25

577 73 3
                                    

Terlepas dari kejadian kemarin, aku jadi menjaga jarak dengan Soobin. Demi apapun baru kali ini ada yang berani menyakitiku secara fisik karena laki-laki. Semalam Soobin juga menghubungiku namun aku tidak meresponnya.

Pagi tadi aku terlambat masuk bimbingan karena Abi bersikeras ingin memoles mobilku. Sepanjang jalan menuju kelas aku pun bimbang ingin bolos atau tidak. Begitu melihat guru pemegang absen masih ada di kelas sebelah, aku lekas berlari memasuki kelasku.

Cukup melelahkan. Sekarang juga. Aku lupa membawa peralatan menjahit yang mana sudah diperintahkan oleh Pak Siwon kemarin. Alhasil aku yang memang membawa kainnya setiap hari harus meminjam benang dan jarum pada Yeji.

"Bisa?" tanya Karina di sampingku. Gadis itu bergabung denganku dan Yeji di depan papan tulis. Duduk di lantai yang sudah kami sapu barusan.

Aku mengangguk membalas Karina. Tak lupa juga mencontek bagaimana dia menjahit kain itu. Karena sepertinya aku salah, aku berdiri dan menuju bangku Yeji untuk mengambil gunting. Saat aku berbalik, dua orang di depan sana mencuri perhatianku.

"Jangan panas, ya," kata Karina berbisik kala aku sudah duduk. Kusenggol sikunya pelan menghasilkan tawa darinya.

Mereka ada di bangku paling depan yang pemiliknya sedang entah ke mana. Berusaha aku tidak melihat ke arah mereka namun ini semakin membuatku tersiksa saja. Karina tidak henti-hentinya menertawai rautku ini.

"Loh, loh, ini kok bablas gini benangnya?!" Suara Soobin. Nada paniknya membuatku menoleh ke arahnya.

"Belum diikat mati, ya, bablas benangnya, astaga," gumamku lalu Yeji turun tangan lagi membantunya.

Aku hanya diam, melihat mereka yang serius melaksanakan tugas itu. Saling membantu, saling belajar, dan tersenyum. Tidak ada kata yang bisa menyebut perasaanku saat ini.

Akibat tidak fokus saat menjahit, aku harus mengulanginya lagi. Berkali-kali aku menggunting, memasukkan benang lagi, dan menjahit lagi.

"Pak, pak. Saya dah selesai."

"Hah?!" teriak kami bertiga di depan papan tulis ini. Yang paling keras tentu saja aku.

Dilihat dari sini, jahitannya begitu rapi. Pak Siwon terkagum-kagum. Karena itu, akhirnya dia mendapat A+.

Tett! Pergantian jam. Terpaksa harus dikumpulkan selesai tidak selesai. Milikku hanya setengah jadi tidak sampai. Namun Pak Siwon memaklumi dan memberikan A— untukku.

Lekas beliau keluar setelah memberikan nilai semua anak. Aku juga kembali ke bangkuku dengan damai. Namun sesaat setelah itu, aku baru sadar Yeji masih di sana.

Berada di tengah-tengah siswa kelas yang ribut dan ribet dengan kain jahitan mereka. Hanya satu diantara mereka yang terlihat tenang karena sudah selesai duluan.

Seketika aku menjadi pengamat. Aku tahu peran ini. Aku pernah mengalaminya. Itu artinya aku akan selalu melihat sekitarku karena aku takut orang lain mengambil sesuatu yang aku anggap milikku.

Lama aku hanya menatap mereka yang ada di depan papan tulis, tiba-tiba saja pintu terbuka dan mereka bubar. Ternyata Pak Sehun. Beliau ingin membahas hasil try out kemarin.

"Seharusnya kalian berterima kasih kepada saya karena saya sudah memberikan latihan kepada kalian dan berniat untuk memperbaiki nilai try out kalian yang hancur," ucap beliau sambil menekankan kata hancur.

Golongannya Somi langsung menjawab soalnya sulit. Dalam hati aku langsung membalas, fisika memang sulit, sulit bagi yang tidak mampu memahaminya. Tapi alasan itu hanyalah alasan belaka alih-alih agar hati Pak Sehun terbuka.

Memangnya aku tidak melihat mereka yang menggunakan google dan kalkulator? Mungkin maksud mereka soalnya sulit terdeteksi di google karena masih baru. Atau juga karena kalkulator ponsel mereka kurang profesional.

It's Oke ft.Lia ITZY (END)Where stories live. Discover now