana. Bidadari menghela napas dalam kembali tanpa menyadari Wira yang sudah pulang untuk makan siang bersama. Lagi, karena Bidadari pingsan kemarin, Wira membuat ikrar untuk selalu menyempatkan makan siang bersama Bidadari. Katanya sekalian memastikan langsung anak mereka mendapatkan asupan gizi dengan mata kepalanya sendiri. Karena Bidadari sempat beberapa kali lupa makan siang saat sibuk di bakery. Sekaligus ingin menghabiskan waktu lebih banyak dengan Bidadari. Kegiatan wajib yang dilakukan bersama saat ini adalah makan. Mau sarapan, makan siang sekalipun makan malam. Tapi bagusnya, Wira tidak pernah lembur atau pulang terlambat dari kantor. Jika memang pekerjaan menumpuk, Wira akan membawanya pulang ke rumah. Semuanya inisiatif Wira sendiri, bukan permintaan Bidadari. Bidadari terlalu takut untuk berpendapat. Ia takut jika Wira akan menganggapnya terlalu mengatur, tidak percaya dan teman sebangsanya itu. Prinsip Bidadari saat ini adalah menghindari masalah sebisa mungkin.

"Kamu kenapa?", Tanya Wira mengelus lembut kepala istrinya itu. Bidadari sedikit terkejut namun segera menggeleng menjawab pertanyaan Wira.

"Wir, aku..", Bidadari akhirnya mengurungkan niatnya untuk berbicara.

"Yuk makan", ajak Bidadari yang tidak ingin melanjutkan ucapannya.

"Kamu mau ngomong apa, hmmm?", Tanya Wira yang menyadari ada yang ingin diucapkan oleh Bidadari.

"Enggak. Kita makan saja, nanti kamu telat lagi balik ke kantor. Terus entar kamu malah lembur. Kasihan bibi Retno sama Isefera nanti pulangnya malam.", Sahut Bidadari. Bidadari berusaha menahan dirinya. Takut jika Wira justru tidak suka pada rengekan ataupun keluhannya. Bagaimanapun ia belum terlalu mengenal Wira, Bidadari takut jika Wira yang ia kenal akan berbeda.

Dulu, saat di awal kehamilan, Bidadari yang tidak tahu dirinya sedang hamil, masih saja mengkonsumsi obat penenang. Untung saja Wira curiga dirinya hamil meminta Bidadari untuk melakukan pemeriksaan dengan testpack. Semenjak itu, Bidadari menghentikan konsumsi obat penenangnya itu, takut jika akan mempengaruhi kandungannya. Tak masalah, hanya ia kesulitan untuk istirahat saja. Bisa dibilang ia nyaris tidak bisa tidur. Kalaupun ia bisa tidur, hanya sekitar satu atau dua jam. Lagi dan lagi Bidadari masih memendamnya sendiri. Sekarang mendadak ia disuruh bed rest oleh suaminya itu, semakin sulitlah ia untuk beristirahat. Yang biasanya lelah setelah sibuk di bakery saja belum tentu dapat membuatnya beristirahat, apalagi seperti saat ini yang tidak melakukan apapun.

Bidadari menghela napas dalam tanpa sadar saat sedang makan. Wira yang mendengarnya, akhirnya buka suara.

"Kamu kenapa Bida?", Tanya Wira yang membuat Bidadari tersentak kaget dan segera menggelengkan kepala.

"Sudah dari pagi dia begitu Wira. Mungkin dia bosan di rumah tapi nggak bisa berbuat apa-apa.", Bi Retno justru yang menjawab seakan tahu isi hati Bidadari. Bidadari hanya terdiam menunduk enggan menanggapi ucapan bibi Retno. Wira ikut menghela napas dalam. Ia tahu Bidadari sudah terbiasa dengan kegiatannya di bakery dan tiba-tiba tidak melakukan apapun. Hanya saja ia juga memikirkan kondisi kandungan Bidadari.

"Kamu sabar dulu yah. Demi anak kita, demi kamu sendiri juga. Aku nggak mau sampai kamu sama anak kita kenapa-napa. Okay?", Ucap Wira mengelus lembut kepala Bidadari yang duduk di sampingnya. Bidadari hanya mengangguk pasrah.

Kedua (Sekuel Bidadari the Ugly Duckling)Where stories live. Discover now