Part 6: (Malaikat kecil)

3.6K 276 30
                                    

Bab 6 : (Malaikat kecil)

************

"Mesin tercangih sekalipun tidak bisa menandingi perjuangan seorang ibu untuk melahirkan anaknya ke dunia ini."

---

Tiga bulan telah berlalu. Hari yang dinanti kini telah tiba. Zara dan Yusuf kini sudah berada di rumah sakit menanti proses kelahiran sang buah hati. Pagi tadi setelah sarapan Zara mengamali kontraksi dan Yusuf langsung membawanya kerumah sakit.

"Mas...,"bisik Zara lirih. Saat ini dia sudah berbaring dengan rasa sakit yang menusuk seluruh tubuhnya.

"Iya...,"Yusuf mengenggam tangan Zara. Pria itu terlihat cemas dengan kondisinya. "Kamu akan baik-baik saja, dan anak kita juga pasti akan terlahir selamat."

"Mas, aku ingin...,"

"Kamu tenang saja, aku sudah menyiapkan dokter persalinan terbaik yang rumah sakit ini miliki, bahkan aku sudah meminta dokter dari singapura untuk menangani proses persalinanmu. Semuanya pasti baik-baik saja...,"kata pria itu antusias tanpa memperdulikan apa yang sebenarnya Zara inginkan darinya.

Tak lama beberapa dokter masuk, mereka mengatakan Zara akan segera melahirkan. Dan jelas dia akan melahirkan dengan normal.

"Aku ingin semuanya baik-baik saja! Jangan sampai ada masalah sedikitpun!"tegas pria itu memerintah dengan tatapan tajam kepada para dokter dan staf nya.

"Baik pak! Kami akan melakukan yang terbaik!"jawab salah satu dokter gugup karena takut akan kekuasaan Yusuf di rumah sakit itu.

"Sayang, aku akan menemanimu. Berjuanglah!"pria itu mengelus kepala Zara yang tertutup hijab.

Zara tersenyum sangat lebar merasa bahwa Yusuf akan menemaninya menghadapi semua hal ini. Menemaninya untuk melahirkan anak mereka.

Namun senyum Zara pudar ketika Yusuf melepaskan genggaman tangannya. Pria itu tersenyum padanya, dengan langkah kaki yang bergerak mundur menjauh dari brankar nya.

"Mas,"panggil Zara dengan lirih.

"Aku akan menemanimu, tidak di sini tapi di luar Zara."

Betapa hancurnya hati Zara mendengar ucapan Yusuf saat itu. Hatinya benar-benar hancur melihat Yusuf membuka pintu dan menghilang dari pandangannya.

Mata Zara terpejam dalam bersamaan dengan rasa sakit di sekujur tubuh dan juga kini jauh di dalam lubuh hatinya.

"Aku pikir kamu akan menemaniku berjuang melahirkan anak kita mas, ternyata kamu masih tetap mengandalkan hartamu, bahkan untuk semua ini. Apakah perjuanganku di matamu sama sekali tidak ada artinya?"

Bersamaan dengan itu, dokter meminta Zara untuk memulai persalinannya. Melakukan semua prosedur terbaik yang Yusuf inginkan.

"Baiklah mas, kamu akan mendapatkannya!" Zara mengejan sekuat tenaga yang tersisa dalam dirinya. Rasa sakit itu terasa mengoyak di dalam tubuhnya. Satu tarikan nafas terakhir Zara mengejan kuat dengan air mata dan peluh yang membasahi wajahnya.

Oeekk....oeeekkk...oeeekk

Tangisan itu akhirnya terdengar... Zara terbaring lemas dengan tangisan dalam diam mendengar suara anaknya untuk pertama kali.

Allhamdulillah...

Itulah kata pertama kali yang Zara ucapkan, sebelum akhirnya matanya terpejam erat.

"Dok-dokter... pasien menutup matanya!"kata suster panik.

Dokter cepat-cepat memberikan bayi itu kepada suster untuk dibersihkan dan memeriksa keadaan pasien.

"Huhhfft... untung saja dia hanya beristirahat karena kelelahan. Tidak ada masalah yang serius. Kita harus segera memberikan bayi kepada Tuan Yusuf."kata dokter wanita itu.

"Baik, dok!"

_____________________________

Di luar ruangan...

Yusuf menunggu dengan cemas kelahiran anaknya...

Anak, anak dan anak... dia hanya memikirkan anaknya. Apakah anaknya telah lahir? Apakah ia lahir dengan selamat? Apakah dia sehat? Apakah itu putri atau putra?

Tanpa terbesit dalam hatinya apakah Zara baik-baik saja? Ahh... jika saja Zara mengetahui isi hati dari Yusuf betapa akan terlukanya dia. Menyadari bahwa Yusuf tidak pernah benar-benar mengkhawatirkannya.

Dokter keluar dengan menggendong bayi, Yusuf langsung berdiri dari duduknya. Dengan antusias dia menatap bayi yang ada di gendongan sang dokter.

"Tuan Yusuf..., Selamat anak anda telah lahir."

Yusuf bernafas lega, senyumnya terlihat sangat lebar dan bahagia "Ah, Syukurlah."

"Dia seorang putri yang sangat cantik!"

Seketika senyumnya memudar perlahan. "Seorang putri?"

"Ini tuan putri anda, dia sangat cantik." Dokter menyerahkan bayi itu ke dalam gendongan Yusuf. Pria itu tetap menerimanya dengan sangat hati-hati.

Memandang wajah polos, putih, mulus, dan ayu milik putri kecilnya itu. Senyum yang tadinya sempat memudar kini kembali mereka ketika menatap putrinya yang terlihat sangat cantik dan memukau itu.

"Tidak apa jika seorang putri. Ayah akan menyayangimu, dan kamu pasti akan mendapatkan saudara setelah ini sayang."bisik hatinya.

"Anaya, namamu adala Anaya Ghulam Khaidar."ucap pria itu, membuat sang dokter pun ikut tersenyum.

"Nama yang indah Tuan. Oh iya, istri anda...,"

Setelah mendengar kata 'istri' pria itu seolah tersadar akan seseorang yang telah berjuang melahirkan putri kecil itu ke dunia.

Dia menatap dokter dengan serius, "Dia baik-baik saja, kan?"

"Ya,"jawab dokter, "istri anda baik-baik saja. Dia hanya hanya sedang beristirahat."Yusuf mengangguk mendengarnya.

"Tentu dia akan baik-baik saja. Fasilitas yang aku persiapkan adalah yang terbaik. Akan jadi kesalahan kalian kalau sampai dia tidak baik-baik saja...,"

Dokter wanita itu bahkan tertegun mendengarnya. "Entah bagaimana kehiduapan Nyonya Zara bersama tuan Yusuf ini. Apakah dia tidak menyadari bahkan alat tercangih pun tidak ada gunanya jika sang ibu tidak berjuang untuk melahirkan anaknya. Ya Tuhan semoga kau selalu menjaga rumah tangga mereka dalam kebahagiaan. Aamiin..."

Dokter itu bahkan hanya menggelengkan kepala tanpa berani mengomentari apapun. Melihat pria di hadapannya hanya asik dengan anak yang berada dalam gendongannya. Bahkan raut khawatir yang tercipta untuk istrinya saja bisa dokter itu rasakan bahwa semua itu adalah 'kepalsuan'.

#Bersambung...

Mulai...mulai... mau konfilikk....

Koment, Vote, and enjoy for reading... Thank You So Much....

I'M SORRY MAMA! (New Version)Where stories live. Discover now