Part 32: Keputusan Malik

7.1K 588 80
                                    


Bel rumah keluarga Malik berbunyi, menandakan ada seseorang yang menekannya di luar pintu. Rose yang mendengarnya lebih dahulu, langsung meninggalkan ruang keluarga dan membukakan pintu.

Begitu terkejutnya dia mendapati sosok besannya sedang berdiri di sana dengan setelah formalnya, dan satu orang di sampingnya yang memakai setelah formal juga yang bisa dia tebak adalah asisten besannya itu.

"Tu-tuan Khaidar!"serunya terbata.

"Selamat siang besan,"balas Khaidar dengan senyum tipisnya. "Tuan Malik ada? Kami perlu membahas sesuatu,"lanjutnya.

"Ah, ya ada. Silahkan masuk Tuan. Akan segera saya panggilkan."Rose mempersilahkan Khaidar masuk dengan perasaan campur aduk.

Tidak pernah Tuan Khaidar datang kerumah ini sebelumnya setelah pernikahan Zara. Apa yang terjadi? Apa jangan-jangan terjadi sesuatu dengan Zara? Ah... tidak...tidak. Dia pasti baik-baik saja. Bukankah Keluarga Khaidar kerluarga dari kalangan terhormat dan baik.

Batin Rose bergejolak dengan semua hal yang dia khawatirkan.

"Ada yang ingin anda minum Tuan?"tawar Rose segan. Khaidar melihat sekeliling rumah dengan mata elangnya, mengacuhkan tawaran Rose.

Hati Khaidar berbisik, "Rumah ini cukup nyaman dan besar. Tidak pernah terpikir olehku bahwa Tuan Malik menjadikan Zara sebagai penganti hutangnya pada putraku. Aisshhh... kenapa Zara tidak jadi putriku saja sih!" dia berdecak. Dan decakan itu dapat di dengar oleh Rose.

"Ap-apa ada yang salah Tuan?"tanya Rose kikuk sambil meremas kedua tangannya. Perilaku Khaidar menyisakan tanda tanya dan kekahwatiran besar pada Rose.

"Hmmm, tidak juga. Bisa segera panggilkan Malik?"ujar Khaidar.

Rose mengerjap kikuk, "Iya. Baiklah." Wanita itu hendak berbalik, namun sesuatu dari bibirnya yang sedari tertahan untuk terucap seakan tak lagi bisa menunggu. Lantas dia pun kembali berkata pada Khaidar.

"Hmmm, Tuan Khaidar. Bagaimana keadaan Zara? Dia baik-baik saja kan?"

Pertanyaan Rose membuat Khaidar menatap kilat wanita itu dengan ekspresi terkejut. "Kau bertanya padaku soal Zara? Ahhh... apa itu tidak salah? Kau kan ibu sambungnya."cetusnya dengan nada mengejek.

"Itu- sebenarnya, Zara tidak pernah menghubungi kami dan melarang kami menghubungi setelah pernikahannya."

"Apa kau yakin dia benar-benar tidak ingin di hubungi? Atau memang kalian yang tidak peduli padanya?"tanya Khaidar nyelekit.

Seakan membernarkan ucapan Khaidar, Rose tak bisa menjawabnya. Dan malah melarikan diri dari sana dengan alasan memanggil Malik yang berada di kamarnya.

Khaidar geleng-geleng kepala melihat tingkah besannya itu. "Dia melarikan diri Tuan,"celetuk Roy yang sedari tadi berdiri tegap di sampingnya.

"Hehh? Kau pikir kali ini akan kubiarkan mereka melarikan diri lagi dari tanggung jaswab mereka kepada Zara, Roy?"

"Tidak Tuan. Anda bukan orang yang sebaik itu."ucap Roy dengan nada datar membuat Khaidar terkekeh dibuatnya. "Nada bicaramu menjengkelkan sekali Roy. Aku sampai tidak bisa membedakan itu pujian atau hinaan untukuku."

Roy membungkuk hormat padanya, "Tentu pujian Tuan."

"Ya..ya.. baiklah!"kekeh Khaidar.

Eheemmm...

Sampai sebuah deheman mengehentikan kekehan Khaidar. Dan Malik sudah berada di sampingnya bersama istrinya tadi. "Tuan Khaidar! Lama tidak bertemu!" kata Malik sambil menjabat tangan Khaidar yang juga tersambut itu.

"Apa yang membuat anda jauh-jauh datang kemari Tuan?"tanya Malik.

Mereka kembali duduk, sedang Rose kembali ke dapur untuk membuatkan minuman. Namun sebelum itu Khaidar menghentikannya. "Anda mau kemana Nyonya Malik? Saya juga ingin membicarakan ini dengan anda."lanjutnya.

Sepasang suami istri itu saling pandang, Malik menganggukan kepala memberi isyarat agar istrinya itu ikut duduk.

"Baiklah! Langsung saja. Apa anda tahu kalau Zara dan Yusuf saat ini sudah tidak bersama?"

Ucapan to the point Khaidar membuat Malik dan istrinya begitu terkejut.

"Apa maksud anda Tuan? Bukankah Zara ada di rumah putra Anda bersama cucu kami?'tanya Malik Khawatir.

"Ya. Anaya bersama dengan Yusuf tapi tidak dengan Zara. 2 hari yang lalu dia meninggalkan rumah putraku dan meninggalkan Anaya di sana."

"Apa yang terjadi? Kami tidak mendengar apa pun, Zara tidak memberi tahu kami apapun Tuan,"Malik semakin bertambah gelisah begitu dengan Rose.

"Zara pergi dari rumah, dan berniat menggugat cerai Yusuf!"

"APAA! BAGAIMANA MUNGKIN?!"kaget sepasang suami istri itu.

Pak Khaidar mengedikan bahunya, "Ya. Memang harusnya begitu. Karena Putraku menikahi wanita lain 2 hari yang lalu."

Bak petir menyambar. Hati Malik bergemuruh mendengarnya. Apa yang terjadi! Kenapa, setelah sekian lama dia tak mendengar kabar putrinya itu. Tapi kenapa kabar seperti ini yang kini di dengarnnya.

"Anda bercandakan Tuan?"kekeh Malik dengan suara yang sudah gemetar. Tangan Rose yang memegang punda Malik pun sama gemetarnya.

"Aku tidak bercanda. Berikan dokumennya Roy!" Roy memberikan dokument itu kepada Malik. Pria baya itu dengan tergesah membukanya, "Tapi- tidak ada tanda tangan Zara di sini tuan?"

Helaan nafas panjan kembali keluar dari bibir Khaidar. Dia melirik asistennya itu. "Roy, kau yang menjelaskan kepada mereka. Mulutku terasa pegal untuk mengatakan hal yang mengesalakan seperti ini."

"Baik Tuan!"kata Roy dengan patuh menceritakan semuanya dari awal kepada Malik dan Istrinya. Beberapa kali ekspresi terkejut dan pias mereka tampilkan. Sorot mata bersalah dan penyesalan pun tak luput dari pantauan Khaidar.

"Jadi?"tanya Khaidar kemudian tanpa memberikan jeda sepasang suami istri itu yang masih menangis sesegukan setelah mendengar semua tentang Zara yang selama ini tertutup dari mereka.

"Aku datang kemari, ingin mendengar keputusanmu Malik. Jika kau benar-benar masih menganggap Zara sebagai putriku. Jika tidak, maka biar dia menjadi putriku dan akan kuselesaikan semua masalah dalam hidupnya."

"Ak-aku...,"tak bisa berkata lagi selain bibirnya yang bergetar hebat. Hati Malik berteriak sakit dengan semua penderitaan putrinya yang dia sebabkan sendiri.

Rose pun tak kalah terisaknya, dia menyesali semua perbuatannya kepada anak tirinya itu. Sejak dia berjanji untuk benar-benar membuka hati pada Zara, sisi lembut dari hati Rose membuatnya tanpa sadar mulai memperdulikan anak tirinya itu.

"Mass...,"panggil Rose lirih. Dia mengangguk, mengisyaratkan bahwa dia menyetujui apapun keputusan suaminya itu. Mereka berdua ingin memperbaiki semuanya dan meminta maaf kepada Zara.

"Apa keputusanmu?"tanya Khaidar lagi.

Dengan tatapan yakin, Malik berkata sambil menatap besannya itu dengan penuh keyakinan. "Aku akan menjual perusaahan itu, semua aset dan juga rumah ini untuk mengganti hutangku pada putramu. Dan meminta putramu untuk menandatangi surat cerai ini sebagai gantinya!"

Senyum puas tercetak di bibir Khaidar. "Ahhh... akhirnya!"

#BERSAMBUNG

Siapa yang nunggu surat cerai Zara dan Yusuf?

atau masih ada yang berharap mereka bersatu lagi? wkwkwkw.

I'M SORRY MAMA! (New Version)Where stories live. Discover now